Mongabay.co.id

Mubazir Makanan Buruk bagi Iklim

Cara makan, penyajian makanan sampai kemasan yang dipakai untuk makanan dan minuman, berdampak terhadap bumi. Foto: Sapariah Saturi/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Pesan makanan di restoran berlebih, tersisa lalu jadi sampah. Kemudian, membuang begitu saja sisa makanan di restoran maupun di rumah. Hal-hal ini seakan jadi kebiasaan. Tanpa disadari, kebiasaan-kebiasaan ini ikut menyumbang krisis iklim. Begitu Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas menjelaskan soal sampah makanan (food waste) ketika berakhir di tempat pembuangan akhir akan menghasilkan gas metana.

“Secara keseluruhan, retribusi gas metana ini 7,3% penyumbang emisi karbon di Indonesia atau hasilkan 1,73 giga ton CO2 secara akumulasi,” katanya dalam diskusi virtual 12 Oktober lalu.

Tak hanya membahas persoalan mubazir makanan saat konsumsi, diskusi ini juga menghitung mubazir makanan ketika proses produksi (food loss). “Mulai dari beras ditanam sampai ke piring kita itu adalah mubazir pangan yang terjadi,” kata Medril.

Dia perlihatkan, data mubazir makanan di Indonesia. Penelitian pertama kali oleh The Economist Intelligence Unit. Laporan mereka menunjukkan, sampah makanan (food loss and waste) di Indonesia mencapai 300 kilogram per orang per tahun.

Berangkat dari penelitian itu PPN/Bappenas melakukan kajian guna melihat angka sampah makanan di tanah air. “Kalau dari data The Economist Intelligence Unit, hampir setiap hari masyarakat Indonesia membuang makanan satu kilogram, loh kok bisa sebesar itu?”

Setelah kajian PPN/Bappenas selesai ternyata sampah makanan setiap orang di Indonesia tak sampai 300 kilogram. “Hasil kajian kita, sampah makanan di Indonesia berada di angka 184 kilogram setiap orang per tahun, atau sekitar setengah kilogram setiap hari,” katanya.

Rinciannya, kata Medril, 55-60% merupakan sampah makanan konsumsi dan 45-50% adalah sampah produksi.

Secara ekonomi, katanya, makanan terbuang sangat merugikan, bahkan kalau dihitung bisa sampai 4%-5% produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

“Setara dengan memberi makan 61 juta sampai dengan 125 juta orang,” katanya.

Pemerintah terus berupaya untuk mengatasi mubazir makanan. Salah satu kata Medril, sedang kerjasama dengan food and beverage. Meminta restoran dan hotel supaya makanan yang masih bagus agar diselamatkan terlebih dahulu.

“Kita sudah sampaikan ini ke persatuan hotel, supaya makanan setelah acara selesai sering menyisakan makanan agar tidak langsung dibuang ke tempat sampah.”

 

Baca juga: Mandiri Pangan dan Konsumsi Makanan Sehat Bisa Tekan Emisi, Seperti Apa?

Dari proses pembuatan makanan sampai konsumsi, perlu diperhatikan jangan sampah banyak bikin sampah yang bisa berdampak buruk bagi iklim. Foto: Sapariah Saturi/ Mongabay Indonesia

 

‘Food bank’

Kini, katanya, food bank yang makin menjamur di Indonesia bisa jadi solusi mubazir makanan, terutama makanan dari hotel dan restoran.

Food bank, merupakan tempat dimana makanan ditawarkan kepada badan-badan nirlaba untuk dibagikan kepada orang tidak mampu secara cuma-cuma. “Gerakan food bank ini akan kita gunakan selalu,” katanya.

Anissa Ratna Putri, Team Leader Food Loss and Waste Study Waste4Change mengatakan, persoalan kecil ini merupakan masalah krusial yang berdampak kepada perubahan iklim.

Beberapa daerah yang sedang mereka nilai mubazir makanan atau pangan yang adalah di Pulau Jawa. Hasilnya, data sekunder awal memperlihatkan di Jawa Barat 49,74% dari sampah merupakan sampah makanan, begitu juga Jawa Tengah 45.79%. “Hampir separuh dari jumlah sampah di kawasan itu adalah sampah makanan,” kata Anissa.

Temuan lain, Bali data awal sebanyak 27,71% merupakan sampah makanan dari total sampah. “Dalam waktu dekat kita akan turun ke lapangan, melihat kondisi sebenarnya,” katanya.

 

Seorang warga melintasi tumpukan sampah sayur-sayuran di Pasar Nagoya Jodoh Kota Batam. Foto: Yogi ES/ Mongabay Indonesia

 

Dalam kajian secara nasional, katanya, penyebab mubazir makanan adalah kebiasaan kurang baik masyarakat memperlakukan makanan. Juga kurang pemahaman soal penyimpanan makanan, padahal tidak semua makanan bisa disimpan lama meskipun dalam kulkas.

“Kemudian perilaku masyarakat yang membeli sesuatu berdasarkan bentuk, akibatnya yang tidak disukai akan terbuang. Penyebab lain kurang edukasi,” kata Anissa.

Dia bilang, ada kebiasaan berlebih-lebih masyarakat Indonesia. “Perilaku konsumen pesan aja dulu, lebih baik lebih daripada kurang, itu salah satu yang membuat mubazir makanan terjadi.”

Edukasi yang bisa dilakukan masyarakat, kata Anissa, dengan konsep agama, yaitu tidak boleh mubazir dan membuang makanan. “Saya pernah datang ke salah satu hotel di Bogor, disana ada imbauan pengunjung restoran untuk menghabiskan makanan.” Bahkan, di hotel itu diperlihatkan angka sampah makanan mereka setiap hari.

Anissa mengatakan, semua pihak harus mengambil peran dalam kampanye setop mubazir makanan ini, seperti pemerintah, organisasi masyarakat sipil, swasta, media dan lain-lain. “Makin banyak yang membagikan ini, masyarakat akan tersadarkan.”

Dalam kajian mereka, jenis makanan paling banyak mubazir adalah padi-padian. Anissa juga membagikan tips cara mengurangi mubazir makanan, salah satu mengambil makanan dalam lemari yang sudah lama disimpan, bukan yang baru masuk dalam lemari.

Nadine Chandrawinata, pendiri Seasoldier mengatakan, banyak fenomena terutama generasi milenial lebih banyak swafoto dengan makanan daripada menghabiskan makanan itu. “Saya selalu sosialisasikan untuk tidak mubazir makanan di sosial media.”

Dia bilang, banyak peluang bisa didapatkan anak muda sambil mengkampanyekan perilaku peduli lingkungan hidup ini. “Bisa saja aksi-aksi itu jadi konten dan disuarakan di media sosial masing-masing,” katanya.

Nadine bilang, dalam kampanye lingkungan banyak tantangan, salah satu penolakan dari beberapa kalangan. “Itu tantangan, saya juga menghadapi tetapi usaha kita bagaimana mengubah mindset masyarakat seperti itu.”

Rochimawati, Ketua Umum The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) meminta, jurnalis membahasakan persoalan perubahan iklim atau emisi karbon dengan sederhana, supaya pesan mudah tersampaikan kepada masyarakat umum.

 

Terlihat mobil truk hilir mudik mengantarkan sampah yang diambil dari perumahan warga Kota Batam. Foto: Yogi ES/ Mongabay Indonesia

 

*****

Exit mobile version