Mongabay.co.id

Nugie, Tasya sampai Hamish Daud Ajak Generasi Muda Peduli Lingkungan Hidup

Hutan dihancurkan untuk kebun sawit. Inikah bisnis yang akan dilanggengkan dengan omnibus law? Foto: Save Our Borneo

Perusahaan yang membuka kebun sawit dan berkonflik lahan dengan masyarakat adat Laman Kinipan di Kalteng. Foto: Safrudin Mahendra-Save Our Borneo

 

 

 

 

 

Lihat di sana… air tak lagi ramah membasuh

Terketukkah hatimu?

Lihat di sana…mata yang kosong menahan lapar…

Terpanggilkah jiwamu? Dan di sini kita terlalu cepat menghabiskan… Tanpa pernah tahu sampai kapan

Lihat di sana… rimba hijaupun menjadi gurun

Tersentuhkah hatimu?

 

 

Begitu sebagian lirik dari lagu ‘Dunia Berbagilah’ karya Agustinus Gusti Nugroho alias Nugie. Dia bernyanyi bersama Arka Jorka Nugroho, anaknya, mengawali diskusi virtual bersama Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni lalu. Dalam dialog daring itu, Nugie hadir bersama para selebritas lain dan perwakilan siswa dari berbagai daerah.

Nugie cerita soal lagu itu yang pernah jadi tema pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) 2007 lalu di Bali International Convention Center (BICC), Bali, 3-14 Desember 2007.

“Saya tidak menyangka lagu itu jadi tema acara internasional, acara PBB. Lagunya dirilis dalam video klip dan dinyanyikan oleh sejumlah penyanyi tanah air. Jujur, lagu itu berangkat dari realitas saat itu. Air yang mulai kotor, tentu bumi makin panas,” katanya.

Dia mengajak, generasi muda terlibat dalam gerakan peduli lingkungan dengan memulai dari diri sendiri seperti gaya hidup ramah lingkungan. “Mari jadikan setiap diri kita sebagai bagian dari gerakan positif untuk lingkungan. Saya sendiri siap ikut terlibat dalam kampanye dan kegiatan linkungan hidup kita,” katanya.

 

Baca juga: Bahaya Mikroplastik! Bukan Hanya Ikan, Manusia Juga Terpapar

Arka Jorka Nugroho, kepada Menteri Siti Nurbaya menyampaikan keinginan lingkungan agar lestari. “Ibu Menteri, dan siapapun yang ikut acara ini. Umur saya 14 tahun hari ini. Umur dan masa depan saya masih panjang. Karena itu, saya dan generasi sebaya ingin   melihat alam Indonesia tetap lestari di masa datang,” katanya.

Tasya Kamila, Duta Lingkungan Cilik 2006, juga bercerita. “Ini sudah 15 tahun atau ke 15 kali aku memperingati Hari Lingkungan Hidup. Jadi duta lingkungan saya jadi banyak belajar isu lingkungan. Mulai dari sampah, keanegaraman hayati, deforestasi, dan restorasi sampai isu perubahan iklim,” katanya.

Sejak jadi duta lingkungan hidup, dia lebih banyak belajar tentang dampaknya dari apa dilakukan sehari-hari terhadap lingkungan. Anak muda, katanya, punya potensi dan bisa memaksimalkan peranan masing-masing di dalam berkontribusi terhadap perbaikan lingkungan hidup.

Tasya meminta, KLHK lebih banyak melibatkan pemuda dalam kegiatan peduli lingkungan termasuk dalam pembuatan kebijakan. Dia juga meminta KLHK memberikan apresiasi khusus buat anak muda yang punya gerakan lingkungan, semisal pemberian penghargaan Kalpataru Muda.

Siti bilang, dengan berbagai kebijakan, pemerintah mendorong menjaga lingkungan agar berkelanjutan. Generasi mendatang, katanya, berhak menikmati alam lestari bahkan lebih baik.

Pemerintah, katanya, berupaya berkomitmen terus memberikan terbaik dengan memperhatikan daya dukung dan tampung lingkungan. Semisal, kalau bangun sesuatu harus ada kajian lingkungan strategis. Sumber daya alam, katanya, bukan yang bisa seenaknya dinikmati tanpa memperhatikan keberlansungan ekosistem.

Pandangan yang harus terbangun, kata Siti, menggunakan sumber daya alam itu pinjam dari generasi mendatang.

Anak muda, katanya, sejatinya punya gaya sendiri dalam melakukan sesuatu, termasuk terlibat dalam perbaikan lingkungan hidup. Keterlibatan anak muda dalam menjaga lingkungan hidup, katanya, langkah strategis.

Karena itu, pemuda perlu memahami pengetahuan tentang lingkungan hidup dan terlibat dalam kampanye publik untuk menjaga lingkungan.

 

Baca juga: Laporan Ungkap Polusi Udara Jakarta Terburuk di Asia Tenggara

Aksi Jeda untuk Iklim ribuan anak-anak sampai pemuda pemudi, di Jakarta, Jumat lalu, juga berlangsung di 18 kota lain di Indonesia, menyuarakan segera penyelamatan iklim demi keberlangsungan masa depan. Ini bagian dari aksi global mengikuti seruan aktivis lingkungan remaja asal Swedia, Greta Thunberg, yang ingin menyadarkan pemerintah dan masyarakat tentang kondisi alam yang sudah kritis. Foto: Lusia Arumingtyas/ Mongabay Indonesia

 

Bagi Siti, pemuda merupakan aset potensial. Pemuda, punya idealisme, berpikiran positif, mandiri, inovatif dan kretaif, Juga, mobilitas tinggi dan dinamis, keberanian dan keterbukaan, punya kesetiakawanan sosial tinggi serta tanggap kejadian sekitar.

Inez Amelia, Miss Earth (Water 2019) mengajak generasi muda mengkampanyekan lingkungan lewat platform digital. “Bagi kaum muda seperti saya baik yang sedang maupun menyelesaikan pendidikan turut kampanye lingkungan melalui platform digital. Bisa kan, lewat Instragram, Twitter, Facebook dan lain-lain,” katanya.

Senada dengan Cinthia Kusuma Rani, Miss Earth 2019. Pemuda, katanya, dianggap kaum yang dekat dengan digital. Semestinya, bisa memanfaatkan fasilitas digital untuk mengkampanyekan lingkungan.

Menurut dia, kepedulian generasi muda pada lingkungan hidup, sebagai penentu nasib lingkungan di masa mendatang.

“Sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang notabene adalah bibit-bibit masa depan, perlu dilibatkan dalam menanamkan kepedulian terhadap lingkungan hidup,” katanya.

Siti menanggapi. Dia bilang, sekolah penerima penghargaan Adiwiyata potensial memberikan contoh bagi siswa pun kepada masyarakat dalam tata kelola lingkungan. Sekolah Adiwiyata ada sekitar 3.000-an di Indonesia. Harapannya, terus andil dalam kepedulian terhadap lingkungan hidup.

“Jiwa peduli lingkungan diharapkan betul-betul tertanam dalam diri siswa, lalu mampu melakukan langkah nyata di masyarakat kelak,” ujar Siti.

Hamish Daud, selebritas yang menyebut diri sebagai sobat hijau juga ikut cerita. Dia menyampaikan soal Octopus, aplikasi digital yang dia gagas dan gerakkan serta bisa jadi mitra dalam pengelolaan sampah, terutama sampah plastik.

“Saya bersyukur bisa juga terlibat dalam upaya mencegah dan pengendalian kerusakan lingkungan. Lewat aplikasi Octopus, yang sudah dapat diunduh di Playstore.” katanya.

Baca juga: Orang Tobelo, Benteng Terakhir Hutan Halmahera

Generasi muda gagas kebun organik. Foto: Lusia Arumingtyas/ Mongabay Indonesia

 

Masyarakat, kata Hamish, dapat menyetor sampah ke pelestari lingkungan untuk daur ulang. Salah satu kelebihan aplikasi Octopus adalah ramah pengguna. Dengan begitu, masyarakat dapat mengoperasikan Octopus dan berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan.”

Dengan Octopus. mengajak masyarakat mengumpulkan sampah dan memberi mereka uang untuk plastik yang mereka kumpulkan.

Dia berharap, aplikasi ini bisa menghubungkan konsumen yang sudah mengumpulkan sampah plastik mereka dengan scavenger yang akan membawa sampah ke pengusaha plastik atau bank sampah.

Sampah yang dikumpulkan akan dikonversi menjadi poin. Poin bisa tukar jadi uang tunai melalui proses tarik tunai di dalam aplikasi Octopus juga voucher menarik seperti ngopi di coffee shop yang bekerja sama dengan Octopus.

“Lewat pertemuan virtual dengan ibu menteri, saya berharap pemerintah bisa merespon apklikasi ini. Selaku bagian dari kreativitas anak bangsa untuk jadi salah satu alat bantu dalam pengendalian sampah plastik,” kata Hamish.

Siti mengapresiasi gagasan Hamish. Pemerintah, katanya, khusus daerah perlu mendukung gagasan ini.

Arsyad Ahmad, publik figur yang juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, terutama satwa, turut bicara. Arsyad meminta, KLHK tetap konsisten dalam menghentikan perburuan satwa langka maupun satwa liar oleh oknum tidak bertanggungjawab.

Ramon Yusuf Tungka, kaum muda yang suka berwisata juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan, mengajak generasi muda andil dalam menjaga lingkungan dengan langkah nyata. “Kawan-kawan bebas berwisata ke mana saja, termasuk ke tempat wisata alam. Catatannya, tempat wisata tetap terjaga alamnya. Sampahnya dibawa. Lebih bijak bila tidak bawa makanan yang dapat menyisakan sampah, terlebih sampah plastik,” katanya.

Ridho, personel Slank menceritakan kisah terlibat dalam kampanye peduli lingkungan. Dia juga mengajak masyarakat manfaatkan program bibit gratis dari KLHK.

“Saya mengajak kepada semua pihak untuk tidak membuang sampah sembarangan. Sampah, tidak hanya merusak lingkungan, tapi memberikan bahaya bagi kesehatan kita.”

Siswa dari berbagau sekolah yang hadir dalam dialog itu juga ikut bertanya. Mereka ada tanya soal keterlibatan siswa dalam menjaga lingkungan, pelestarian satwa sampai soal sampah.

Gimana cara menerapkan pendidikan lingkungan hidup di sekolah pada semua elemen sekolah, agar sekolah dapat terlibat dan berkontribusi dalam aksi nyata terhadap lingkungan hidup?” kata Zaira Addeva, siswa SD Global Mandiri.

Siti bilang, sekolah bisa menyelenggarakan program tanam pohon bersama, drama bertema lingkungan, menggelar festival alat dan bahan menggunakan barang bekas dan lain-lain.

“Cara paling strategis bisa dilakukan lembaga pendidikan adalah ikut terlibat lakukan kampanye publik.”

Chris Riai, siswa SMP Negeri Manokwari, Papua Barat, menanyakan ihwal cara melestarikan satwa langka. “Ibu Menteri, bagaimana kita bisa melestarikan satwa langka?” katanya.

Siti menjawab, dengan cara memahami satwa-satwa langka itu apa saja. Kemudian, dengan ikut melestarikan habitatnya, termasuk tak merusak hutan yang sebagian besar satwa langka berada di sana.

 

******

Foto utama: Hutan dihancurkan untuk kebun sawit. Foto: Save Our Borneo

 

 

Exit mobile version