Mongabay.co.id

Pesan Presiden: Rawat Mangrove buat Jaga Pesisir, Ekonomi Masyarakat sampai Serap Emisi Karbon

 

 

 

 

“Tanam, tanam, tanam… Lestari mangrove ku…Hijau-hijau pantaiku…Satwa bersukaria…

Tersenyumlah nelayan…Selamatlah masa depan…

Begitu bait lagu ‘Tanam-tanam’ menggema di acara penanaman bibit mangrove Presiden Joko Widodo bersama ratusan warga pesisir di Pantai Setokok, Batam, Selasa (28/9/21). Lagu ini dihadirkan oleh Lingkungan Akar Bhumi Indonesia di bawah guyuran hujan.

Ratusan orang dari beberapa pulau di Kota Batam berbondong-bondong datang ke Sungai Besar, Pulau Setokok, Kecamatan Bulang, Batam, Kapulauan Riau, siang itu. Dari anak-anak sampai emak-emak berangkat pakai kapal pompong dari pulau masing-masing.

Kebanyakan dari mereka sudah siap dengan tanda pengenal yang bertuliskan ‘Peserta penanaman mangrove’. Meskipun langit sudah mendung pertanda hujan, tetapi kapal pompong silih berganti bersandar di tepi pantai mengantar warga pesisir pulau-pulau kecil di Batam.

Ratusan warga ini datang untuk ikut menanam mangrove bersama Presiden RI Joko Widodo. Mereka sudah bersiap dua jam sebelum orang nomor satu itu datang ke lokasi.

Penanaman mangrove di satu sisi pantai Pulau Setokok, Kecamatan Bulang, Kota Batam. Pulau ini berada dekat Jembatan Barelang, obyek wisata terkenal di Batam. Kalau dari pusat Kota Batam, perlu waktu sekitar satu jam perjalanan pakai kendaraan roda dua menuju Setokok.

Hari itu, presiden rencana datang pukul 14.30 WIB. Vibit-bibit mangrove sudah siap di tepi pantai. Beberapa menit sebelum kedatangan Jokowi, hujan deras turun.

Masyarakat langsung mencari tempat berteduh. Apalagi terdengar kabar kedatangan R1 itu tertunda beberapa jam.

Hujan sempat mereda lalu lebat lagi. Sekitar pukul 15.00, Jokowi sudah mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam. Di tengah hujan gerimis warga pulau yang akan menanam mangrove langsung bersiap. Mulai dari pemeriksaan tanda negatif hasil rapid antigen hingga barang bawaan sebelum masuk ke lokasi menanam mangrove.

 

Baca juga: Demi Tambah, Kawasan Mangrove di Pinrang Terbabat

 

Proses penanaman mangrove juga diwarnai pasang air laut. Lokasi penanaman pun lumayan dalam. Meskipun hujan dan air pasang, warga tetap antusias tanam mangrove.

Satu-satu dari mereka mulai masuk ke laut dan berdiri di masing-masing bibit yang sudah ada pancang.

Sekitar tiga kali lapangan bola di pantai itu rata dengan tanam mangrove. Antara bibit berjarak sekitar satu meter ke depan dan belakang.

Hujan turun tak teratur, terkadang deras, kadang gerimis. Warga mulai antri masuk ke laut terlihat basah kuyup.

Hampir satu jam Jokowi belum juga kunjung tiba. Warga di dalam laut tetap bertahan dengan bibit mangrove di tangan meskipun hujan dan air laut merendam mereka hingga ke dada.

Tepat pukul 17.00, presiden datang. Teriakan dan tepuk tangan warga yang bersiap tanam mangrove para penanam mangrove menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia itu. “Pak Jokowi, Pak Jokowi,” teriak seorang penanam mangrove sambil melambaikan tangan kepada Jokowi.

Presiden Jokowi datang dari sisi kiri pantai. Berjaket hujan merah dan masker coklat, Jokowi berjalan perlahan di tepi pantai seraya melambaikan tangan bersama rombongannya.

Kemudian Jokowi duduk di satu kursi pedagang es kelapa muda, buka sepatu dan langsung masuk ke laut. Aks itu disambut sorak sorai warga.

Jokowi membuka bibit, lalu tanam dan ikan ke pancang agar tak tersapu ombak. Presiden sempat menanam tiga sampai empat bibit mangrove berjenis rhizophora.

Presiden juga berbincang dengan warga. Air pasang mulai surut hingga setinggi paha. Hujan masih turun.

Karena hujan beberapa agenda berbincang dengan nelayan, siswa sekolah termasuk pelepasan burung elang laut, batal.

 

Baca juga : Perusakan Mangrove di Lantebung Makassar, Bukti Lemahnya Penegakan Hukum di Wilayah Pesisir

Warga antusias tanam mangrove bersama Presiden Jokowi di Batam. Foto: Yogi Eka Saputra/ Mongabay Indonesia

 

Rawat mangrove

Dalam kesempatan itu Jokowi mengatakan, Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia, sekitar 3.36 juta hektar atau 20% dari luasan mangrove dunia. Dia tekankan, penting memelihara, merawat dan merehabilitasi mangrove rusak.

“Kita memiliki kekuatan potensi hutan mangrove, terpenting memelihara agar hutan mangrove terjaga,” katanya kepada awak media usai penanaman mangrove.

Dia bilang, hutan mangrove berguna memperbaiki ekosistem pesisir pantai, mengurangi abrasi air laut, dan menjaga habitat di sekitar mangrove. Mangrove juga bisa jadi upaya menyimpan emisi karbon lebih banyak dari hutan tropis di darat.

“Maka kita wajib memeliharanya. Ini kekuatan Indonesia,” katanya. Kala itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dan Wakilnya, Alue Dohong, juga mendampingi presiden.

Siti Nurbaya dalam rilis mengatakan, hutan mangrove mampu menyimpan karbon (carbon sinks) sebanyak empat sampai lima kali lebih banyak daripada hutan tropis daratan, terutama kandungan dalam tanah (coverground).

Untuk percepatan pencapaian nationally determined contribution (NDC), katanya, mangrove memberikan kontribusi besar dalam penyerapan emisi karbon.

Pemulihan ekonomi nasional melalui kegiatan program padat karya penanaman mangrove (PEN-PKPM) di Kepulauan Riau sejak 2020 seluas 743 hektar. Ia melibatkan 38 kelompok tani, dan menanam 2.698.500 benih propagul. Dalam 2021, penanaman mangrove seluas 2.700 hektar, melibatkan 107 kelompok tani dengan penanaman 8.319.400 benih propagule dan bibit.

Dia bilang, penanaman mangrove di Kampung Sungai Besar, Setokok, seluas 15 hektar ini untuk mengendalikan abrasi dan mendukung ekowisata pantai. Harapannya, berperan penting mendukung kehidupan ekonomi masyarakat lokal.

Rehabilitasi mangrove melalui mekanisme PEN, katanya, bertujuan memberikan stimulus ekonomi bagi masyarakat di masa pandemi COVID-19.

 

Baca juga: Tantangan Rehabilitasi Mangrove di Kepulauan Riau

Presiden Jokowi, berjaket merah saat tanam mangrove di Batam. Foto: Yogi Eka Sahputra/ Mongabay Indonesia

 

Peran warga

Apa kata warga? “Meskipun capek dan lapar, ini pengalaman bagus bagi saya,” kata Tina Saprina, warga yang ikut tanam mangrove.

Bagi Tina hujan pasang air laut tak jadi masalah saat tanam mangrove. Aksi itu sudah biasa mereka lakukan di pulau masing-masing. “Kami sudah biasa basah-basang menanam bungkat (mangrove) ini,” katanya.

Tina bersama 30 warga lain datang dari Pulau Akar.

tidak hanya menanam, warga juga mencari bibit sendiri. “Kebanyakan kami bekerja memang sebagai nelayan, tetapi basah-basah seperti ini sudah sering kami lakukan, seperti mencari bibit mangrove untuk ditanam di sekeliling pulau kami,” katanya.

Bagi mereka, menanam mangrove itu upaya menyelamatkan pulau yang dihuni sekitar 100 keluarga ini dari abrasi.

“Apalagi, kami harus berlawanan dengan orang yang suka menebang mangrove untuk jadi tiang rumah.”

Anggun, karyawan sekolah swasta di Kota Batam. Pengalaman menanam mangrove baru pertama kali dilakukan Angun.

“Mangrove bisa mencegah banjir dan menahan air laut naik ke permukaan,” katanya.

Salah satu kelompok nelayan yang merehabilitasi mangrove adalah Kelompok Nelayan Genting Bestari. Mereka dapat jatah dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menanam mangrove 20 hektar lahan. “Disini (Pulau Setokok) 15 hektar, di Pulau Tanjung Penempatan lebihnya,” kata Dorahim, Ketua Kelompok Nelayan Genting Destari usai penanaman.

Rehabilitasi mangrove mereka lakukan bersama masyarakat pesisir. Masyarakat sudah paham kalau mangrove sangat berguna, karena tempat udang dan ikan berkembang biak. “Ini akan membantu nelayan pesisir,” katanya.

Apalagi, katanya, banyak mangrove rusak, baik karena penebangan atau alami.

Hendrik, Koordinator Akar Bhumi Hendrik mengatakan, masih banyak terjadi kerusakan mangrove, terutama di Kota Batam. “Pemerintah kucurkan dana tetapi masih ada yang melakukan penimbunan, tebang bikin arang, dan lain-lain,” katanya saat dihubungi Mongabay, Rabu (29/9/21).

Hendrik juga melihat, tak ada sinkronisasi antara instansi dalam penanaman mangrove. Dia contohkan, pemerintah pusat melalui BRGM menetapkan beberapa wilayah di Batam untuk rehabilitasi mangrove, tetapi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tidak mengetahui itu.

“Sampai saat ini kami terus mengawasi bersama instansi terkait beberapa lahan rehabilitasi mangrove agar tidak dirusak,” katanya.

Begitu juga penanaman mangrove oleh presiden. “Itu harus diawasi berkala, jangan sampai beberapa hari kedepan sudah dirusak saja bibit-bibit itu.”

 

Baca juga: Simpang Siur Data dan Kerusakan Mangrove Riau, Bagaimana Upaya Pemulihan?

Presiden Jokowi tanam mangrove di Bengkalis. Foto: KLHK

Penanaman mangrove di Riau

Sebelum ke Batam, Jokowi dari Bengkalis, Riau, juga tanam mangrove. Ratusan warga berkumpul di Desa Muntai Barat, Bengkalis, Riau, tepatnya di Pantai Raja Kecik, Selasa (28/9/21).

Masyarakat bersama presiden menanam sekitar 20.000 bibit mangrove jenis bakau (Rhizopora sp) dan api-api (Avicenia sp), di satu pulau terdepan Indonesia ini.

Bengkalis, salah satu lokasi terluas target rehabilitasi pesisir yang masuk program PEN mangrove 2020-2021 di Riau, sekitar 1.292 hektar.

”Melalui penanaman bersama-sama harapannya kawasan ini bisa kita perbaiki dan rehabilitasi dalam mengendalikan abrasi, juga mendukung ekowisata daerah. Tentu saja ini akan mendukung ekonomi masyarakat di sini,” kata Jokowi, dalam rilis kepada media.

Pemerintah melalui KLHK bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), melakukan percepatan rehabilitasi mangrove seluas 34.250 hektar tersebar di 32 provinsi se Indonesia.

Jokowi bilang, rehabilitasi mangrove akan terus dilakukan di seluruh Indonesia, karena hutan ini menyimpan banyak karbon hingga akan berkontribusi besar pada penyerapan emisi karbon. “Ini juga meneguhkan komitmen kita terhadap Paris Agreement dan perubahan iklim dunia,” katanya.

Selain untuk memulihkan hutan mangrove yang mengalami kerusakan, PEN juga bertujuan meningkatkan tutupan hutan mangrove. Juga meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyaraka karena seluruh pembayaran PEN mangrove langsung ke rekening masyarakat dan rekening kelompok.

Pada 2020, PEN mangrove di Riau oleh 36 kelompok tani, dan penanaman bibit 3.625.900 batang. Pada 2021, PEN mangrove menjangkau luas 5.050 hektar, dengan target penanaman bibit 14.704.000 batang.

Siti Nurbaya juga hadir dalam penanaman mangrove itu. Ada Kepala BRGM Hartono, dan Bupati Bengkalis Kasmarni, yang bersama presiden berdialog langsung dengan masyarakat.

Siti menyampaikan, pemerintah konsisten, mendorong upaya-upaya rehabilitasi ekosistem mangrove dengan melibatkan semua pihak terkait, tarutama masyarakat.

Kasmarni bersyukur atas kunjungan presiden ke Desa Muntai Barat. Lokasi ini, katanya, berbatasan langsung dengan negara tetangga, hanya terpisahkan oleh Selat Melaka.

“Kami berterima kasih sekali…Ribuan masyarakat kami tidak hanya mendapatkan manfaat lingkungan juga manfaat ekonomi.”

 

Presiden Jokowi, bersama warga usai tanam mangrove di Setokok, Batam, Kepulauan Riau. Foto: Yogi Eka Sahputra/ Mongabay Indonesia

******

Exit mobile version