Mongabay.co.id

Terancam Punah, 30 Persen Spesies Pohon di Bumi akibat Penebangan dan Perubahan Iklim

Pohon tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan manusia tetapi juga untuk kehidupan satwa, lingkungan kita, dan alam semesta. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

 

Botanic Gardens Conservation International [BGCI] memberikan laporan terbarunya mengenai kondisi pepohonan di Planet Bumi.

Dari laporannya berjudul State of the World’s Trees [2021] dijelaskan bahwa dalam lima tahun terakhir, sekitar 17.500 dari 60.000 spesies pohon di dunia terancam punah. Artinya, 30 persen pohon yang hidup di muka Bumi berada dalam zona merah.  

“Ini berarti dua kali jumlah spesies pohon yang terancam secara global ketimbang gabungan mamalia, burung, amfibi, dan reptil yang terancam,” tulis laporan yang dirilis awal September 2021 tersebut.

Penelitian yang melibatkan lebih dari 500 pakar dari berbagai universitas dan  institusi itu menyebutkan, dari kumpulan informasi risiko kepunahan yang ada pada 58.497 spesies pohon, diperkirakan sekitar 142 spesies telah punah.

Jon Paul Rodriguez, IUCN Species Survival Commission, dalam keterangan tertulisnya mengatakan, untuk pertama kalinya The State of the World’s Trees memberikan perincian komprehensif tentang pohon-pohon di dunia. Dari 58.497 spesies yang diketahui, 30% terancam dan 142 berstatus punah. 

“Mengetahui di mana keberadaannya dan mengapa terancam adalah langkah pertama untuk kita bertindak demi konservasi.” 

Baca: Menanam Pohon, Membangun Peradaban Manusia

 

Pohon tidak hanya bermanfaat bagi kehidupan manusia tetapi juga untuk kehidupan satwa, lingkungan kita, dan Bumi tempat kita hidup. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Bagaimana Indonesia?

Di Indonesia, Pulau Kalimantan menjadi sorotan dalam laporan ini. Dijelaskan  bahwa Dipterocarpaceae merupakan kelompok pohon yang paling terancam. Penyebabnya adalah perluasan perkebunan sawit.

Dipterocarpaceae adalah tumbuhan dari suku meranti-merantian, misalnya pohon keruing, mersawa, kapur, bangkirai, meranti putih, meranti kuning, meranti merah, tengkawang dan meranti batu. Pepophonan ini terkenal dengan batang besar dengan ketinggian mencapai 70-85 meter, banyak dimanfaatkan dalam bidang perkayuan. 

“Penebangan dan pembalakan liar sangat berkontribusi terhadap penurunan yang cukup besar dari pohon kayu yang berharga,” tulis laporan tersebut.  

Selain Indonesia, yang terancam deforestasi, beberapa negara yang mengalami permasalahan sama adalah Meksiko, Chili, dan Argentina.

Baca: Kapur Barus, Pohon Kamper, dan Kejayaan Nusantara

 

Tidak hanya sebagai tempat bermain, pohon digunakan juga oleh satwa liar sebagai tempat hidupnya. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Diungkapkan dalam laporan BGCI tersebut bahwa kepunahan pohon dipengaruhi sektor pertanian [pohon ditebang untuk produksi tanaman] sebesar 29 persen; penebangan kayu [27 persen]; peternakan, pohon ditebang untuk penggembalaan [14 persen], urbanisasi, hutan dibuka untuk pembangunan perumahan dan komersial [13 persen] dan kebakaran [13 persen]

Perubahan iklim dan cuaca ekstrim juga menjadi ancaman bagi spesies pohon secara global. Saat suhu dan cuaca dunia berubah, banyak pohon berisiko kehilangan habitat yang sesuai, terutama spesies di habitat beriklim sedang dan tropis. 

“Setidaknya 180 spesies pohon terancam langsung akibat kenaikan permukaan laut dan peristiwa cuaca buruk. Ancaman paling parah bagi spesies yang berada di wilayah kepulauan,” ungkap laporan itu.  

Secara global, perubahan penggunaan lahan menjadi pertanian bersamaan dengan meningkatnya suhu global menambah risiko kebakaran bagi banyak spesies pohon.

Baca: Film Pohon 2020, Penghargaan untuk Sineas Muda Peduli Lingkungan

 

Pohon besar yang berdiri tegak di hutan Leuser. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Mengapa konservasi pohon penting?

Elizabeth Maruma Mrema, Sekretaris Eksekutif, United Nations Convention on Biological Diversity, dalam keterangan tertulis menjelaskan pentingnya pohon-pohon bagi semua kehidupan di Bumi. 

“Mereka merupakan spesies kunci yang melindungi dan memelihara harta karun keanekaragaman hayati.” 

Pepohonan merupakan tulang punggung ekosistem alam. Mereka menyimpan 50 persen karbon terestrial dunia dan menjadi penyangga cuaca ekstrim, seperti badai dan tsunami.

Banyak jenis pohon yang menjadi habitat dan tempat mencari makan bagi spesies burung, mamalia, amfibi, reptil, serangga, dan mikroorganisme lain. Punahnya satu spesies pohon, dapat menyebabkan efek domino, hilangnya spesies lain.

Paul Smith, Sekretaris Jenderal BGCI mengatakan, laporan ini merupakan peringatan bagi semua orang di seluruh dunia bahwa pohon membutuhkan bantuan. Setiap spesies, penting bagi jutaan makhluk hidup lain yang bergantung pada pohon, dan bagi orang-orang di seluruh dunia. 

“Dari laporan ini, kita dapat menunjukkan dengan tepat spesies pohon mana yang membutuhkan bantuan. Dengan begitu, pembuat kebijakan dan pakar konservasi dapat mengerahkan sumber daya dan keahlian yang dibutuhkan untuk mencegah kepunahan pohon di masa depan,” ujarnya.

Baca juga: Mengenal Nothofagus, Pohon yang Menjadi Sorotan UNESCO di Papua

 

Inilah pohon kamper yang menghasilkan kapur barus. Foto: Shutterstock

 

Dari permasalahan ini, menurut BGCI ada beberapa tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Yaitu, memperluas cakupan kawasan lindung untuk spesies pohon terancam yang saat ini tidak terwakili dengan baik di kawasan lindung; memastikan semua spesies pohon yang terancam punah secara global, jika memungkinkan, dilestarikan di kebun raya dan dikoleksi di bank benih; lalu meningkatkan ketersediaan dana pemerintah dan perusahaan untuk melestarikan spesies pohon yang terancam punah.

Hal lainnya adalah perluas skema penanaman pohon, memastikan penanaman spesies asli dan terancam punah sebagai target utama; meningkatkan kolaborasi global untuk mengatasi kepunahan pohon, serta partisipasi nyata semua pihak dalam upaya pelestarian pohon secara internasional, seperti berkontribusi dalam Konsorsium Konservasi Global.

 

 

Exit mobile version