Mongabay.co.id

Inspirasi Ali Topan: Difabel Pengelola Bank Sampah, Bantu Masyarakat Miskin melalui Sedekah Sampah

 

Namanya Ali Topan (36), namun ia bukan anak jalanan. Setiap hari, bersama beberapa temannya, berkeliling mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah. Sampah plastik yang telah dipilah dan dikumpulkan dalam wadah tertentu, kemudian ditimbang untuk dinilai dengan uang.

Orang-orang bisa saja datang sendiri ke bank sampah yang dibangun Ali 2019, namun kebanyakan orang masih risih dan malu ‘menjual’ sampahnya. Ali pun memberi solusi dengan metode ‘jemput bola’, datang sendiri ke rumah warga.

“Masih banyak orang yang merasa malu mendapat penghasilan dari jual sampah, namun kita edukasi lalu carikan solusi, mereka cukup kumpulkan sampah, kami datang menjemput,” katanya, awal Juni 2021 lalu.

Jenis sampah yang dibeli adalah kertas, plastik gelas dan botolan. Harganya bervariasi antara Rp.1000 – Rp.2000/kg. Dalam sebulan ia bisa mengumpulkan 300-400 kg sampah.

Ali Topan sendiri adalah pengelola Bank Sampah Peduli Pinrang, di Kecamatan Paleteang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Bank sampah yang dikelolanya berupa bangunan seukuran 10×20 meter, hibah pemerintah kabupaten Pinrang, sementara tanahnya adalah hibah pinjam warga selama 10 tahun.

Menjadi aktivis mendorong warga untuk peduli lingkungan terkait sampah memang bukanlah hal yang mudah, karena mindset warga terkait sampah sebagai hal yang kotor.

Selain itu, kesadaran warga untuk membuang sampah di tempat pembuangan dan memilah-milah sampah organik dan non-organik masih rendah. Butuh waktu untuk menanamkan kesadaran tersebut. Tantangan pertama bahkan datang dari keluarga sendiri.

“Awalnya orang tua menolak keinginan saya ini, mereka bilang masih bisa membiayai hidup saya dibanding mengurusi sampah. Namun perlahan mereka menyadari upaya ini penting dan malah mendukung sosialisasi ke warga,” katanya.

baca : Dengan Aplikasi ini, Sampah Bisa Ditukar Tiket Nonton Klub Sepakbola PSM

 

Bank Sampah Peduli Pinrang yang dikelola Ali Topan telah ditetapkan sebagai bank sampah induk dengan 6 unit bank sampah yang telah bergabung. Foto: Ali Topan

 

Sedekah Sampah

Upaya awal yang dilakukannya saat itu adalah mengumpulkan sampah di pesta-pesta perkawinan, dimana ia meminta agar sampah dipisah dan dikumpulkan di karung-karung.

Meski ada saja yang mau membantu mengumpulkan sampah sisa pesta, namun sebagian warga masih menganggap bisnis sampah sebagai hal yang tak masuk akal dan memalukan.

Untuk membangun kesadaran dan tindakan warga, Ali ternyata punya siasat tersendiri. Ia membangun gerakan yang disebutnya ‘sedekah sampah’. Melalui gerakan ini ia mengajak warga bersedekah dalam bentuk sampah alih-alih uang tunai. Mereka cukup mengumpulkan sampah di rumah masing-masing yang akan dijemput oleh tim Ali. Gerakan ini ternyata efektif.

“Mereka tertarik ketika mengetahui sampah bisa disedekahkan. Mereka cukup kumpulkan sampah di rumah masing-masing, kami datang membeli. Hasil penjualan sampah ini kemudian digunakan untuk membeli beras dan minyak goreng, lalu dibagikan ke kaum duafa, umumnya orang tua yang tak berpenghasilan. Banyak warga kurang mampu yang terbantu dari gerakan ini,” jelas Ali.

Gerakan sedekah sampah ini banyak diikuti warga, sekitar 100 orang yang terlibat menyumbangkan sampahnya. Warga tak lagi merasa risih menjual sampahnya karena digunakan untuk sedekah. Warga juga tak perlu repot datang ke bank sampah karena akan dijemput oleh tim Ali menggunakan kendaraan pengangkut sampah khusus bantuan PT Garuda.

Untuk mengampanyekan upayanya, selain door to door, Ali juga aktif menggunakan media sosial. Sebelum pandemi COVID-19, Ali beserta teman-temanya sering sosialisasi di sekolah-sekolah. Mengikuti bank sampah di daerah lain, Ali berencana membuat aplikasi pembelian sampah yang akan digunakan untuk skala kabupaten.

“Kami sudah merencanakan membuat aplikasi, nanti setelah bank sampah unit di kecamatan-kecamatan terbentuk,” katanya.

baca juga : Tantangan Sampah di Masa Pandemi, Bagaimana Potensi Pemanfataan?

 

Dengan keterbatasan fisiknya Ali Topan (kanan) masih menjemput sampah plastik sisa pesta di Pinrang, Sulsel . Foto: makassar.tribunnews.com

 

Keberadaan bank sampah ini ternyata menjadi inspirasi penggiat sampah di beberapa desa sekitar, yang kemudian mengajukan diri gabung dengan bank sampah induk yang dikelola Ali.

Hingga saat ini telah enam unit bank sampah terbentuk di enam desa dan beberapa unit lagi sedang diusulkan. Bahkan pengepul dimana Ali menjual sampah selama ini juga sudah menjadi bagian dari bank sampah induk.

“Syarat gabung dengan bank sampah induk ini sederhana saja, yang penting mereka berkomitmen untuk membangun bank sampah secara mandiri, tidak tergantung dari anggaran pemerintah. Kalau pun nanti ada bantuan anggaran dianggap sebagai bonus saja,” katanya.

 

Berkarya dengan Keterbatasan Fisik

Ali Topan sendiri mengalami kelumpuhan di kedua kakinya, sehingga ke mana-mana ia harus menggunakan alat bantu berjalan. Ia mengalami kecelakaan kerja pada tahun 2015 lalu, saat melakukan perbaikan tower ketika bekerja sebagai kontraktor pemasangan instalasi listrik.

“Cedera tersebut membuat kedua kaki saya mengalami kelumpuhan akibat hantaman besi dari atas ketinggian 15 meter. Sekitar setahun saya vakum berkegiatan untuk penyembuhan diri,” katanya.

Namun keterbatasan itu tidak membuatnya mengeluh dan meratapi nasib. Ia malah semakin aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan, termasuk melakukan edukasi terkait pengelolaan sampah.

“Setahun setelah kecelakaan itu saya banyak ikut kegiatan adik-adik memberi motivasi dan terlibat di sejumlah kegiatan sosial.”

baca juga : Di Bank Sampah Ini, Sampah Bisa Ditukar dengan Minyak Goreng

 

Dengan keterbatasan fisiknya Ali Topan masih terlibat dalam pemilahan sampah plastik. Foto: Ali Topan

 

Kiprah Ali di dunia sosial dan lingkungan sudah dimulai jauh sebelum kecelakaan tersebut, bahkan ketika masih kuliah di sebuah perguruan swasta di Kabupaten Pinrang.

Bersama sejumlah rekannya, pada tahun 2009 membentuk SAR Kabupaten Pinrang. Ia juga aktif di kegiatan kepramukaan dimana ia sempat menjadi Dewan Sekretaris Saka Bhayangkara Kabupaten Pinrang tahun 2003-2005 dan menjadi ketuanya pada periode 2007-2010. Sekarang ia menjadi pembina Saka Bhayangkara Polres Pinrang sejak 2010.

Di bidang lingkungan, ia mendirikan kelompok pecinta lingkungan pada tahun 2005, aktif di Federasi Panjat Tebing Pinrang (FPTI) sejak 2005 sampai sekarang, aktif di organisasi Lestari Bidang Lingkungan Hidup 2017 sampai sekarang dan menjadi pendamping Yayasan Masyarakat Peduli Pinrang yang fokus pada konservasi penyu dan mangrove.

Ketertarikan Ali untuk terjun langsung mengelola bank sampah muncul dari kesadaran bahwa perlu aksi nyata di lapangan jika memang masalah sampah ini ingin diselesaikan.

“Kalau dulu kan saya sering terlibat dalam aksi bersih-bersih dan penghijauan. Ternyata aksi bersih-bersih ini bukan solusi karena cuma memindahkan sampah ke tempat yang lain, beda dengan adanya bank sampah dimana kita membershkan lalu memilah sampah yang akan dijual, di situ masalah sampah dihilangkan sekaligus bernilai ekonomi.”

Meskipun aktif di banyak organisasi sosial, termasuk mengelola bank sampah, namun Ali tidak menjadikannya sebagai sumber penghasilan. Untuk membiayai keluarga, istri dan anaknya serta orangtuanya, ia bekerja sebagai tenaga operator komunikasi/pelayanan di kantor Pemadam Kebakaran Kabupaten Pinrang.

“Hasil penjualan sampah selama ini masih terbatas dan kami gunakan untuk operasional. Kalau pun bank sampah ini nantinya akan berkembang dan menghasilkan lebih banyak uang maka akan kami gunakan untuk menggaji karyawan tetap. Selama ini masih bersifat honor per kegiatan saja,” katanya.

menarik dibaca : Kisah Unik Pasangan Disabilitas Menjaga Penyu di Pulau Cangke

 

Ali Topan (yang menggunakan alat bantu jalan) sukses mengembangkan bank sampah dan membantu masyarakat miskin melalui ‘sedekah sampah’. Ia menjadi inspirasi pemuda di daerahnya dan daerah lain. Foto: Ali Topan 

 

Nominator Penghargaan Kalpataru

Kini Ali dinominasikan sebagai calon penerima penghargaan Kalpataru 2021. Ia tak pernah menduga aktivitasnya selama ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk tingkat nasional.

Jika terpilih sebagai penerima penghargaan lingkungan tertinggi ini maka itu dianggap sebagai bonus belaka. Namun dia berharap penghargaan itu bisa menjadi inspirasi bagi orang lain untuk melakukan hal yang sama dengan diperjuangkannya selama ini. Harapannya akan masa depan pun sangat sederhana.

“Semoga dari sampah ini nantinya bisa banyak membantu kamu duafa dan tidak ada lagi sampah berserakan karena setiap orang sudah memiliki kesadaran.”

Sedangkan Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Pinrang Sudirman yang dikutip dari situs Pemkab Pinrang membenarkan Ali Topan menjadi nominator penerima Kalpataru bersama 20 orang lainnya dari seluruh Indonesia.

Sudirman yang mengenal Ali Topan sejak  2016, melihat ketekunan dan kerja kerasnya sehingga Ali layak menerima penghargaan tertinggi Lingkungan Hidup ini.

“Meskipun mengalami keterbatasan fisik, beliau aktif dalam upaya pelestarian lingkungan, seperti menggiatkan upaya pelestarian dan penanaman mangrove di sepanjang pesisir pantai Pinrang” ungkap Sudirman melalui aplikasi pesan singkat, Selasa (4/5/2021).

Selain itu, lanjutnya, Ali juga aktif mengedukasi masyarakat untuk mencintai lingkungan dengan gerakan Bank Sampah.  Sudirman berharap kerja keras dan pengabdian Ali Topan menjadi inspirasi untuk masyarakat dan komunitas penggiat lingkungan hidup lainnya

 

Exit mobile version