Mongabay.co.id

Aksi Jalan Kaki dari Sumut ke Jakarta, Demi Kelestarian Danau Toba

Tim 11 kala perjalanan menuju Jakarta. Foto: dari Facebook Abdon Nababan

 

 

 

 

Sebelas orang pegiat lingkungan hidup tergabung dalam Tim 11 Ajak Tutup TPL berjalan kaki sejauh 1.700 km dari Danau Toba di Sumatera Utara, menuju Jakarta. Mereka berjalan sejak 14 Juni dan tiba Jakarta, 27 Juli lalu.

Tujuan Tim 11 Ajak Tutup TPL adalah untuk penyadaran dan kampanye kepada masyarakat luas bahwa Tano Batak dan Danau Toba, sedang tidak dalam keadaan baik karena kehadiran perusahaan PT Toba Pulp Lestari (TPL)—dulu bernama PT Indorayon Utama.

Masalah menahun TPL dengan masyarakat adat di sekitar kawasan Danau Toba, Sumatera Utara,  tidak kunjung usai. Mereka pun merasa perlu upaya luar biasa untuk menarik perhatian pemerintah agar mengambil tindakan paling pamungkas, menutup TPL.

Sejak awal kehadiran perusahaan ini banyak memunculkan kontroversi, membawa persoalan bagi rakyat dan lingkungan hidup hingga mendapat penolakan dari masyarakat.

Masalah baru-baru ini, Mei lalu kekerasan terhadap 12 Masyarakat Adat Marga Simanjuntak Huta (Desa). Rasa geram dan khawatir akan kelestarian Danau Toba dan lingkungan sekitar serta kondisi masyarakat, membuat Togu Simorangkir, Anita Hutagalung dan Irwandi Sirait melakukan rencana spontan aksi jalan kaki Toba-Jakarta.

Sebelum berangkat, ketiga penggagas ini menggelar ritual adat terlebih dahulu di Makam Raja Sisingamangaraja XII di Soposurung, Balige. Aksi ini sekaligus peringatan 114 tahun gugurnya Raja Sisingamangaraja XII.

Ketiga penggagas ini ditemani delapan pendukung mulai jalan dari Makam Raja Sisingamangaraja XII di Balige. Dari laman Facebook-nya, Togu dan tim seringkali mengadakan siaran langsung untuk memperlihatkan proses perjalanan.

Dalam media itu, Togu menyebut bagaimana niatan mereka ingin bertemu Presiden Joko Widodo. Harapannya, cuma satu mereka ingin menyuarakan aspirasi masyarakat untuk tutup TPL.

 

Baca juga: Mempertahankan Lahan dari PT TPL, Warga Adat Natumingka Luka-luka

Bentrok keamanan PT TPL dan warga adat Natumingka, 18 Mei lalu menyebabkan 12 warga luka-luka. Foto: Ayat S Karoakro/ Mongabay Indonesia

 

Dukungan masyarakat

Beberapa kali dalam laman Facebook itu, Togu mengabarkan apa yang dia temui di sepanjang perjalanan. Salah satu, bagaimana Tim 11 mendapat respon positif dari masyarakat.

Mulai dari masyarakat kecil yang bertemu dengan rombongan di jalan, hingga tokoh masyarakat.

Salah satu yang membuat haru di Tarutung, Sumatera Utara. Saat itu, Togu dan rombongan dihampiri seorang bapak yang menggendong anaknya. “Tadi saat melintas Kota Tarutung, ada seorang bapak yang menggendong anaknya memberikan pepaya tiga buah dan satu botol air minum. Aku sampai berkaca-kaca atas dukungan warga ini,” tulis Togu Simorangkir di laman Facebook-nya.

Ada juga beberapa warga mendukung perjuangan Tim 11 dengan memberikan sejumlah uang. Seperti yang terjadi saat mereka berjalan kaki delapan km dari Pusat Kota Sidempuan.

Togu bertemu seorang mekanik bernama Asmawi Hasibuan. Asmawi memberikan sejumlah uang pada rombongan.

“Katanya biar ada menambahi minuman kami di jalan. Saya terharu. Mewek teruslah tiap pagi.”

Dalam video itu, terlihat bagaimana Opung Hasibuan memberikan uang Rp20.000 pada Togu. “Mauliate (terima kasih), pung. Horas.”

Dukungan pun datang dari tokoh, seperti penulis Maman Suherman yang melakukan video call pada 28 Juli lalu.

“Barusan ditelpon Kang Maman Suherman. Inti dari literasi adalah aksi. Panjang umur perjuangan,” tulis Togu.

 

Baca juga: Konflik Lahan dan Kerusakan Lingkungan Terus Terjadi dalam Operasi PT TPL

Kawasan hutan maupun lahan-lahan warga, yang masuk konsesi, berubah jadi eukaliptus. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Surat untuk Presiden

Sekitar 41 hari perjalananan kaki oleh Tim 11 baru akhirnya menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Sabtu 24 Juli lalu, Togu dan kawan-kawan menyeberang dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung, ke Pelabuhan Merak, Banten.

Dalam perjalanan di atas Ferry, Togu menuliskan surat kepada Presiden Joko Widodo, intinya meminta waktu sang kepala negara untuk bertemu dengan Tim 11.

“Bersama dengan surat ini, kami dari Tim 11 Ajak Tutup TPL (Aksi Jalan Kaki) Tutup Toba Pulp Lestari (TPL) dari Toba ke Jakarta, memohon kiranya waktu bapak presiden untuk kesediaan mendengar aspirasi kami mengenai Kawasan Danau Toba,” tulis Togu dalam paragraf pembuka suratnya.

Selanjutnya, surat Togu menceritakan keberangkatan Tim 11 dari Balige dan memberitahukan soal surat itu ditulis saat Ferry bertolak dari Lampung menuju Merak.

Togu juga menyebutkan, salah satu rombongan Tim 11 berusia delapan tahun yang karena keinginan melihat Danau Toba, tetap indah dan lestari.

“Kiranya bapak presiden berkenan mendengar aspirasi kami langsung di Istana Negara.”

 

Tim 11 saat tiba di Bundaran Senayan Jakarta, dicegat polisi untuk tes antigen. Foto: Facebook Abdon Nababan

 

Tertunda ke Istana

Pagi itu, 27 Juli, hari ke-44, Togu dan Tim 11 dijadwalkan berjalan kaki dari Serpong menuju Istana Negara di Jakarta Pusat. Togu sempat mendokumentasikan dan menyiarkan langsung perjalanan mereka di pagi hari saat berada di Jalan HOS Cokroaminoto, Ciledug, Tangerang, Banten.

“Kita akan terus melangkah, hingga ke istana negara mungkin sekitar jam 3.00 sore nanti,” katanya dalam video itu.

Sayangnya, niatan bertemu presiden mengalami kendala hari itu. Tepatnya, di Bundaran Senayan, Jakarta Selatan, saat Tim 11 dihentikan satuan kepolisian untuk menjalani pemeriksaan swab antigen COVID-19.

Togu satu-satunya dengan hasil tes reaktif. Togu dan 10 orang lain langsung dibawa ke Wisma Atlet untuk menjalani pemeriksaan PCR.

Wisma atlet tak melayani pemeriksaan PCR bagi mereka, hingga Tim 11 dilarikan ke Rumah Susun Pasar Rumput yang jadi lokasi isolasi mandiri. DI sini, hanya Togu yang menjalani tes PCR dan 10 orang anggota lain justru dibawa petugas kepolisian ke Polres Metro Jakarta Pusat untuk pendataan.

Abdon Nababan, Wakil Ketua Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dalam kesempatan terpisah menceritakan kronologi kejadian. Dia menyebut, kalau 10 anggota Tim 11 yang lain berada di Polres dari pukul 16.00-18.00.

“Tidak ngapa-ngapain. Katanya disuruh didata, ternyata hanya digantungkan begitu saja, karena mereka tunggu arahan dari atasan katanya,” ucap Abdon.

Abdon menyebut, mereka menerangkan pada pihak kepolisian bahwa aksi Tim 11 adalah aksi jalan kaki alih-alih aksi massa. Kalaupun masuk ke Istana, hanya ada tiga orang yang akan bertemu presiden.

Setelah mendengar penjelasan itu, kepolisian berkoordinasi dan memperbolehkan 10 anggota Tim 11 keluar Polres. “Sudah begitu saja, tidak ada proses apa-apa. Akhirnya, mereka ke penginapan di Kebayoran, sementara Togu menunggu hasil PCR di Pasar Rumput,” kata Abdon.

Atas kendala ini, Tim 11 membatalkan rencana ke depan istana. Mereka memilih menunggu hasil PCR dari Togu sebelum kembali menyusun rencana perjalanan ke Istana Negara.

Pemeriksaan swab antigen memang perlu untuk mencegah penularan COVID-19 kala pandemi ini. Meskipun demikian, ada beberapa kejanggalan dari proses yang menimpa Tim 11.

Dalam laman Facebook, Togu menyebut, kalau hasil tesnya berada di urutan ke-16 sudah lebih dahulu disuarakan oleh polisi melalui toa. ‘Togu Simorangkir reaktif’. Padahal, hasil tes nomor 13 belum keluar.

“Puluhan polisi menghambat kami dengan senjata gas air mata. Jadi, pahamlah kalian ya woi kejadian hari ini. Seru kalilah woi. Panjang umur perjuangan.”

Abdon merasakan kejanggalan dari petugas kepolisian yang tes swab antigen. Petugas kepolisian itu dari Polres Metro Jakarta Pusat. Padahal, lokasi pencegatan dan tes di Bundaran Senayan, wilayah administrasi Jakarta Selatan.

“Sayangnya, kami tidak ada tim medis yang bisa memvalidasi hasil tes. Jadi hanya ikuti saja arahan mereka.”

Hari berikutnya, hasil tes PCR Togu Simorangkir keluar dan menunjukkan, negatif COVID-19. Togu langsung meluncur bertemu dengan anggota Tim 11 lain dan merencanakan ulang aksi mereka.

“Sedang direncanakan ulang. Belum ada kabar dari presiden (kapan bisa bertemu),” kata Abdon.

 

Aksi Gerak Tutup TPL juga dilakukan di depan Kantor PT TPL di Sumatera Utara, pada 28 Juli lalu. Foto: AMAN

 

*****

Foto utama: Tim 11 kala perjalanan menuju Jakarta. Foto: dari Facebook Abdon Nababan

 

Exit mobile version