Mongabay.co.id

Gempa Bumi Dangkal karena Longsoran, Sedikitnya 3 Warga Meninggal

 

Gempa bumi dengan magnitudo 4.8 mengguncang Bali pada Sabtu (16/10) pukul 03.18 WIB. Guncangan cukup keras karena gempa bumi yang berpusat di 8.32 LS dan 115.45 BT di kedalaman 10 kilometer. Sedikitnya 3 warga meninggal, puluhan luka berat dan ringan, serta ratusan rumah dan tempat sembahyang rusak.

Gempa bumi ini juga memicu terjadinya longsoran (landslide) dan reruntuhan batu (rockfall) di wilayah Kabupaten Bangli. Longsor menimpa beberapa rumah warga di Desa Trunyan. Jalan desa terputus, dan evakuasi korban dilakukan lewat Danau Batur. Desa ini memang berada di tepi danau dan kaki bukit terjal.

Sejumlah siaran pers dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta laporan Forum Pengurangan Resiko Bencana yang dirangkum menyatakan laporan kerusakan bangunan terus bertambah. Seiring makin terbukanya akses jalan menuju rumah-rumah warga yang berada di kaki bukit dan gunung.

Dua desa yang terdampak paling parah adalah Desa Trunyan di Kabupaten Bangli dan Desa Ban di Kabupaten Karangasem. Keduanya termasuk desa yang sulit diakses, tak hanya saat bencana. Area ini paling dekat dengan episentrum pusat gempa dangkal pada dini hari itu.

baca : Begini Mitigasi Tsunami dan Gempa Megathrust Selatan Jawa

 

Jalan Desa Trunyan yang tertutup longsoran pasca gempa bujmi. Foto : BPBD Bali

 

Ida Bagus Ketut Arimbawa, Kepala BPBD Karangasem yang dikonfirmasi Mongabay Indonesia pada Minggu (17/10/2021) mengatakan korban sudah dievakuasi. Jumlah korban meninggal di Karangasem yang tercatat satu orang. Masalahnya saat ini adalah mengevakuasi warga yang kehilangan rumahnya ke pengungsian.

“Sistem pengungsian tidak bisa di satu tempat. Mereka tinggal di kaki Gunung Agung, harus jaga barang dan ternaknya, warga minta terpal,” ujar Arimbawa. Menurutnya semua akses ke rumah korban sudah bisa dilalui, minimal roda dua karena hanya jalan setapak.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali Made Rentin mengatakan, sesaat setelah gempa, proses evakuasi korban di Desa Trunyan, Bangli terkendala akses menuju lokasi karena terhalang material longsoran dan runtuhan batu. Pihaknya kemudian melakukan penjangkauan lokasi terdampak melalui danau.

Korban meninggal dunia lainnya adalah dua orang warga dari Kabupaten Bangli. Korban longsoran lain berhasil diselamatkan oleh tim dan sudah dilarikan ke Puskesmas terdekat. Sebagian lain berhasil menyelamatkan diri sebelum kena longsoran. Dari data yang diterima pusat data BPBD Bali, ada 5 KK yang tertimbun reruntuhan bangunan akibat gempa. Sebanyak 23 orang warga mengungsi ke rumah kerabatnya.

Dari video proses evakuasi, terlihat warga terkena reruntuhan bangunan rumahnya seperti tembok dan tiang beton. Korban berteriak histeris setelah berhasil diangkat keluar.

Desa Trunyan adalah desa kecil yang sangat padat pemukiman. Warga mukim berdampingan dengan Danau Batur dan dikelilingi perbukitan terjal. Video longsoran susulan menunjukkan material longsoran jatuh dengan cepat di sela-sela tebing yang tak disangga pohon-pohon besar.

baca juga : Pemulihan Pasca Gempa, Bisa Belajar dari Bantul

 

Rumah rusak di Karangasem, Bali akibat gempa bujmi. Foto : BPBD Bali

 

Wayan Suara Arsana Sekretaris Forum Pengurangan Resiko Bencana yang melaporkan hasil pemantauan kelompok warga di Karangasem menyampaikan ada dua desa yang terdampak yakni Desa Ban dan Desa Pempatan. Keduanya berdekatan.

Data per 17 Oktober 2021 jam 06.00 pagi dari Desa Ban adalah satu orang meninggal, 74 orang luka ringan, dan ratusan rumah serta pura rusak berat dan ringan. Desa Ban terkenal sebagai salah satu sentra kacang mete. Sedangkan dari Desa Pempatan, Karangasem, tercatat dua titik longsor, serta ratusan rumah dan pura rusak berat dan ringan.

 

Analisis BMKG

Menurut analisa dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, fenomena gempa bumi Bali M 4,8 itu terjadi akibat aktifitas sesar lokal dan termasuk dalam kategori gempa bumi dangkal.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktifitas sesar lokal,” kata Kepala Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar, Agus Wahyu Raharjo melalui keterangan tertulis.

BMKG Wilayah III Denpasar juga mencatat hingga pukul 16.42 WITA, terjadi gempabumi susulan (aftershock) sebanyak dua kali dengan magnitudo 3,8 dan 2,7 yang dirasakan di Karangasem.

Berdasarkan kajian risiko dari InaRisk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), wilayah Provinsi Bali disebut memiliki tingkat risiko sedang hingga tinggi terhadap potensi ancaman gempa bumi. InaRisk menyebutkan bahwa ada sebanyak sembilan kabupaten yang memiliki potensi risiko tersebut.

 

Skrinsyut video warga, longsor menimpa rumah warga di Desa Trunyan, Bangli, Bali.

 

Abdul Muhari, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB menyebut, Kabupaten Bangli, khususnya di Desa Trunyan, sebagai salah satu wilayah terdampak tercatat memiliki potensi gempa bumi dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi. Potensi itu juga dimiliki oleh wilayah lain seperti Kecamatan Kintamani, Kecamatan Tejakula, dan Kecamatan Rendang.

Untuk potensi bahaya tanah longsor, Desa Trunyan, khususnya yang berada di timur laut Danau Batur, masuk dalam kategori tinggi. Demikian pula wilayah penyangga lainnya seperti Kecamatan Rendang dan Kecamatan Tejakula.

Merujuk pada informasi dan hasil asesmen serta analisa dari BMKG dan InaRisk, BNPB meminta agar masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan dan selalu waspada adanya potensi gempabumi susulan. Hal yang sama juga untuk potensi longsor mengingat kawasan terdampak saat ini mungkin masih labil. Guna menghindari adanya informasi yang tidak benar, diharapkan masyarakat dapat mengakses informasi dari pihak-pihak berwenang seperti BNPB dan BPBD setempat serta BMKG.

Gempa bumi terjadi pada saat peringatan tradisi Tumpek Bubuh atau Pengatag. Ini adalah ritual penghormatan pada alam, tumbuhan sebagai sumber pangan dan keragaman hayati. Warga biasanya membuat sesajen dari janur, buah, bunga, ditambah ayam atau babi panggang dan dibawa ke kebun-kebun untuk menghaturkan persembahyangan.

Tumpek Bubuh menandai 25 hari menunju Hari Raya Galungan, salah satu upacara agama besar. Para leluhur mengingatkan untuk merawat dan melindungi tumbuhan agar jadi berkah untuk dihaturkan dan dimakan saat hari raya.

 

Rumah yang rusak akibat gempa bumi. Fot : BPBD Bali

 

Exit mobile version