Mongabay.co.id

Mewaspadai Gempa dan Longsor Susulan di Area Terdampak Gempa Bumi Bali

 

Gempa bumi dangkal yang berpusat di Bali timur pada 16 Oktober 2021 menimbulkan nestapa di tengah Pandemi Covid-19 ini bagi ratusan warga yang kini harus tidur di luar rumah. Tak sedikit rumah yang rata dengan tanah, di sisi lain masih ada risiko gempa dan longsor susulan karena berada di zona rawan bencana alam.

Ada dua kabupaten yang terdampak di Bali, Kabupaten Karangasem dan Bangli yang bertetangga. Episentrum gempa di antara dua kabupaten ini dan kawasan perbukitan. Sejumlah desa di kabupaten itu sebelum gempa sudah susah diakses, kini kondisinya makin memprihatinkan.

Gempa bumi dengan magnitudo 4.8 mengguncang Bali pada Sabtu (16/10) pukul 04.18 WITA. Guncangan cukup keras karena gempa bumi yang berpusat di 8.32 LS dan 115.45 BT di kedalaman 10 kilometer. BMKG Wilayah III Denpasar juga mencatat hingga pukul 16.42 WITA, terjadi gempabumi susulan (aftershock) sebanyak dua kali dengan magnitudo 3,8 dan 2,7 yang dirasakan di Karangasem.

Desa-desa di bebukitan dan sekitar Gunung Abang dan Gunung Agung ini sebelumnya sudah kesulitan akses air bersih, kesehatan, dan komunikasi. Kini, gempa bumi Magnitudo 4,8 sekitar pukul 4 dini hari makin menyulitkan warga setempat.

I Ketut Keten dan istrinya Ni Wayan Tamped adalah pasangan muda dengan dua anak. Ia belum bisa berlari keluar bangunan rumah, tapi beton-beton tembok dalam rumah sudah runtuh mengenai pinggangnya sambil memeluk anak perempuannya.

Keluarga ini mengharapkan tempat tinggal karena sudah mulai musim hujan. Rumah mungil dengan dua kamar itu nampak sangat berbahaya jika ditempati karena bagian pondasinya sebagian ambrol dan seluruh tembok penyangga dalam rumah ambrol. Keten sudah mendapat selembar terpal untuk tenda darurat dan paket sembako.

Ia berharap segera bisa memperbaiki atau membangun kembali rumahnya yang baru ditempati 4 tahun. “Kami perlu tempat tinggal,” katanya.

baca : Gempa Bumi Dangkal karena Longsoran, Sedikitnya 3 Warga Meninggal

 

Dua rumah terkubur di lokasi tewasnya 2 korban gempa bumi Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Sedikitnya ada 5 rumah rusak berat atau nyaris rata dengan tanah di sekitar rumah Keten. Pondasi bangunan rumah-rumah ini sudah sebagian ambrol. Terutama area dapur dan kamar mandi di bagian belakang.

Sepasang lanjut usia, Nyoman Seken dan Ketut Langgeng pun kini hanya bisa menatap reruntuhan rumahnya. Keduanya beruntung sedang tidur di pondokan tengah ladangnya pada hari naas itu. “Saya sedang buat ketupat untuk upacara Tumpek Bubuh,” kata Seken terkait upacara agama untuk menghormati jasa tumbuhan yang bertepatan saat gempa bumi terjadi.

Dusun-dusun di Desa Ban berada di kawasan perbukitan, sebagian curam dan kering. Tak mudah mengakses lokasi gempa karena sebagian besar masih jalan tanah, berbatu, dan curam. Rumah-rumah warga pun saling menumpuk di bukit. Secara geografis sangat berisiko jika ada gempa susulan. Terlebih dengan kondisi saat ini, sebagian besar rumah sudah retak.

Berdasarkan perkembangan data pada Senin (18/10), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem mencatat sebanyak 243 rumah rusak parah dan 300 rusak sedang dan ringan di Desa Ban. Gempa mengakibatkan kerusakan berat pada 21 unit pelinggih atau bangunan suci, satu sekolah, dan tiga titik jalan tertutup material longsoran.

Kerusakan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, ini tersebar di beberapa desa di 4 kecamatan, antara lain Desa Ban dan Dukuh (Kecamatan Kubu), Rendang dan Pempatan (Rendang), Jungutan (Bebandem) dan Amerta Buana (Selat). Dampak korban jiwa di kabupaten ini tercatat 1 warga meninggal dunia, 6 luka berat dan 69 luka ringan.

Bupati Karangasem telah menetapkan surat keputusan tanggap darurat dengan nomor 328/HK/2021. Status tanggap darurat berlaku 7 hari, terhitung tanggal 16 hingga 22 Oktober 2021.

baca juga : Begini Mitigasi Tsunami dan Gempa Megathrust Selatan Jawa

 

Salah satu titik longsor abupaten Bangli yang mengubur 4 orang, 2 tewas. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Selain di Karangasem, gempa yang terjadi pada pukul 03.18 WIB dengan kedalaman 10 km juga berdampak di Kabupaten Bangli. Sebanyak 44 rumah rusak berat, sedang, dan ringan. Selain itu ada 28 tempat ibadah rusak dan sejumlah fasilitas umum. Warga memilih mengungsi di rumah kerabatnya sekitar 20 jiwa dari 5 KK.

Dampak korban jiwa di Kabupaten Bangli ini tercatat 2 warga meninggal dunia, 2 luka berat dan 5 luka ringan. Kerusakan maupun dampak gempa di Kabupaten Bangli tersebar di tiga desa di Kecamatan Kintamani, yaitu Desa Trunyan, Abang Batu Dinding dan Abang Songan.

 

Membuka Akses Jalan

Warga di Desa Trunyan, Kabupaten Bangli, sebuah desa Bali Aga atau desa dengan sejarah historis Bali kuno sudah terisolasi tiga hari karena jalan raya satu-satunya terkubur 9 titik longsoran. Isolasi 3 desa ini terdampak pada 503 kepala kaluarga, terdiri dari Desa Trunyan 240 KK, Abang Songan 46 KK, dan Abang Bantundinding 217 KK.

Pada Senin (19/10/2021) sore, nampak dua alat berat bekerja membersihkan jalan dari tutupan longsoran. Batu sebesar gajah menggelinding dari bukit sekitar 30 meter, diikuti bebatuan kecil dan tanah. Jalan aspal yang lebarnya hanya 3 meter, kini jadi dua kali lipat lebih lebar karena ada material tambahan yang dijatuhkan ke sisi Danau Batur.

Sedikitnya ada 9 titik longsoran besar, dan beberapa titik lain longsoran kecil di Bukit Abang yang menjulang. Desa Trunyan, salah satu desa Bali Kuno dengan tradisi unik ini ada di kaki bukitnya. Berdampingan dengan bibir danau. Desa ini sudah mengalami beberapa kali bencana, selain longsor, juga rob air danau yang membanjiri sebagian desa kecil namun padat ini.

Ketika satu demi satu titik longsor bisa dilewati, berkendara terasa menakutkan karena sejumlah titik bukit masih terlihat berdebu karena gerakan tanah. Bebatuan besar masih berserakan di jalan.

Sejumlah pejabat pemerintah silih berganti datang ke lokasi rumah-rumah yang sudah tertanam longsoran. Mereka menggunakan boat melalui danau dari dermaga Desa Kedisan sekitar 15 menit. Petugas membuat dermaga darurat dari bambu.

Posko bantuan didirikan di dermaga Kedisan. Di sini ada informasi tentang pihak yang memberikan donasi seperti Pemprov Bali, BNPB, serta peta rawan bencana. Tantangan berikutnya adalah bagaimana melakukan mitigasi di area rawan bencana yang juga desa tua bersejarah?

baca juga : Pemulihan Pasca Gempa, Bisa Belajar dari Bantul

 

Rumah warga yang runtuh di Desa Ban. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Gempa bumi ini memicu terjadinya longsoran (landslide) dan reruntuhan batu (rockfall) terutama di wilayah Kabupaten Bangli. Menurut analisis dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (MKG) Wilayah III Denpasar, fenomena gempa bumi Bali M 4,8 itu terjadi akibat aktifitas sesar lokal dan termasuk dalam kategori gempa bumi dangkal.

Berdasarkan kajian risiko dari InaRisk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), wilayah Provinsi Bali disebut memiliki tingkat risiko sedang hingga tinggi terhadap potensi ancaman gempa bumi. InaRisk menyebutkan sembilan kabupaten yang memiliki potensi risiko tersebut.

Salah satu lembaga yang juga melakukan respon darurat adalah Yayasan IDEP. Dari asesmen awal di Desa Ban, banyaknya rumah yang rusak parah terjadi karena struktur bangunan tidak baik dan letak pemukiman yang berada di tebing-tebing rawan longsor. Selain itu, informasi terkait mitigasi bencana masih sangat minim.

Pendistribusian informasi juga masih kurang, karena keterbatasan jaringan. Keterbatasan ini nantinya akan mempersulit penyaluran informasi jika ada gempa susulan atau bencana lainnya. Sampai saat ini jaringan radio masih bisa dimanfaatkan walaupun terbatas. “Untuk saat ini, kami baru mendistribusikan beberapa tikar, terpal, obat-obatan, masker, dan sembako,” kata Lingga, tim IDEP.

IDEP akan melakukan beberapa upaya berdasarkan kebutuhan warga terdampak. Seperti membangun sanitasi darurat, tempat pengungsian yang aman, serta mendistribusikan perlengkapan sanitasi dan sembako.

Hal menarik yang dijumpai di Desa Ban, sejumlah rumah tradisional masih kokoh berdiri. Dibuat dari pondasi batu dan rakitan tembok bambu. Sedangkan rumah-rumah yang rubuh dibuat dari batako dengan kolom besi kecil.

 

Exit mobile version