Mongabay.co.id

Pulau Peucang Yang Bikin Hati Tenang

 

Ingin merasakan sensasi suasana hutan tropis dengan beragam tumbuhan dan satwa liar di dalamnya? Atau hendak menikmati perairan dengan panorama pantai yang menawan? Agaknya, anda wajib mencatat ini sekaligus memasukannya ke dalam destinasi yang bakal dikunjungi.

Ada surga tersembunyi di ujung barat Pulau Jawa. Konon, sekalinya berkunjung wisatawan jatuh cinta. Jika tak percaya cobalah traveling ke Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang, Banten. Dan pilih Pulau Peucang, satu dari banyak tempat menarik di sana.

Tak sulit menjamah kawasan ini. Dari Jakarta, anda dapat memilih rute darat Jakarta-Serang-Labuan sejauh 120 kilometer. Bisa juga dipilih rute Jakarta-Cilegon-Labuan sejauh 140 kilometer.

Lalu perjalanan dilanjutkan mengunakan jalur laut dari Sumur atau Tamanjaya. Tarif sewa kapal berkapasitas sekitar 25 orang dibardrol Rp2-3 juta per kapal. Butuh waktu hampir tiga jam untuk sampai ke dermaga Pulau Peucang.

Sedianya punya bajet lebih, anda dapat sewa kapal cepat dengan ongkos nyaris dua kali lipat dari harga perahu biasa. Tentu saja waktu tempuh jadi semakin singkat.

Baca juga: Momen Langka, Badak Jawa Terekam Kamera di Ujung Kulon

 

Pengunjung melintas gerbang masuk Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Selain melihat hamparan hutan belantara luas dengan bukit-bukit yang masih berdiri tegak di  sepanjang perjalanan. Anda juga akan disuguhi kawasan bekas tsunami akibat erupsi Krakatau pada 2018 lalu.

Tak terasa, perahu sudah membuang sauh. Di beranda pulau seluas 500 hektare ini, pantai berpasir putih, langit biru dan beralas jernihnya air sebening kaca mempesona kedua bola mata. Ombak kecil dibalut hijaunya hutan tropis begitu menenangkan.

“Begitu alami,” kata seorang teman yang baru pertama menginjakan kaki di Peucang.

Salah satu agenda pesiar yang anda bisa jadwalkan selama di Pulau Peucang adalah trekking masuk hutan menuju Tanjung Layar melalui Cibom sejauh sekitar 1 kilometer. Pada zaman Belanda, Cibom sempat akan dijadikan sebagai pelabuhan internasional bagi kapal-kapal dagang Belanda.

Di jalur trekking Cibom-Tanjung Layar, banyak juga dijumpai pohon kiara berlubang yang melintang di tengah-tengah jalan. Lubang pada pohon ini mirip gapura, dengan hiasan akar-akar yang menjuntai ke tanah.

Dan sedianya anda malas berjalan, dapat menjajal beberapa spot untuk bersnorkeling, misalnya, di Cikembang, Cikuya, atau Citerjun. Konon, terumbu karang di sejumlah spot tersebut mirip dengan terumbu di Taman Nasional Karimunjawa.

Baca juga: Habitat Badak Jawa, Adakah yang Seideal Ujung Kulon?

 

Daratan Ujung Kulon terlihat dari Pulau Peucang. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Kata pemandu setempat, teruntuk anda yang menyukai dunia alam liar disarankan anda ke Padang Penggembalaan Cidaun untuk melihat satwa liar, seperti merak hijau, banteng jawa (Bos javanicus), dan berbagai macam jenis burung. Jika ingin merasakan sensasi lebih liar, paket wisata minat khusus selama kurang lebih sepekan mengamati badak jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah pilihan tepat. Siapkan saja anggaran sekitar Rp 30-40 juta untuk mencicipi magisnya rimba raya.

Bagi penikmat senja, anda bisa berjalan menuju sisi barat pulau. Di tempat tersebut terdapat batu karang yang mirip pulau kecil atau kata pemandu disebut Karang Copong. Karang itu dinamakan Copong karena tengahnya bolong atau copong.

Dari Pulau Peucang sebagai titik tolak, wisatwan juga bisa melintas ke Pulau Handeuleum menggunakan kapal. Inilah salah satu keuntungan mengunjungi Pulau Peucang menggunakan kapal sewaan. Salah satu yang menarik dari Pulau Handeuleum adalah kita bisa menelusuri Sungai Cigenter menggunakan perahu kano dan melihat ekosistem hutan mangrove.

Selain beberapa spot yang sudah dijelaskan tersebut, pengunjung bisa mengunjungi Pantai Kalejetan, Karang Ranjang hingga Cibandawoh. Percayalah tempat-tempat ieu merupakan pilih tepat mengusir penat di kepala anda.

Baca juga: Memotret Langsung Badak Jawa di Habitat Terakhirnya

 

Pantai pasir putih di Pulau Peucang, dilihat dari ketinggian. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Warisan dunia

Sebagai informasi, TNUK adalah taman nasional pertama yang diresmikan di Indonesia. Malah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan atau UNESCO menetapkan sebagai Alam Warisan Dunia pada 1992.

Jauh sebelum itu, konon Ujung Kulon semula merupakan daerah pertanian sampai akhirnya hancur lebur beserta seluruh penduduknya saat Gunung Krakatau meletus dahsyat pada 1883. Tak heran banyak peneliti luar menjadikan kawasan di bagian barat Pulau Jawa ini sebagai objek penelitian.

Setiap tahunnya, berdasarkan data TNUK, setidaknya 5.000 an wisatawan domestik dan mancanegara liburan ke Ujung Kulon. Wisatawan asing yang datang kebanyakan berasal dari Australia, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris, dan Perancis.

Ujung Kulon memang memiliki keindahan tiada tara. Pasir putih menghampar di sela-sela hijaunya hutan rimba. Laut biru menawarkan keindahan biota laut yang tak akan bosan dinikmati mata. Bagaikan surga tropis di ujung paling barat Pulau Jawa.

 

Rusa timor (Timorensis) berkeliaran di Pualu Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

“Pusing dibawa ke Peucang. Itu pusing hilang,” seloroh teman sembari menceburkan diri ke laut.

Berwisata ke Pulau Peucang sebaiknya dilakukan beramai-ramai. Kata Manajer Niki Peucang Resort Chris Tianthaihutu, salah satu penyedia jasa wisata, supaya tak cekak. Pasalnya ongkos paket wisata ke Peucang 2 hari 1 malam cukup lumayan.

Tarif penginapan berkisar Rp 450.000-Rp 750.000 untuk kelas barak. Jika ingin kelas hotel mulai dari harga Rp 1.2 – 2 juta per kamar per malam. Kini restoran pun sudah tersedia. Namun, Chris menyarankan untuk memesan jauh hari agar kebutuhan anda selama di Peucang dapat terpenuhi. Tertarik mencoba? Jangan lupa urus surat izin masuk kawasan konservasi.

 

Laut dan hutan di Pulau Peucang. Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

 

Exit mobile version