Mongabay.co.id

Hazman dan Kepeduliannya Mendirikan Taman Hutan Mikro

 

 

Hazman Fiilin Yusron Atsani melangkah cepat. Hanya satu tujuannya, menuju lahan seluas 176 m2 yang dia namakan Taman Hutan Mikro. Letaknya tidak jauh dari Bandar Lampung, sekitar 20 menit . Tepatnya di Desa Serbajadi, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Lampung.

Sebuah gubuk bambu ukuran 2 x 2 meter telah menanti. Di bangunan sederhana itulah, lelaki 23 tahun ini berdiskusi dengan teman-temannya tentang lingkungan dan keanekaragaman hayati. Menurut Hazman, banyak mahasiswa, pejabat, juga masyarakat umum menyambangi Taman Hutan Mikro tersebut untuk berbagi kisah konservasi.

“Tujuan utama dididrikan sebagai sarana informasi dan kampanye pentingnya menjaga alam kepada masyarakat luas,” ujarnya, Sabtu [3 Juli 2021].

Dua tahun terakhir, dia rutin mengajar siswa taman kanan-kanak di Taman Hutan Mikro dan juga berbagi ilmu tentang tumbuhan dan satwa kepada anak-anak di sekitar rumahnya.

“Karena ibu saya guru TK, saya minta izin mengajar,” kata dia.

Menurut Hazman, pengetahuan tentang flora dan fauna perlu disampaikan ke anak-anak sebagai bekal awal. Ketika mengajar, Hazman mengenalkan jenis-jenis daun, lalu satwa yang akrab dengan lingkungan sekitar. Lebih lanjut, ia menjelaskan pentingnya rantai makanan.

“Banyak anak tahu pohon, tapi minim pengetahuan tentang fungsi ekologisnya. Juga, pengetahuan pentingnya burung dan hewan lain,” kata pemuda jurusan Bilogi FMIPA Universitas Terbuka ini.

Baca: Ramah Lingkungan, Anggraeni Percaya Diri Kembangkan Ecoprint di Lampung

 

Hazman Fiilinn Yusron Atsani membangun Taman Hutan Mikro sejak 2018 di sebuah lahan seluas 176 meter persegi di Desa Serbajadi, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Lampung. Toto: Chairul Rahman Arif

 

Hutan percontohan

Suasana sejuk terasa di hutan mini ini. Hazman pun telah mendata berbagai jenis burung yang hadir, serangga, dan jenis-jenis pohon yang ada. Dia ingin menjadikan Taman Hutan Mikro sebagai tempat edukasi sekaligus percontohan.

“Melihat langsung akan lebih mudah menjelaskan,” paparnya.

Hazman menerapkan etika konservasi di tempat itu. Etika yang dimaksud adalah tidak boleh membuang sampah sembarangan, tidak boleh memetik daun dan untuk zona tertentu tidak diperkenankan dimasuki agar serasah tidak rusak. Selain itu, dia juga berusaha membentuk ekosistem mirip hutan asli, lengkap dengan kanopi, tanaman strata, perdu, terna, dan serasah.

“Ketika saya masang plang Taman Hutan Mikro, banyak yang bertanya apa itu konservasi. Dari sini saya mengerti banyak hal yang perlu dikerjakan.”

Untuk jenis tanaman ada 14 jenis pohon keras, 12 jenis tanaman perdu, 12 jenis tanaman umbi dan rimpang, serta beberapa tanaman lain. Beberapa tanaman itu seperti jati putih [Gmelina arborea], akasia daun kecil [Acacia auriculiformis], bayur [Pterospermum diversifolium], dan mara [Macaranga tanarius].

Untuk satwa yang berhasil diidentifikasi seperti burung kerak kerbau [Acridotheres javanicus], perenjak jawa [Prinia familiaris], perkutut jawa [Geopelia striata], ular bajing [Ganyosoma oxychephalus], katak beras [Microhyla superciliaris], dan lainnya.

Baca: Cinta Mati Herawati pada Kupu-kupu di Taman Gita Persada

 

Burung kutilang yang biasa tampak bertengger di pepohonan. Foto: Asep Ayat

 

Hazman juga menempelkan nama ilmiah di tiap pohon yang ada. “Agar masyarakat luas kenal jenis-jenis tanaman yang ada,”

Geshang Saefulloh, pemuda sekitar yang tinggal tidak jauh dari Taman Hutan Mikro, merasa nyaman berada di hutan mini itu. “Kami di sini biasanya bicara santai mengenai lingkungan. Udaranya segar dan suasana damai.”

Geshang mengungkapkan, dia kerap membantu Hazman mencari bibit tanaman untuk dibawa ke Taman Hutan Mikro.

“Saya ikut menjaga juga. Pernah ada yang menebang pohon, setelah diselidiki ternyata kami tidak ada yang kenal,” jelasnya.

Baca: Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung

 

Burung perkutut jawa, masihkah terlihat di sekitar kita? Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Manfaat pohon

Manusia membutuhkan pohon, untuk itulah Taman Hutan Mikro hadir. Selain menyerap karbon dioksida, pohon memiliki berbagai manfaat, terutama memberikan ketenangan jiwa. “Forest healing itu istilah untuk mencapai kesehatan mental yang bersumber dari alam atau tempat yang asri,” paparnya.

Dr. Cristine Wulandari, Dosen Kehutanan Universitas Lampung, memaparkan pohon memiliki beragam manfaat yang tergantung dari tujuan penanamannya. Pohon juga memiliki percabangan, jenis daun, dan perbatangan berbeda.

“Jenis pohon itu beragam. Misalnya, di hutan mini tentunya bukan untuk dimanfaatkan kayunya. Tapi lebih untuk bagiamana menghasilkan ekosistem mikro yang bermanfaat untuk kesejukan,” tuturnya, Jumat [9 Juli 2021].

Jika untuk lahan kritis, kita butuh pohon yang akarnya dalam, percabangannya bagus. “Untuk perlindungan dalam aspek hama penyakit, jenis tanamanya juga lain. Tergatung kita ada di wilayah mana.”

Cristine juga menjelaskan bahwa pohon memiliki nilai estetika sehingga berpotensi untuk menjadi objek wisata. “Pohon jenis tertentu juga menimbulkan keindahan. Sebut saja hutan pinus yang bagus sebagai tempat wisata.”

Baca juga: Menanam Pohon, Membangun Peradaban Manusia

 

Pohon tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan manusia tetapi juga untuk kehidupan satwa, lingkungan kita, dan Bumi tempat kita hidup. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Yanyan Ruchyansyah, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, menjelaskan pohon memiliki arti penting bagi masyarakat, bahkan yang berada di daerah urban sekalipun. Menurut dia, masyarakat di daerah urban kadang melupakan arti penting pohon karena kesibukan masing-masing.

“Mereka kemudian baru ingat ketika mungkin ada bencana. Misal, ketika ketika kemarau susah mendapatkan air akibat kondisi lingkungan yang kurang baik,” ujarnya, Senin [5 Juli 2021].

Menurut Yanyan, menjaga lingkungan agar tetap asri dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, menanam pohon dan merawatnya.

“Cukup menanam pohon dan memelihara saja, agar tumbuh dan berkembang. Apalagi kalau ada manfaat lain seperti buahnya. Tentunya, daunnya menghasilkan oksigen, perakarannya mempermudah infitrasi air ke tanah. Dapat menguatkan struktur tanah juga sehingga tidak mudah longsor.”

Terkait Taman Hutan Mikro, Yanyan mengapresiasi upaya Hazman yang mengedukasi masyarakat sekitar.

“Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai ekosistem hutan itu luar biasa. Kami sangat terbantu, semoga ada kawula muda lain yang melakukan hal sama di banyak tempat,” paparnya.

 

* Chairul Rahman ArifMahasiswa Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Tertarik menulis isu lingkungan.

 

Exit mobile version