Mongabay.co.id

Transplantasi Terumbu Karang di Perairan Kojadoi. Apa Manfaatnya?

 

Pagi itu, Selasa (29/6/2021) perairan di kawasan laut di Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Gugus Pulau Teluk Maumere tampak tenang. Belasan penyelam dari Maumere Diver Community (MDC) perlahan turun ke dasar laut Desa Kojadoi.

Pada kedalaman sekitar 8 meter sebanyak 4 substract besi diletakan. Karang untuk transplantasi dari jenis Acropora branching, Acropora milepora dan Acropora hyacinthus. Bibit karang diambil dari karang hidup yang berada tak jauh dari lokasi transplantasi.

Desa Kojadoi merupakan desa wisata bahari, dengan wilayah meliputi sebuah pulau mungil bernama Kojadoi.

Pengendali Ekosistem Hutan Muda, Seksi Konservasi Wilayah IV BBKSDA NTT, Yeni Setyaningrum saat kegiatan mengatakan, TWAL Teluk Maumere luasnya mencapai 71.956 Ha dan merupakan salah satu obyek wisata unggulan bagi BKSDA NTT.

Desa Kojadoi, lanjutnya, merupakan salah satu prioritas pendampingan BKSDA NTT. Tahun 2019, bekerja sama dengan kelompok masyarakat dibuat keramba jaring apung.

“Terumbu karang termasuk salah satu obyek wisata yang diunggulkan di TWAL Teluk Maumere,” ucapnya.

baca : Inilah Dampak Badai Siklon Tropis Seroja pada Terumbu Karang di TNP Laut Sawu

 

Penyelam dari Maumere Diver Community (MDC) sedang bersiap menyelam di perairan Desa Kojadoi untuk melakukan transplantasi karang. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Sedangkan Manager Bagian Transaksi Energi UP3 Flores Bagian Timur PLN, Xaverius Fransiskus Rodja kepada Mongabay Indonesia di Desa Kojadoi siang itu mengatakan pihaknya peduli dengan konservasi dan kehidupan sosial masyarakat lewat program PLN peduli.

Xaverius mengatakan, lewat program corporate social responsibility (CSR), pihaknya menggandeng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka melakukan transplantasi terumbu karang di Desa Kojadoi.

“Saya teringat tahun 1980-an alam bawah laut di Kojadoi indah sekali. Banyak wisatawan asing datang menyelam di Kojadoi. Lautnya pun masih bersih dan airnya bening,” ucapnya.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sikka, Petrus Poling Wairmahing memaparkan, Sikka memiliki potensi wisata unggulan berupa wisata alam dan wisata budaya.

Petrus merinci terdapat lebih dari 100 spot dive di TWAL Teluk Maumere  bahkan ada yang belum didata. Dari sekian banyak spot tersebut ternyata sudah banyak yang rusak.

“MDC menyampaikan dan memperlihatkan gambar mengenai kerusakan terumbu karang.Kita menjaga agar jangan rusak dan melakukan rehabilitasi seperti transplantasi terumbu karang,” ucapnya.

baca juga : Begini Keindahan Bawah Laut TWAL Teluk Maumere Pasca Gempa dan Tsunami Dahsyat

 

Seorang penyelam Maumere Diver Community (MDC) sedang mengikat karang pada media tanam dalam kegiatan transplantasi karang di perairan Desa Kojadoi, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Maumere Diver Community (MDC)

 

Petrus mengaku meskipun dana terbatas tapi semangat yang diemban bisa mempengaruhi banyak orang untuk ikut melestarikan terumbu karang.

Diharapkan transplantasi bisa memancing terumbu karang yang lain bertumbuh. Apabila lingkungannya mendukung maka terumbu karang lebih cepat bertumbuh besar.

“Kita bersyukur dengan bantuan dana dari PLN maka kegiatan transplantasi bisa berjalan. Kami menggandeng MDC dalam melaksanakan transplantasi karang ini,” ucapnya.

Petrus merincikan, luas areal transplantasi sekitar setengah hektare. Ke depannya diperluas lagi dengan melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kojadoi.

 

Banyak Karang Rusak

Dalam pemaparan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Lokasi Coremap II, kasus Kabupaten Sikka Hasil Benefit, Monitoring dan Evaluation yang dilaksanakan LIPI tahun 2008 disebutkan luas terumbu karang di seluruh wilayah Kabupaten Sikka mencapai sekitar 104,92 km².

Karang ini terdiri dari terumbu karang tepi (fringing reef) yang terdapat di pesisir daratan pulau utama (Pulau Flores) dan di pesisir pulau-pulau kecil (COREMAP-LIPI, 2006).

Salah satunya adalah kawasan terumbu karang yang terdapat di pesisir Pulau Besar khususnya di wilayah Desa Kojadoi. Luas terumbu karang di desa ini mencapai 199,48 ha.

Dilihat dari kondisinya,sebagian besar terumbu karang tersebut dengan luas 161,88 ha atau 81 persen berada dalam kondisi rusak ringan.

Sedangkan 37,6 atau 19 persen berada dalam kondisi masih baik terutama di sekitar Daerah Perlindungan Laut (DPL) di Wailago dan Labantour.

menarik dibaca : Menikmati Koja Doi, Desa Peraih Sustainable Tourism. Apa Keunikannya?

 

Para penyelam Maumere Diver Community (MDC) sedang mengikat karang pada media tanam dalam kegiatan transplantasi karang di perairan Desa Kojadoi, Kabupaten Sikka, NTT. Foto : Maumere Diver Community (MDC)

 

Penilaian kondisi terumbu dari hasil analisa LIT pada bulan Juli 2007 menunjukkan, terumbu karang di perairan Kojadoi-Lambatour berada dalam kondisi sedang dengan persentase tutupan rata-rata 27,1 persen.

Kondisi ini lebih baik dibandingkan keadaan pada tahun 2006 (33,0 persen) dan 2004 (38,0 persen).

Hasil analisis yang sama juga menunjukkan bahwa terumbu karang di perairan Kojadoi-Wailago berada dalam kondisi jelek dengan persentase tutupan rata-rata hanya 24,4 persen.

Angka ini  lebih baik dari pengukuran pada tahun 2006 (sangat jelek, persentase tutupan 11,4 persen).Tapi masih menurun dibandingkan keadaan pada tahun 2004 (43,0 persen) maupun 2003 (39,0 persen).(CRITC – COREMAP II – LIPI, 2007 dan COREMAP – LIPI 2006).

Penasihat Maumere Diver Community, Yohanes Saleh mengakui kawasan TWAL Teluk Maumere masih marak aktifitas pengeboman ikan sehingga banyak terumbu karang di wilayah pesisir rusak parah.

Hans sapaannya mengakui, wilayah perairan di Desa Kojadoi karangnya relatif lebih baik. Sudah banyak karang yang tumbuh bahkan lebih baik dibandingkan dengan wilayah lainnya di kawasan TWAL.

“Aktifitas pengeboman di TWAL Teluk Maumere masih marak.Ini jadi pekerjaan rumah bagi kita semua. Mari kita selamatkan ekosisitim laut kita dari kerusakan,” tuturnya.

Kepala Desa Kojadoi, Hanawi mengakui pasca gempa 1992 begitu banyak karang yang hancur. Bahkan perairan di desanya marak dengan aktifitas pengeboman ikan sehingga ia harus bersikap tegas.

“Saya cukup keras, mau pilih saya  jadi kepala desa lagi atau tidak terserah. Saya berupaya agar generasi nanti tidak hidup sengsara akibat kerusakan alam dan lingkungan. Aksi pengeboman dan potasium pun hilang,” tegasnya.

baca juga : Kojadoi, Pesona Jembatan Batu di Pulau Tanpa Kendaraan Bermotor

 

Karang yang telah diikat pada media tanam dan diletakan di dasar laut perairan Desa Kojadoi, Kabupaten Sikka, NTT saat kegiatan transplantasi karang. Foto : Maumere Diver Community (MDC)

 

Hanawi katakan, masyarakat berusaha merehabilitasi kembali terumbu karang dan mangrove. Namun karena upaya yang terbatas, hanya beberapa wilayah saja yang bakaunya tumbuh.

Transplantasi terumbu karang juga dilakukan dengan media tanam seadanya dan banyak karang yang tumbuh di Wailago.

“Kita juga melakukan penghijauan di daerah mata air. Dampaknya, sepanjang tahun debit air tidak berkurang bahkan bisa menyuplai kebutuhan air di Desa Parumaan dan Pemana,” paparnya.

 

Karang Harus Dipantau

Mangrove dengan luas sekitar 23 ha di Desa Kojadoi dapat dijumpai di sepanjang pesisir pantai Pulau Besar mulai dari Dusun Koja Besar di sebelah timur, Dusun Margajong, Kampung Wailago sampai dengan Kampung Labantour di sebelah barat daya (Lute, 2007).

Kondisi mangrove  masih cukup lebat bahkan di beberapa lokasi lebar mangrove dapat mencapai sekitar 100 meter (COREMAP – LIPI, 2006).

Kebutuhan untuk permukiman yang mendesak, membuat laut terpaksa ditimbun termasuk dengan menggunakan batu karang. Pondasi bangunan dan jalan juga ditimbun memakai batu karang akibat mimimnya batu kali. Ini membuat kelestarian terumbu karang masih terancam.

Hanawi bersyukur ada kegiatan transplantasi karang. Ia senang, masyarakat Kojadoi sudah memahami pentingnya melakukan konservasi sehingga menjaga laut termasuk terumbu karangnya. Banyak nelayan dari pulau lainnya sering menangkap ikan di perairan Desa Kojadoi.

“Alam ini ibarat rumah yang harus kita jaga dan rawat agar bisa membawa kebaikan,” ucapnya.

baca juga : Inilah Para Pahlawan Sampah dari Koja Doi

 

Barcode yang diikat pada media tanam saat kegiatan transplantasi karang di perairan Desa Kojadoi, Kabupaten Sikka, NTT saat kegiatan transplantasi karang. Foto : Maumere Diver Community (MDC)

 

Hanawi takutkan semangat masyarakat Desa Kojadoi untuk merawat alam luntur. Dirinya mengharapkan bantuan dari berbagai pihak agar masyarakat bisa merasakan manfaat melakukan konservasi terumbu karang dan mangrove.

Yeni  berharap masyarakat lebih giat mengawasi kawasan konservasi. Pihaknya akan menjaga dan memantau setiap perkembangan terumbu karang yang dilakukan transplantasi dan menjadi database bagi BKSDA.

Petrus menjamin, semua terdata secara baik di dalam data base sebab ada scanning barcode. Bisa diikuti perkembangan pertumbuhan karangnya termasuk siapa penanggungjawabnya.

“Selama 6 bulan pertama akan dipantau agar pertumbuhannya terjaga dan mempengaruhi ekosistem di sekitar perairan Desa Kojadoi,” ungkapnya.

Sementara Xaverius menegaskan, koordinasi yang telah terlaksana bisa berlanjut. Harapannya ,alam akan kembali pulih dan apa yang dilakukan berhasil.

“Kalau alam kita jaga maka alam akan memberikan kita kehidupan yang lebih baik,” tuturnya.

 

Exit mobile version