Mongabay.co.id

Madu Kelulut dan Kelestarian Hutan Leuser

 

 

Kelulut yang memiliki nama lain Trigona [Trigona sp.] merupakan lebah tanpa sengat yang mulai dibudidayakan masyarakat di Provinsi Aceh.

Mahdi Ismail, warga Desa Pasir Putih, Kecamatan Rantau Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, berhasil melakukannya. Berawal dari mencoba untuk kebutuhan keluarga pada 2017, dia kini telah memiliki sejumlah sarang kelulut.

“Awalnya, saya beternak hanya di samping rumah, jumlah sarang juga beberapa dengan modal Rp15 juta,” urainya, Minggu [03/10/2021].

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan [STIK] Teungku Chik Pante Kulu, Kota Banda Aceh, ini belajar budidaya lebah madu kelulut melalui media sosial. Awalnya, dia mencari sarang kelulut di kebun warga dan membelinya. Kini, masyarakat yang justru datang menawarkan.

Ketekunannya membuahkan hasil. Mahdi berhasil mengembangkan koloni lebih 60 sarang di kebunnya, seluas 2.800 meter persegi. Di kebun itu juga, ia tanami tumbuhan yang disukai kelulut.

“Usaha ini saya namakan Jambo Linot. Linot adalah nama lebah kelulut dalam Bahasa Aceh.”

Baca: Madu Kelulut, Komitmen Warga Labuh Air Pandan Menjaga Alam

 

Lebah kelulut yang dibudidayakan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Mahdi mengatakan, kelulut yang dibudidayakannya jenis Trigona itama dan Trigona thoracica. Masa panen sekitar 45 hari.

“Madu yang dihasilkan mencapai 30 liter sekali panen. Harga jual Rp600 hingga 1 juta Rupiah  per liter, tergantung  jenis kelulutnya,” ujar Ketua Inspirator Lebah Madu Indonesia Provinsi Aceh ini.

Mahdi mengatakan, peluang budidaya lebah kelulut tidak hanya dia lihat dari kacamata bisnis, namun membantu perekonomian masyarakat di pinggir hutan Kawasan Ekosistem Leuser.

“Mereka harus dibekali dengan mata pencaharian ramah lingkungan dan menguntungkan. Dengan begitu, mereka tidak tidak merusak hutan. Saya membantu siapapun yang ingin mengembangkan usaha ini, terlebih untuk masyarakat di sekitar hutan Leuser.”

Baca: Menyiasati Dampak Perubahan Iklim dengan Lebah Madu. Seperti Apa? 

 

Madu yang dihasilkan dari lebah kelulut sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Saat ini, Jambo Linot telah memiliki 50 masyarakat binaan yang umumnya tinggal di pinggir hutan. Mereka diajari dari proses panen hingga penjualan madu. Syaratnya, madu dipanen oleh pihak Jambo Linot guna menjaga kemurnian dan kualitas, agar pembeli tidak kecewa.

“Daerah-daerah sekitar hutan Leuser yang konflik harimaunya tinggi, sangat berisiko bila masyarakatnya beternak hewan seperti kambing, lembu atau kerbau. Masyarakat lebih cocok membudidayakan madu kelulut, sebagaimana wilayah yang sering dilintasi gajah,” urainya.

Baca: Studi: Ada Kesamaan Interaksi Lebah Madu dengan Kehidupan Sosial Manusia

 

Madu kelulut hasil budidaya ini biasanya dipanen sekitar 45 hari. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Dipengaruhi lingkungan

Nurul Fatimah, Abidinsyah, dan Budi Prayitno dalam makalah seminar berjudul “Pembudidayaan Lebah Kelulut [Trigona sp.] di Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah” di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Indonesia PGRI Banjarmasin, pada 26 September 2020 menuliskan, lebah kelulut merupakan jenis dari genus Meliponinae, yaitu lebah madu yang tidak bersengat atau stingless bee.

“Ada sengat sisa, namun tidak digunakan sebagai alat pertahanan. Lebah ini akan mengigit musuh atau membakar kulit musuh dengan larutan basa. Organ vital seperti mata, hidung, dan telinga musuh akan dikelilingi lebah lain dalam satu koloninya.”

Kelulut merupakan serangga kecil berwarna hitam, dengan panjang tubuh antara 3-4 mm, serta rentang sayap 8 mm. Lebah pekerja memiliki kepala besar dan rahang panjang, sedang lebah ratu berukuran 3-4 kali ukuran lebah pekerja, perut besar mirip laron, berwarna kecokelatan dan mempunyai  sayap pendek.

“Serangga sosial ini hidup berkelompok, membentuk koloni. Satu koloni berjumlah 300 sampai 80.000 lebah. Hidupnya di daerah tropis dan subtropis seperti Amerika Selatan, Australia, dan Asia Tenggara. Di Indonesia, sering disebut kelulut [Kalimantan], galo-galo [Sumatera], klanceng, lenceng [Jawa] dan te’uweul [sunda].”

Baca: Ketika Madu Sialang Kian Sedikit dan Sulit Didapat

 

Mahdi Ismail, warga Desa Pasir Putih, Kecamatan Rantau Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, telah membudidayakan lebah kelulut hingga 60 sarang di kebunnya. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Koloni lebah ini terdiri golongan reproduktif, meliputi satu ekor lebah ratu [queen] dan ratusan ekor lebah jantan, serta golongan nonreproduktif yaitu ribuan sampai seratus ribu lebah pekerja.

“Produksi dan perkembangan lebah kelulut sangat dipengaruhi faktor lingkungan, meliputi suhu, kelembaban udara, curah hujan, ketinggian tempat dan ketersedian pakan,” papar laporan itu.

Baca juga: Hebatnya Lebah Madu, Bisa Pecahkan Soal Matematika

 

Mahdi Ismail membudidayakan kelulut jenis Trigona itama dan Trigona thoracica. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

David W. Roubik dalam penelitiannya “Stingless bee nesting biology” di Jurnal Apidologie [2016] menyebutkan, di seluruh dunia, terdapat hampir lima ratus spesies lebah Trigona. Paling mudah dikenali adalah Trigona itama, Trigona scaptotrigona, Trigona laeviceps,Trigona apicalis, dan Trigona thorasica.

“Lebah Trigona banyak ditemukan di kawasan tropis atau subtropis di antaranya Australia, Afrika, Asia Tenggara, dan kawasan Amerika. Sementara di Indonesia, yang berdekatan dengan garis khatulistiwa dengan hutan hujan dihuni lebih dari 29 spesies Trigona,” sebutnya.

 

Jambo Linot adalah produk madu kelulut yang diproduksi oleh Mahdi Ismail. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Mengutip klikdokter, madu kelulut merupakan jenis madu yang mungkin cukup jarang terdengar. Madu yang memiliki nama lain stingless bee honey, atau madu meliponin ini berasal dari lebah Trigona itama dan Trigona thoracica.

“Jika dibandingkan madu biasa, madu kelulut memiliki beberapa keunggulan. Sebut saja, memiliki kadar air dan antioksidan lebih tinggi, serta total karbohidrat lebih rendah,” tulis dr. Vika Damay.

Meski tidak cukup dikenal, banyak manfaat madu kelutut bagi kesehatan tubuh kita, seperti sangat baik untuk penyembuhan luka.

“Walaupun mekanismenya belum diketahui secara pasti, mengaplikasikan madu jenis ini pada luka sebagai salep tipis bisa membantu mempercepat proses penyembuhan luka dan pertumbuhan sel-sel kulit baru. Hal ini karena adanya kombinasi antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi dalam madu kelulut,” sebutnya.

Madu kelulut juga dapat mengatasi peradangan, mencegah kanker, menurunkan berat badan, sebagai antibakteri alami, dan memperkuat sistem imun tubuh.

“Namun, untuk beberapa manfaat masih membutuhkan penelitian lebih lanjut,” ujarnya.

 

 

Exit mobile version