Mongabay.co.id

Sedih, Orangutan Ini Mencari Makan di Kawasan Tambang Kalimantan Timur

Orangutan tempat hidupnya memang di hutan. Foto: BOSF 2018/Wiwik Astutik

 

 

Sebuah video viral merekam satu individu orangutan tengah makan sepotong roti, di lokasi tambang batubara di Kalimantan Timur. Video itu pertama kali diunggah di Instagram @kabar.kutim, Sabtu [28/8/2021], dengan keterangannya dituliskan, diduga berlokasi di kawasan tambang Kabupaten Kutai Timur. 

Video itu diabadikan dari atas truk atau alat berat. Dari suara latar, terdengar suara radio panggil,  alat wajib yang digunakan para pekerja tambang. “Datang dia minta makan,” kata perekam video.

Menanggapi video tersebut, CEO Borneo Orangutan Survival Foundation [BOSF], Jamartin Sihite menuturkan, tindakan memberi makan pada satwa liar di lokasi perusahaan tidak dibenarkan. Terutama, orangutan. Hal ini memicu kebiasaan orangutan untuk mencari makan di lokasi tersebut. 

“Mungkin, si pekerja berbaik hati ingin berbagi makanan, tapi sebaiknya jangan,” kata Jamartin, Selasa [31/8/2021].

Agar tidak ada kejadian berulang, Jamartin menyarankan, setia perusahaan apakah tambang batubara, sawit maupun perusahaan lain, yang berada di wilayah sebaran orangutan, untuk mengedukasi para pekerjanya. Tujuannya, agar tidak memberi ruang orangutan untuk terus datang.

“Kalau melihat orangutan di lokasi kerja, langsung hubungi BKSDA setempat, atau BOSF untuk segera dilakukan relokasi. Setelah itu, baru dilakukan evaluasi dan edukasi untuk para pekerja,” jelasnya.

Edukasi yang dimaksud, lanjut dia, adalah tentang penanganan satwa liar. Sebab, persebaran orangutan sangat luas, sehingga, bisa jadi hari ini berada di areal tambang dan besoknya di HPH atau HTI. 

“Perusahaan sebaiknya tidak fokus pada penanganan saat menemukan orangutan, tapi juga membantu daya dukung kawasan konservasi. Misalnya, di dekat perusahaan ada hutan konservasi, hutan tersisa atau hutan habitat orangutan beserta tanaman yang ada diperkaya. Manajemen habitat,” jelasnya.   

Baca: Dedikasi Luar Biasa Jamartin Sihite untuk Kehidupan Orangutan Kalimantan

 

Rumahnya orangutan adalah hutan. Foto: BOSF 2018/Wiwik Astutik

 

Bantahan 

Terpisah, Acting Manager External Relations Kaltim Prima Coal [KPC] Kutai Timur, Felly Lung, memberi keterangan tertulis kepada Mongabay Indonesia. Menurut dia, pihaknya telah mencari informasi ke semua internal KPC terkait keberadaan orangutan itu. Hasilnya, tidak terbukti bahwa video itu direkam di wilayah tambang aktif KPC.

“Berdasarkan tracking, orangutan tersebut bukan berasal dari lokasi KPC,” jelasnya, Senin [30/8/2021]. 

Menurut dia, lokasi pengambilan video bersumber dari atas truk. Berdasarkan SOP, pihaknya tidak membolehkan operator membawa handphone ke atas kabin alat berat, terkait keselamatan. Kontur lokasi yang ada di video juga berbeda dengan tambang KPC.

“Sampai saat ini tidak ada laporan yang masuk ke tim rescue orangutan KPC, yang telah mengikuti pelatihan khusus dari pihak balai taman nasional dan BKSDA Kaltim. Sedangkan untuk relokasi orangutan yang berpotensi terjadinya konflik, kami bekerja sama dengan BKSDA Kaltim,” jelasnya.

Felly mengungkapkan, sejauh ini KPC melakukan pemantauan orangutan [keberadaan, jumlah dan perilaku] di hutan reklamasi, bekerja sama dengan Ecositrop dan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian [STIPER] Kutai Timur.

Sedangkan untuk lubang-lubang tambang, KPC telah melakukan kewajiban mereklamasi. “Hingga Juli 2021, telah dilakukan reklamasi seluas 12.486 hektar,” ujarnya. 

KPC merupakan perusahaan pertambangan dengan izin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara [PKP2B] di Kabupaten Kutai Timur dengan izin konsesi seluas 85 ribu hektar.

Baca: Rika Safira, Komandan Pelepasliaran Orangutan di Kehje Sewen

 

 

Fenomena orangutan di luar hutan

Peneliti satwa liar dari Universitas Mulawarman, Yaya Riyadin menerangkan, kemunculan orangutan di beberapa tempat karena alasan sederhana. Habitatnya rusak dan daerah yang didatangi adalah rumahnya sendiri, yang tergerus menjadi kebun atau kampung. 

“Kalau ketemu orangutan, jangan panik, karena sebenarnya mereka berkeliaran di rumahnya sendiri,” terangnya. 

Dijelaskan dia, keluarnya orangutan tidak akan lama, akan kembali ke hutan setelah mendapat makan. 

“Dari beberapa video viral sebelumnya, ada kesamaan perilaku orangutan. Ketika ada manusia, malah mendekat, tidak takut. Video yang di daerah Paser, adalah orangutan yang dulu dilepaskan di Meratus. Sementara video di Berau, kawasan itu bukan persebaran orangutan, mungkin ada yang melepaskan atau bisa jadi orangutan nomaden,” jelasnya.

Baca juga: Satwa Langka di Ibu Kota Baru Indonesia

 

Seunik apapun, seimut apapun, hidup orangutan memang di hutan. Tampak Alba, orangutan albino yang kini hidup bebas di TNBBBR. Foto: BOSF

 

Puluhan tahun menjadi peneliti, Yaya melihat lanskap Kutai adalah kawasan persebaran dan rumah yang baik bagi orangutan. Diperkirakan, sekitar 6.000 individu orangutan hidup menyebar dari Mahakam menuju utara dan perbatasan Kelai. Masing-masing, ada yang hidup di Hutan Lindung Wehea, Hutan Lindung Sungai Lesan, Hutan Lindung Karaitan, dan Taman Nasional Kutai [TNK]. 

Yaya menerangkan, banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk melestarikan orangutan. Tidak hanya dengan merelokasi atau menangkap orangutan yang berkeliaran, tapi juga dengan restorasi atau pemulihan habitat. 

“Restorasi di sini bukan arti sempit. Apapun yang kita lakukan untuk memulihkan keadaan dan kehidupan orangutan, itu restorasi,” pungkasnya.

 

 

Exit mobile version