Mongabay.co.id

Seekor Lumba-lumba Terdampar Mati dengan Usus Terburai di Pantai Yeh Leh Jembrana

 

Seekor lumba-lumba yang sementara ini diidentifikasi hidung botol indo-pasifik (Tursiops aduncus) mati terdampar dengan sejumlah luka, sayatan benda tajam, dan usus terburai di Pantai Yeh Leh, Kabupaten Jembrana, Bali. Sekitar 70 km sebelah barat Pelabuhan Gilimanuk.

Wayan Suwamba, petugas Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Bali resort Jembrana mengatakan ia mendapat informasi di medsos pada Jumat (20/8/2021). Kemudian dicek ke lokasi dan ia melaporkan ke pimpinan jika benar ada lumba-lumba dengan kondisi mengenaskan. Ia menyebut lumba-lumba ini terdampar mati di atas bebatuan dengan usus keluar.

Suwamba yang dihubungi Minggu (22/8/2021) mengatakan ikut mengambil sampel bersama dokter hewan dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN) yang ikut melakukan penanganan mamalia terdampar ini. Mamalia terdampar ini digolongkan kode 3.

baca : Lumba-lumba Itu akan Diolah jadi Daging Asap

 

Seekor lumba-lumba yang diduga hidung botol indo-pasifik (Tursiops aduncus) mati terdampar dengan sejumlah luka dan usus terburai di Pantai Yeh Leh, Kabupaten Jembrana, Bali, Jumat (20/8/2021). Foto : BKSDA Bali resort Jembrana

 

Kode kejadian terdampar dikelompokkan jadi 5. Kode 1 artinya terdampar hidup. Hewan masih hidup, bergerak, menunjukkan refleks, dan bernafas. Penanggap pertama harus cepat bergerak untuk menyelamatkan.

Kode 2, terdampar mati jika hewan tidak bergerak, tapi kondisi daging masih segar, tidak berbau. Mata hewan masih berkilau. Sedangkan kode 3 jika mulai membusuk. Bangkai membengkak, mulai keluar cairan tubuh, mulai berbau. Lakukan nekropsi jika sempat dan uji sampel DNA.

Kode 4 jika bangkai sudah pembusukan tingkat lanjut, kulit mengelupas, dan sangat berbau. Sampel masih bisa diambil untuk tes DNA. Terakhir kode 5 jika bangkai sudah jadi kerangka, bisa digunakan untuk museum.

Metode penghancuran bangkai bisa dipilih sesuai kondisi. Bisa dengan dibakar namun kerangkanya hancur, dikubur di atas garis pasang surut pantai, atau ditenggelamkan.

baca juga : Terganjal Izin dan Atraksi, Tujuh Lumba-lumba Direlokasi dari Keramba ke Kolam

 

Seekor lumba-lumba yang diduga hidung botol indo-pasifik (Tursiops aduncus) mati terdampar dengan sejumlah luka dan usus terburai di Pantai Yeh Leh, Kabupaten Jembrana, Bali, Jumat (20/8/2021). Foto : arsip JAAN

 

Deny Hatief, dokter hewan dari JAAN yang terlibat dalam penanganan dan pengambilan sampel DNA mengatakan dari hasil penjelasan kondisi makroskopis pada lumba-lumba betina ini terlihat jejas sayatan benda tajam dibeberapa bagian tubuh. Terutama pada bagian abdomen sehingga organ keluar dari tubuh. Dugaannya ada yang mengambil minyak dari tubuhnya.

Ia menambahkan, pectoral fin (sirip dada) kiri sudah tidak ada, ada bekas luka berupa goresan tubuh dari gigitan gigi cookie cutter shark yang tidak dalam. “Bisa jadi karena perilaku sosial mereka dari individu lain atau gigitan predator namun tidak sampai kehilangan jaringan,” jelasnya. Selain itu lambung dan usus kosong, tidak ada makanan, dan tidak ada benda asing. Menurutnya tidak terlihat tanda-tanda terjerat jaring.

Deny menyebut identifikasinya adalah Lumba-lumba hidung botol indo-pasifik (Tursiops aduncus). “Karena kondisi karkas sudah tidak segar, kami lakukan nekropsi tidak menyeluruh dan mengambil sampel uji DNA untuk memastikan jenisnya,” katanya saat dihubungi Minggu (22/8/2021). Sampel DNA sementara diserahkan ke Yayasan Bali Bersih untuk diuji di laboratorium Bionesia.

Bangkai sudah dikuburkan di dekat lokasi terdampar dibantu warga sekitar dan tukang pengerjaan jalan (PU) yang membantu menguburkan dekat pantai.

perlu dibaca : Belasan Lumba-lumba Terdampar di Klungkung, Satu Ekor Ditemukan Mati

 

Seorang dokter hewan dari JAAN melakukan penanganan dan pengambilan sampel DNA seekor lumba-lumba yang diduga hidung botol indo-pasifik (Tursiops aduncus) yang mati terdampar dengan sejumlah luka dan usus terburai di Pantai Yeh Leh, Kabupaten Jembrana, Bali, Jumat (20/8/2021). Foto : arsip JAAN

 

Catatan mengenai pemeriksaan sampel dan hasil tes DNA yang difasilitasi Yayasan Bali Bersih bisa dilihat di website lembaga lingkungan dan kemanusiaan ini, termasuk sampel lumba-lumba di Yeh Leh ini, namun hasilnya baru keluar beberapa minggu kemudian. Rodney Westerlaken, pendiri Bali Bersih mengatakan rata-rata hasil DNA diterima dalam 5 minggu.

Dalam database yang segera diluncurkan ini, ada 8 catatan sampel, 6 di antaranya sudah ada hasil identifikasinya. Rodney menyebut prosesnya adalah jika ada satwa terdampar, maka setelah ada izin BPSPL/BKSDA sampel diambil untuk tes DNA. “Itulah SOP kami. Supaya bisa membentuk database untuk ilmuwan lain juga. Nanti bisa dipake buat pemetaan migrasi atau kelompok keluarga (satwa/mamalia),” jelasnya.

Pengambilan sampel juga dilakukan pihak lain. Menurutnya database hasil penelusuran DNA ini sangat berguna. “Siapa saja yang cari infonya bisa dipakai, asal dikutip ini dari Yayasan Bali Bersih,” sebutnya.

Dari rangkuman database terlihat tanggal hasil DNA, jenis identifikasi satwa, lokasi terdampar, dan surat keterangan hasil. Dalam surat ini dipaparkan tujuan tes molekular/DNA, metode yang digunakan, dan hasil identifikasinya.

Misalnya pada 3 Juli 2020 teridentifikasi paus sperma kerdil (Kogia sima) di Pantai Lembeng, berikutnya tes DNA mengidentifikasi paus Physeter catodon di Pantai Nusa Penida yang hasilnya diterima pada 5 Januari 2021. Jika belum ada hasilnya ditulis suspek. Termasuk dua kasus terdampar terakhir suspek Feresa attenuata di Pantai Tanah Ampo dan suspek lumba-lumba hidung botol indopasifik (Truncatus aduncus) di Pantai Yeh Leh.

Sedangkan sebaran mamalia terdampar juga dikompilasi dalam sebuah data base oleh jaringan Whale Stranding Indonesia yang bisa diakses diwebsitenya.

Website ini dibuat untuk mendokumentasikan kejadian-kejadian mamalia laut terdampar di Indonesia, terutama untuk Cetacea (paus dan lumba-lumba) dan duyung.

baca juga : Hiu Paus dan Lumba-lumba Mati Terdampar dengan Bagian Tubuh Terpotong

 

Setelah diambil sampel DNA, seekor lumba-lumba dikuburkan di lokasi penemuan yaitu di Pantai Yeh Leh, Kabupaten Jembrana, Bali, Jumat (20/8/2021). Foto : arsip JAAN

 

Protokol penanganan

Buku Panduan Mamalia Terdampar yang diterbitkan pemerintah bekerja sama dengan peneliti menyatakan pada umumnya, kejadian terdampar bukanlah suatu hal yang wajar bagi paus dan lumba- lumba, dalam arti bahwa binatang-binatang tersebut secara alami mendamparkan diri. Perkecualiannya adalah jenis paus pembunuh (Orcinus orca) yang memang sering mendamparkan diri di pantai di daerah beriklim dingin untuk memburu anjing laut.

Para ahli memiliki beberapa teori penyebab paus dan lumba-lumba terdampar, antara lain Patologis internal, kehadiran parasit dalam organ syaraf (Morimitsu et al. 1987) atau karena si hewan menelan benda asing seperti plastik, seperti yang terjadi pada seekor paus Bryde di Cairns di tahun 2009 (Aragones et al. 2013).

Gangguan pada sistem navigasi karena alat buatan manusia misal sonar (Jepson et al. 2003; Yang et al. 2008) atau alami seperti badai matahari (Vanselow & Ricklefs 2005).

Badai yang berkekuatan tinggi dapat menyebabkan disorientasi atau kelelahan pada si hewan sehingga mereka terdampar (Evans et al. 2005). Produktivitas suatu perairan meningkat (akibat kombinasi beberapa faktor seperti pasokan air dingin dan upwelling yang makin sering) sehingga paus dan lumba-lumba mengejar mangsa hingga keperairan dangkal dan terdampar (Evans et al. 2005).

baca juga : Serunya Evakuasi Lumba-Lumba Terdampar di Maros

 

Ilustrasi. Seekor lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus). Foto : illumina

 

Pengaruh bulan purnama (seperti yang menyebabkan serangkaian kejadian koteklema terdampar di Atlantik Utara (Wright 2005). Bisa juga dekompresi akibat rapid ascend (naik kepermukaan secara tiba-tiba) karena terpicu oleh gempa bumi (Benjamin Kahn, komunikasi personal 2012).

Mamalia laut yang terdampar dan mati masuk ke dalam Kode 2-5. Ada banyak jenis virus dan bakteria yang ditemukan di dalam bangkai tubuh mamalia laut yang mati. Virus dan bakteri tersebut berakibat fatal bagi manusia dan binatang peliharaan. Menyentuh mamalia laut yang mati sangat tidak disarankan untuk dilakukan oleh perempuan yang sedang hamil, anak-anak atau orang yang sedang mengalami luka di tubuhnya.

Alasannya karena mamalia laut membawa beban tinggi parasit alami yang sangat banyak. Dari jumlah yang sangat banyak tersebut, Anisakis sp. yang paling sering terlibat dalam transmisi patogen pada manusia. Paus bergigi membawa beban kontaminan lebih besar dari paus balin. Konsumsi daging dan organ (termasuk hati, ginjal, dll) paus bergigi sangat tidak dianjurkan.

Daging paus bergigi berwarna gelap karena peningkatan jumlah mioglobin, berminyak dan sangat berbahaya bagi manusia. Anjing laut menelan zoonosis organisme seperti Trichinella, Leptospira, Brucella, dan Anisakis contracaecum. Beberapa spesies anjing laut menumpuk vitamin A dalam hati mereka, dan hal tersebut sangat berbahaya bagi manusia karena berpotensi mematikan vitaminosis dari memakan hati anjing laut.

Minyak yang terkandung dalam jaringan tubuh paus sperma berbahaya bagi manusia dan binatang peliharaan. Daging paus sperma juga berefek pencahar pada manusia dan anjing ketika dikonsumsi. Daging ikan paus sperma tidak dianjurkan untuk konsumsi manusia. Paus pilot menumpuk organoklorin dan logam berat pada tingkat melebihi banyak spesies lain. Ini berakumulasi pada manusia dengan efek merugikan jika dikonsumsi, sehingga daging paus pilot dan organnya tidak dianjurkan untuk konsumsi oleh manusia.

 

Exit mobile version