Mongabay.co.id

Tujuh Paus Pygmy Dilaporkan Terdampar, Satu tak Bisa Diselamatkan

 

Ketut Mangku Latra, Pokwasmas Tirta Segara berteriak-teriak menghalau seekor paus yang diduga kuat merupakan Paus Pembunuh Kerdil (Feresa attenuata) atau pygmy killer whale yang tergulung-gulung ombak besar di dekat Dermaga Tanah Ampo, Desa Antiga, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Minggu (08/08/2021). Informasi dari warga setempat menyebut ada tujuh Paus  yang terdampar di pesisir pantai itu. Enam ekor paus berhasil dilepaskan kembali ke laut dan satu ekor dievakuasi dalam kondisi lemas.

Individu yang dievakuasi inilah berkali-kali ditarik warga yang berusaha menyelamatkan dan menghalau ke tengah laut namun terdampar terus. Melihat video beberapa menit yang disebar Mangku Latra di medsosnya, sangat terlihat individu ini capek dan lemas karena terus tergulung ombak dan kembali terdampar.

baca : Belasan Lumba-lumba Terdampar di Klungkung, Satu Ekor Ditemukan Mati

 

Warga berusaha menghalau seekor paus yang terdampar untuk kembali ke laut di pantai dekat Dermaga Tanah Ampo, Desa Antiga, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Minggu (08/08/2021). Foto : facebook Matra Latra LA

 

Sedikitnya dua kali terlihat hampir bisa melewati ombak paling tinggi, Mangku Latra bersorak gembira, namun paus masih tak kuasa berenang ke laut dalam. Tubuhnya sulit mengapung, seperti berat sebelah. Mangku Latra berteriak kecewa ketika ia menyebut si paus salah arah karena berenang seolah tanpa arah. Berkali-kali terlempar ombak lagi ke pesisir.

Sejumlah kapal terlihat di sekitar lokasi terdamparnya para Paus Pygmy ini karena dekat dengan lokasi terminal bahan bakar minyak di Karangasem. Dalam video terlihat ada dua individu dalam jarak kurang dari beberapa puluh meter.

 

Tim dari Marine and Rescue Protection Foundation dan TCEC sedang memantau seekor paus yang dievakuasi dari pantai dekat Dermaga Tanah Ampo, Desa Antiga, Kabupaten Karangasem, ke TCEC Serangan, Denpasar, Bali, Minggu (8/8/2021). Foto : Tim Marine and Rescue Protection Foundation

 

Catatan kronologis dari BPSPL Denpasar menyebutkan ada tujuh paus terdampar di Pantai Ulakan, dekat Pelabuhan Tanah Ampo dan Terminal BBM Manggis PT. Pertamina pada Minggu sore sekitar jam 16.00 WITA. Dua anggota Pokmaswas setempat mencoba menghalau dan mendorong agar ke laut, namun hanya enam paus berhasil didorong dan kembali ke laut. Seekor paus selalu kembali ke pantai dan terluka gores terkena karang dan pasir.

Tim dari Turtle Conservation and Education Center (TCEC) mengecek ke lapangan dan menemukan satu individu paus itu masih hidup. Setelah berdiskusi diputuskan merelokasi ke tempat lain untuk direhabilitasi. Menggunakan kendaraan TCEC, individu ini dipindahkan ke kolam dangkal di TCEC Serangan, Denpasar, sambil dipantau kesehatannya.

Pengukuran atau morfometri menyebutkan panjang tubuh 195 cm, lingkar dada (di atas fliper) 91 cm, lingkar abdomen 100 cm, dan dari ujung kepala-dorsal fin 76 cm.

baca juga : Lumba-lumba Risso Terdampar di Jembrana, Bagaimana Nasibnya?

 

Seekor paus yang diduga merupakan paus pembunuh kerdil (pygmy killer whale) yang dievakuasi dari pantai dekat Dermaga Tanah Ampo, Desa Antiga, Kabupaten Karangasem, ke TCEC Serangan, Denpasar, Bali, Minggu (8/8/2021) akhirnya mati. Foto : Tim Marine and Rescue Protection Foundation

 

Mangku Latra yang dikonfirmasi Mongabay Indonesia pada Senin (09/8/2021) mengatakan ia menerima laporan dari anggota Pokwasmas sekitar jam 14.00 WITA. Ia tidak melihat langsung ketujuhnya terdampar, hanya menemukan tiga individu. “Terlalu semangat untuk menolong lumba-lumba itu. Awalnya disebut tujuh, tapi di TKP saya lihat tiga ekor terdampar di pantai. Lainnya sudah dihalau ke tengah laut oleh nelayan,” urainya.

“Kebetulan yang saya tolong tidak mau ke laut, saya capek sendiri. Saya pasrah karena sudah 2 jam. Minta warga lain menjaga, sampai malam tidak berhasil dihalau,” lanjutnya. Dari medsosnya para first responder mengontak Mangku Latra. Ia menyebut TCEC menelpon dan minta tolong untuk menjaga paus lemas itu. Tim TCEC pun mengevakuasi ke fasilitasnya, area rehabilitasi penyu di Serangan, sekitar satu jam berkendara dari lokasi terdampar.

Mangku Latra mengatakan sebelumnya pernah dua kali melihat paus di pesisir tempatnya mukim. Pertama, ketika kecil, paus terdampar mati, lalu dipotong oleh warga. Kemudian, sekitar awal 2000 terdampar paus besar dalam kondisi mati. “Tidak ada mitos khusus terkait mamalia di sini. Hanya penyelamatan,” imbuhnya.

Tim Pokwasmas mengakui belum ada sosialisasi khusus dan pelatihan menangani satwa terdampar namun kesadaran sudah nampak. “Hati nurani kami ada, apalagi sering didampingi LSM,” ia menyebut Conservation International (CI) Indonesia yang bekerjasama dengan Pokwasmas Tirta Segara. Salah satu staf CI kemudian memberikan brosur cara penanganan mamalia terdampar.

Sejak 2016 Pokwasmas ini membuat Posko pengawasan tengah laut. Awalnya berupa rakit bambu dan hancur setelah 3 tahun. Sekarang dibuat permanen menggunakan fiber. Mangku Latra menyebut posko pengawasan ini dibutuhkan untuk memantau illegal fishing dengan pengeboman di area perairan Labuan Amuk atau Teluk Manggis. Selain posko pengawasan, untuk mengoptimalkan posko, mereka membuka wisata mancing.

perlu dibaca : Refleksi Hasil Investigasi Kasus Terdampar Massal Paus Pilot

 

Tim Marine and Rescue Protection Foundation melakukan nekropsi seekor paus di Bali Exotic Marine Park yang sebelumnya dievakuasi dari pantai dekat Dermaga Tanah Ampo, Desa Antiga, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu (8/8/2021). Foto : Tim Marine and Rescue Protection Foundation

 

Tim Marine and Rescue Protection Foundation melakukan nekropsi seekor paus yang dievakuasi dari pantai dekat Dermaga Tanah Ampo, Desa Antiga, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu (8/8/2021). Foto : Tim Marine and Rescue Protection Foundation

 

Hasil Nekropsi

Hasil sementara nekropsi menyebutkan dari pemeriksaan fisik, organ lumba-lumba jenis Paus ini tidak ada kelainan. Namun ada indikasi kolaps di paru-paru bagian kanan sehingga sulit mengapung.

Ida Bagus Nararya Primastana Adnyana, mahasiswa magister Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Udayana melaksanakan nekropsi di Bali Exotic Marine Park bersama tim Marine and Rescue Protection Foundation dan TCEC. Prosesnya mulai dari morfometri, penghitungan ketebalan blubber, identifikasi luka, pemeriksaan patologi anatomi, pengambilan histopatologi, dan sampling DNA.

Sebelum mati, juga sempat ada pemeriksaan biokimia darah. “Hasilnya organ normal, dari patologi anatomi tak ada perubahan,” kata Primastana. Paus sudah terlalu lama di darat, ada faktor stres, dan sulit mengapung. Menurutnya ada kemungkinan kolaps di paru-paru bagian kanan sehingga tidak bisa mengapung, badannya miring ke kanan. Lambung dan usus kosong, dan ini wajar karena terdampar cukup lama sampai proses evakuasi.

Hasil resminya akan menunggu pemeriksaan laboratorium dan akan diserahkan ke BKSDA Bali dan BPSPL Denpasar.

Primastana mengatakan dari hasil identifikasi disimpulkan satwa laut itu berjenis paus kepala melon (Peponocephala electra) atau melon headed whale.

Sedangkan Danielle Kreb, scientific program leader Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) menduga kuat bahwa paus itu berjenis Pygmy Killer Whale (Feresa Attenuata), setelah melihat foto-foto nekropsinya.

Sekilas memang paus kepala melon dan paus pygmy terlihat mirip. Tetapi dengan melihat bentuk kepala dan ujung sirip samping paus itu, Danielle yang merupakan anggota dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) Cetacean Specialist Group merasa yakin itu merupakan paus pygmy.

“Saya cukup hapal (perbedaan paus kepala melon dan paus pygmy). Melihat ciri diagnostik yaitu bentuk kepala yang lebih bulat, itu paus pygmy dibanding paus kepala melon yang punya ciri khas kepala berbentuk agak segitiga. Dan sirip samping yang ujungnya lebih bulat, dan tidak selancip melon headed whale. Untuk memastikan identifikasinya bisa dengan mengecek DNA-nya,” katanya  yang dihubungi Mongabay Indonesia, Kamis (12/8/2021).

baca juga : Mencari Strategi Tepat untuk Pengelolaan Satwa Laut Terdampar

 

Nekropsi seekor paus didi Bali Exotic Marine Park, Denpasar, Bali, Minggu (8/8/2021). Foto : Tim Marine and Rescue Protection Foundation

 

Sebelumnya, seekor paus jenis kepala melon (melon headed whale) ditemukan terdampar di tepi pantai yang berlokasi di Banjar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, Jumat (16/4/2021).

Sebulan kemudian, seekor paus diduga kuat Cuvier’s beaked whale (Ziphius cavirostris), jenis yang jarang terlihat atau terdampar di perairan Indonesia terdampar mati di Pantai Mertasari, Sanur, Bali, pada Jumat (21/05/2021). Dokter hewan menemukan tali pancing di lambungnya. Berukuran besar dengan panjang paus 5,3 meter, diameter perut 2 meter, dan beratnya diperkirakan lebih dari satu ton.

 

Nekropsi seekor paus oleh Tim Marine and Rescue Protection Foundation di di Bali Exotic Marine Park, Denpasar, Bali, Minggu (8/8/2021). Foto : Tim Marine and Rescue Protection Foundation

 

***

 

Catatan redaksi : berita ini telah diperbaharui pada Kamis (12/8/2021) pukul 16.00

 

Exit mobile version