Mongabay.co.id

Aneh, Pasangan Ini Berikan Souvenir Tanaman di Pesta Pernikahan. Apa Maksudnya?

 

Hari Jumat (18/6/2021) merupakan hari istimewa bagi pasangan Erlyn Lasar dan Dion Lamanepa. Dua anak muda Flores ini melangsungkan pernikahan dan menggelar pesta nikah di tengah pandemi COVID-19.

Penerapan protokol secara ketat diberlakukan. Pesta digelar hanya beberapa jam hingga pukul 18.00 WITA.

Lazimnya sebuah pemberkatan nikah di Gereja Katolik, setiap perayaan ekaristi ada sesi menghantarkan kado atau persembahan ke altar gereja.

Pengantin bersama orang tuanya membawa tiga pot bunga hidup dan sebuah bibit pohon Tabebuya Kuning atau Terompet Emas (Handroanthus chrysotrichus).

Usai pemberkatan nikah, pengantin menanam bibit Tabebuya di halaman timur Gereja Katedral Santo Yosef Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) disaksikan orang tua, para pastor dan kerabat.

“Sebenarnya mau tanam banyak pohon di gereja. Tetapi kami berpikir, lebih baik kami tanam satu saja,” kata Dion diamini Erlyn kepada Mongabay Indonesia di rumahnya, Senin (21/6/2021).

Keduanya beralasan, apabila pasangan lainnya terinspirasi dan mau melakukan hal serupa masih tersedia lahan untuk ditanami. Tetapi bila tidak ada, mereka bertekad secara sukarela akan menanam aneka pohon lagi guna menghijaukan halaman gereja.

baca : Sedekah Lingkungan, Mempelai Tanam Bibit di Bukit Pengantin

 

Pasangan pengantin di Kota Maumere, Sikka, NTT, Erlyn dan Dion saat menghantar persembahan berupa bunga saat perayaan ekaristi pemberkatan nikah di Gereja Katedral St.Yosef Maumere. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

 

Konsep Ekologis

Pasangan suami isteri ini mengaku konsep pemberkatan nikah dan pesta pernikahan bernuansa ekologis itu dirancang enam tahun silam saat masih berpacaran.

Erlyn mengaku keduanya sempat praktekkan konsep itu, saat teman kampus mereka di Yogyakarta menikah dan mereka diminta mengurus acaranya hingga menentukan souvenir.

Kakaknya Dion kebetuan berasal dari Fakultas Biologi sehingga mereka menyiapkan souvenir berupa bibit pohon kayu dari Kalimantan. Anakannya diambil di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

“Kami bibitkan sekitar seribu pohon kayu. Di kampus juga, saat hari raya Natal dan tahun baru dan berbagai kegiatan, souvenirnya berupa anakan tanaman. Kami beruntung kuliah di kampus yang peduli lingkungan,” ucapnya.

Kembali ke Maumere, impian untuk melakukan hal sejenis tetap terpatri. Usai resmi bertunangan Desember 2020, berdua mulai melakukan pembibitan tanaman selama 6 bulan.

Perempuan 27 tahun ini mengatakan, aneka tanaman diadakan sendiri sehingga biayanya jauh lebih murah. “Usai pulang mengajar di sekolah, kami manfaatkan waktu luang sore hari termasuk saat liburan untuk menanam,” jelasnya.

Dion menambahkan, semua bibit tanaman diperoleh secara gratis. Bibit dipilih di taman, halaman sekolah, meminta pada saudara dan kenalan serta dari pohon di pekarangan rumah.

Lelaki 28 tahun ini senang dan menikmati proses pembibitan berdua dari pencarian benih, penyiapan media tanam, merawat, memupuk hingga tumbuh bibit pohon.

baca juga : Kala Pandemi, Saat Tepat Menanam Bibit Buah dan Kayu Gratis dari Persemaian Permanen

 

Pasangan pengantin di Kota Maumere,Kabupaten Sikka, NTT, Erlyn dan Dion menanam anakan pohon Tabebuya di halaman Gereja Katedral St.Yosef Maumere usai pemberkatan nikah. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Edukasi Soal Tanaman

Sebanyak sekitar 1.400 bibit tanaman dipersiapkan pasangan muda ini. Tabebuya disemai 500 anakan, yang tumbuh 400. Kembang atau Bunga Telang (Clitoria ternatea) 250 anakan.

Kelor (Moringa oleifera)  250 anakan dan Jeruk Sitrun (Citrus limon) sekitar 300 anakan. Bunga Pucuk Merah (Syzygium paniculatum) 100 anakan. Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Kari atau Salam Koja (Murraya koenigii) yang kerap dijadikan bumbu kari, masing-masing sekitar 50 anakan.

Semua tanaman dibagikan sebagai souvenir saat acara keluarga tanggal 13 Juni dan 18 Juni saat resepsi pernikahan.

Saat resepsi nikah, tanaman dalam polybag diletakan di jalan. Banyak yang mengira tanaman ini bagian dari dekorasi. Saat hendak pulang,tetamu dibagikan tanaman.

“Di pintu masuk kita bagikan kupon warna-warni. Saat pulang kupon beraneka warna ditukarkan ke panitia lalu diberikan tanaman sesuai warna kupon,” ucap Erlyn.

Para tamu undangan agak heran sebab belum mengalami saat pesta mendapatkan souvenir tanaman.

Panitia dan pembawa acara diberikan penjelasan terlebih dahulu terkait tanaman, cara menanam serta merawatnya. Terbukti banyak tamu bertanya dan mereka bisa menjelaskannya.

“Kami berpikir apakah mereka tanam atau tidak. Kami sampaikan, kalau tidak ditanam bisa diberikan kepada tetangga atau orang lain yang mau menanam,” ucapnya.

baca juga : Pasca Banjir Bandang di NTT, Saatnya Menanam Pohon

 

Para tamu undangan di pesta pernikahan Erlyn dan Dion di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, diberikan souvenir berupa tanaman di dalam polybag. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia.

 

Setiap tamu diberi satu jenis tanaman. Tamu yang sudah berkeluarga pasti dibagikan sementara yang bujang diberikan apabila memintanya. Usai pesta, banyak yang meminta lagi tanamannya termasuk para pastor dan petugas yang memasang tenda.

Dion menimpali, uniknya saat diberi tanaman kelor banyak yang protes dan minta diganti dengan tanaman lain. Kelor sengaja dibagikan, bukan karena kekurangan jenis tanaman.

“Kelor tanaman khas NTT tapi tidak diangkat. Orang merasa kelor sayur kelas bawah padahal sangat bergizi, mudah ditanam dan tumbuh subur di lahan gersang sekalipun,” tuturnya.

 

Berharap Diikuti

Dekorasi pesta nikah menggunakan nuansa alam berupa bambu, kayu dan alang-alang. Rumah orang tua Erlyn berada di bukit dengan lahan miring. Terdapat 4 tingkat lahan dengan terasering yang menjadi lokasi pemasangan tenda.

Erlyn bertutur, sang ayah hobi menanam dan mengultimatum agar pepohonan di pekarangan tidak boleh dipotong tapi dirapikan. Akibatnya bagian dalam tenda ada ranting pohon dan dedauanan. Para tamu pun duduk di antara batang-batang pohon.

“Konsep ini sejak awal  kami konsultasikan dengan dan disetujui. Bahkan mereka mempromosikan kepada keluarga lainnya agar menghadiri pernikahan kami,” ucapnya.

Mengenai souvenir bibit tanaman, Erlyn mengaku sempat was-was konsep ini tidak bermakna, tidak sesuai harapan tamu undangan dan merasa tidak dihargai. Ternyata responnya bagus bahkan ada  tamu yang meminta tanaman lagi.

Menurutnya ada kepuasaan melihat  ada tamu yang kaget dan akhirnya senang diberi tanaman.Bahkan ada yang setelah menanam mengirimkan foto kepadanya.

“Kita tidak perlu mengadakan barang-barang sekali pakai dan dibuang.Banyak hal yang bisa dilakukan sekaligus bermanfaat bagi lingkungan,” tuturnya.

baca juga : Vinsensius Tularkan Semangat Menanam Bakau di Desa Nobo

 

Pasangan pengantin Erlyn Lasar dan Dion Lamanepa yang menggelar konsep pernikahan dengan pesan mencintai lingkungan. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Dion bermimpi apa yang mereka lakukan diteruskan oleh pengantin lainnya agar menghijaukan lingkungan bukan karena paksaan tapi karena ada niat untuk menanam.

Puluhan pasangan menikah setiap bulannya. Bila setiap pasangan membagikan 200 pohon saja maka manfaatnya besar.

“Gereja bisa menjadikannya sebagai program agar kita tidak perlu mengajak orang melakukan penghijauan ketika ada kegiatan khusus,” pungkasnya.

Salah satu tamu undangan, Robert Ray yang juga Asisten III Setda Sikka  memberi apresiasi atas konsep pernikahan ini. Menurutnya apa yang dilakukan ini sangat bagus.

Robert mengaku mengambil jeruk sitrun sebab tanaman lainnya yang dibagikan sudah dimiliki dan ditanam di rumahnya.

“Ini hal yang luar biasa dan baru terjadi di Kabupaten Sikka bahkan boleh dikatakan jarang terjadi di NTT. Saya salut dan memberikan apresiasi,” ucapnya.

 

Exit mobile version