Mongabay.co.id

Arwana, Ikan Air Tawar Purba yang Memelihara Anaknya di Mulut

 

 

Arwana merupakan spesies ikan air tawar yang begitu dipuja. Tubuhnya indah, warna sisiknya mengkilap, dan gerakannya anggun.

Berdasarkan penelitian Gerald Robert Allen dan kolega tahun 2002, berjudul “Field Guide to the Freshwater Fishes of Australia” diketahui bahwa arwana merupakan ikan air tawar dari keluarga Osteoglossidae yang sudah ada sejak Zaman Cretaceous [Zaman Kapur], periode terakhir dari era Mesozoikum [252-65 juta tahun lalu]. Sehingga, arwana dapat dikategorikan sebagai ikan air tawar purba atau primitif.

Peneliti Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI], Haryono mengatakan, ikan ini masih satu keluarga dengan Arapaima gigas, yaitu sama-sama dari keluarga Osteoglossidae.

“Arwana tidak hanya dari satu marga [genus], setidaknya ada dua yaitu, genus Osteoglossum dan Sclepopages,” kata Haryono kepada Mongabay Indonesia, Rabu (21/7/2021).

Dari genus pertama itu memiliki dua spesies: Osteoglossum bicirrhosum [arwana silver brasil] dan Osteoglossum ferreirai [arwana hitam brasil]. Sedangkan dari genus kedua adalah Scleropages formosus [arwana kalimantan], Scleropages leicbardti [arwana australia], Scleropages jardinii [arwana papua], dan Scleropages insciptus [arwana myanmar].

Ikan ini memiliki populasi dan persebaran di berbagai belahan dunia, dari Amerika Selatan, Afrika, Asia, bahkan Australia.

“Ikan arwana yang terdapat di perairan Indonesia adalah arwana kalimantan [Scleropages formosus] dan arwana irian [Scleropages jardini].”

Adapun sebaran S. formosus meliputi Asia Tenggara, yaitu Kamboja, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan S. jardinii terdapat di perairan sungai dan rawa di Kabupaten Merauke, Mappi, Boven Digul, Asmat, hingga Australia bagian utara.

Baca: Belida Lopis, Ikan Asli Indonesia yang Dinyatakan Punah

 

Ikan arwana kalimantan [Scleropages formosus]. Foto: Haryono/LIPI

 

Arwana Kalimantan

Deskripsi pertama S. formosus diterbitkan pada 1840 oleh naturalis Jerman Salomon Müller dan Hermann Schlegel, dengan nama ilmiah Osteoglossum formosum, meskipun kemudian spesies ini direvisi menjadi Scleropages formosus.

“Arwana kalimantan memiliki tubuh pipih, memanjang dengan panjang total maksimal 90 cm. Kepala berbentuk sendok dan dilengkapi dua sungut lunak di ujung rahang bawahnya menyerapai lidah. Jumlah sisik pada gurat sisinya sekitar 21-24 buah,” tutur Haryono.

Sedangkan sirip punggung terletak di belakang pangkal sirip dubur. Sirip dada panjang dan meruncing. Sisik-sisik pada tubuhnya berukuran besar.

Secara umum arwana ini mempunyai warna merah terang dan gelap, hal yang diduga terkait kondisi geografis perairan antarpulau yang berbeda.

“Habitatnya di sungai-sungai besar yang tertutup vegetasi pohon, hutan rawa banjiran, danau, rawa atau di perairan yang mengandung gambut [black water] dengan sebaran di Sumatera dan Kalimantan.”

Adapun jenis arwana kalimantan terdiri dari 4 varietas umum yang berbeda, masing-masing ditemukan di wilayah geografis tertentu. Arwana hijau adalah varietas yang paling umum, ditemukan di Indonesia [Kalimantan dan Sumatera], Vietnam, Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Malaysia.

Arwana perak asia termasuk ke dalam jenis ini yang berbeda dengan arwana perak brasil [Osteoglossum bicirrhosum]; arwana emas ditemukan di Mahato, Riau, Indonesia; dan arwana merah hanya diketahui dari bagian atas Sungai Kapuas dan danau di dekatnya di Kalimantan Barat, Indonesia.

Baca: Belida, Ikan Berpunggung Pisau Asli Indonesia

 

Anakan arwana papua [Scleropages jardinii]. Foto: Haryono/LIPI

 

Arwana Papua

Bentuk tubuhnya pipih memanjang dengan panjang maksimal 100 cm. Kepalanya seperti sendok dengan satu pasang sungut yang menyerupai lidah. Sirip punggung terletak jauh di belakang mendekati sirip ekor. Sirip dada memanjang dan meruncing. Ukuran sisik besar, dengan 32-35 sisik di sepanjang gurat sisi.

“Tubuhnya berwarna kuning kehijauan, bagian punggung terlihat lebih gelap. Pada bagian pipi terdapat bintik-bintik merah. Sirip-sirip berwarna gelap dihiasi bintik merah,” kata Haryono.

Ikan ini pada masa anakan ukurannya 3-5 cm, masih membawa kuning telur sebagai bahan makanan. Pada anakan ukuran 5 cm keatas, rata-rata sudah tidak membawa kuning telur lagi dan mulai mencari makanan sendiri di alam.

Habitatnya di sungai, hutan rawa banjiran, danau, rawa, dan umumnya berenang dekat vegetasi perairan dengan sebaran wilayah Papua.

Baca: Sejak 1974, Pari Gergaji Sentani Tidak Terlihat Lagi

 

Anakan arwana yang masih mengadung yolksac [kuning telur]. Foto: Haryono/LIPI

 

Pembagian jenis ikan arwana Asia

Merujuk penelitian Laurend Poyaud, ahli ikan dan genetika Prancis [lahir 1966], berjudul “The different colour varieties of the Asian Arowana Scleropages formosus [Osteoglossidae] are distinct species: Morphologic and genetic evidences [2003]”, dia membagi arwana Asia Tenggara dalam 4 spesies berbeda, yaitu arwana hijau, arwana emas, arwana perak, dan arwana merah.

Klasifikasi ini didasarkan pada kedua morfometrik dan analisis filogenetik menggunakan b gen sitokrom, dan yang termasuk spesies ini: Scleropages formosus, dijelaskan kembali untuk menyatakan strain yang dikenal sebagai arwana hijau.

The Golden crossback yang bukan bagian dari penelitian, termasuk dalam spesies ini secara umum, meskipun itu diduga berkaitan erat dengan aureus; Scleropages macrocephalus menggambarkan arwana perak asia; Scleropages aureus menggambarkan arwana Golden red tail; dan Scleropages legendrei menggambarkan arwana super red.

Meski demikian, mayoritas peneliti tidak menyepakati reklasifikasi Laurend Poyaud ini. Alasannya, data yang diterbitkan tidak cukup untuk membenarkan atau mengakui lebih dari satu spesies Asia Tenggara Scleropages, dan bahwa haplotipe yang berbeda digunakan untuk membedakan strain warna menjadi spesies terisolasi ditemukan dalam strain warna tunggal, bertentangan dengan temuan.

“Mereka dianggap monotypic, terdiri dari haplotipe terkait erat.”

Baca juga: Ikan Pasir dan Persepsi Unik Masyarakat Pulau Mambor

 

Arwana silver dari Brazil [Osteoglossum bichirroshum]. Foto: Haryono/LIPI

 

Penyebab perbedaan warna arwana Kalimantan

Dalam Jurnal Aqua Vol. 18 No. 2-15 April 2012 berjudul “Scleropages inscriptus, a new fish species from the Tananthayi or Tenasserim River basin, Malay Peninsula of Myanmar [Osteoglossidae: Osteoglossiformes] karya Tyson R. Roberts diketahui perbedaan warna pada jenis ikan arwana kalimantan yang sangat dipengaruhi lingkungan hidup dan makanannya.

“Para pengelola akuarium tentu saja akan menambahkan udang air asin ke ikan arwana, supaya warnanya semakin terang. Penghobi telah melakukan ini sudah beberapa dekade. Makanan yang mengadung pewarna buatan juga digunakan untuk menghasilkan warna soft yang popular. Tentu saja ini rahasia dagang,” tulis Roberts.

Ikan arwana merupakan ikan tawar bersifat parental care, yaitu induk memelihara anaknya di dalam mulut/mouth breeder sampai anak-anaknya mencapai ukuran panjang kira-kira 6 cm.

Arwana Kalimatan pengeramnya adalah jantan, namun untuk arwana irian belum diketahui. Sedangkan aktivitas pemijahan tergantung pada keadaan suhu air permukaan dan biasanya pada musim penghujan.

Makanan anakan ikan dimulai dengan udang-udangan berukuran kecil. Anakan tidak lagi tergantung induk betinanya setelah berukuran 3,5-4 cm, dan dapat tumbuh hingga 10 cm [panjang standarnya] setelah menginjak umur 3 bulan. Ikan dewasa biasa memakan pakan berukuran lebih besar, seperti katak, serangga, ikan, dan udang.

Ikan ini cenderung berada di dasar air pada siang hari tetapi muncul ke permukaan air untuk makan pada sore atau malam hari [nokturnal).

Baca: Rangkong Gading dan Arwana Merah, Akankah Bertahan dari Ancaman Kepunahan?

 

Arwana merah di Sungai Kapuas. Foto: Wasol/WWF-Indonesia/Panda Click

 

Status Perlindungan 

Tingginya minat dan permintaan pasar menyebabkan harga arwana meningkat dan keberadaannya di alam terancam punah. Kendati demikian, perdagangan arwana tetap diperbolehkan secara hukum, meskipun status perlindungannya sudah masuk Appendix I CITES. Syaratnya, arwana yang diperdagangkan hanya boleh dari hasil penangkaran dan minimal keturunan kedua [F2].

Di Indonesia, khusus arwana super red [Scleropages formosus], dilarang diekspor apabila masih telur, atau sudah menetas namun masih berukuran kurang dari 12 cm. Begitu juga arwana irian [Scleropages jardinii], telur dan anakannya yang masih berukuran kurang dari 10 cm juga dilarang.

Aturan itu tertulis dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/PERMEN-KP/2020 tentang Larangan Pengeluaran Ikan Arwana [Scleropages sp.] dan Ikan Botia [Chromobotia macracanthus] dari Wilayah Negara Republik Indonesia ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia.

Lembaga Konservasi Dunia [IUCN] telah memasukkan ikan arwana kalimantan dalam daftar Endangered [EN: Genting], yaitu spesies yang menghadapi risiko kepunahan di alam liar.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 1 Tahun 2021 tentang Jenis Ikan yang Dilindungi, arwana kalimantan masuk dalam daftar status perlindungan penuh [nomor urut 4]. Sementara, arwana irian masuk daftar ikan dengan status perlindungan terbatas [nomor urut 1].

 

 

Exit mobile version