Mongabay.co.id

Kolaborasi Jaga Iklim, Puluhan Komunitas Makassar Tanam Mangrove di Lantebung

 

Sumardi Ariansyah tampil di depan sekitar seratusan orang berorasi. Suaranya lantang membelah udara di pagi yang cerah. Para peserta kegiatan yang merupakan pemuda dari puluhan komunitas di Makassar, mengikuti apa yang ia sampaikan.

“Kepalkan tangan kiri kawan-kawan. Sumpah pemuda jaga iklim. Kami pemuda penjaga laut bersumpah menjaga kelestarian sumber hayati dan sumber kehidupan dari krisis iklim, melakukan gaya hidup ramah lingkungan dalam tingkah laku sehari-hari. Mendorong kolaborasi untuk penguatan gerakan bersama menjaga alam Indonesia. Mendukung kearifan lokal dan hak masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya alam,” seru aktivis dari EcoNusa ini.

Kemeriahan pagi itu adalah bagian dari kegiatan #AksiMudaJagaIklim yang dilaksanakan oleh Kolaborasi Penjaga Laut Makassar memanfaatkan momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda, yang dilaksanakan di Kawasan Wisata Mangrove Lantebung, Makassar, Kamis (28/10/2021).

Tanpa menghiraukan terik matahari dan pantai yang berlumpur mereka menanam sekitar 2.800 bibit mangrove. Lalu, ada juga kegiatan kampanye, bersih sampah dan lomba gambar yang melibatkan peserta dan warga sekitar Lantebung.

Adi Zulkarnaen sebagai koordinator kegiatan menyampaikan kegiatan ini bertujuan sebagai upaya penyadaran dan ajakan kepada masyarakat dan pemuda untuk menjadi bagian dalam menjaga iklim. Selain itu, kegiatan ini sebagai upaya untuk mendukung Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Makassar dengan mempertahankan dan memperluas kawasan mangrove.

“Perlu aksi nyata dalam mengurangi tekanan terhadap lingkungan pesisir dan laut serta upaya mencegah krisis iklim,” ujarnya.

baca : Tanam Mangrove di Lantebung, Upaya Gojek Hijaukan Makassar

 

Dengan antusias seratusan pemuda meneriakkan Sumpah Pemuda Jaga Iklim. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay-Indonesia.

 

Kegiatan #AksiMudaJagaIklim sendiri dilaksanakan secara serentak di 76 lokasi di Indonesia, bagian dari memperkenalkan dan memperkuat gerakan bersama melalui aksi yang dimotori oleh kaum muda melalui Penjaga Laut.

“Kota Makassar dipilih sebagai salah satu lokasi titik utama #AksiMudaJagaIklim. Karena kondisi pandemi, tentunya peserta akan kami batasi dan menerapkan protokol kesehatan. Kegiatan ini pula dapat diikuti seluruh pemuda dari rumah dengan mengajak seluruh pihak peduli terhadap iklim melalui media sosial,” jelasnya.

Menurut Sumardi Ariansyah, kegiatan tersebut adalah aksi muda jaga iklim yang memang fokus kepada kaum muda sebagai motor penggerak berlokasi di 76 lokasi seluruh Indonesia dari Aceh hingga Papua.

“Untuk keseluruhan 76 itu terdapat 3 titik utama, yaitu di Ancol Jakarta, Lantebung Makassar dan Ambon. Dari kegiatan ini yang kita ingin munculkan adalah pergerakan dari kawan-kawan mudanya terkait isu perubahan iklim atau krisis iklim ini dimana kita ingin merangkul seluruh komunitas kaum muda, baik yang bergerak di isu lingkungan atau lainnya, dimana Penjaga Laut sebagai wadah bersama,” katanya.

Menurutnya, tujuan pelaksanaan di 76 titik tersebut sebagai simbolisasi 76 tahun Indonesia merdeka, yang dilaksanakan di momentum perayaan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober.

“Kenapa 76 titik karena 2021 kan Indonesia berusia 76 tahun, sebagai simbolisasi ini loh hadiah dari anak muda untuk bangsa ini bahwa mereka sudah peduli, apalagi Indonesia ini sudah masuk bonus demografi.”

Tidak hanya menanam mangrove dan aksi iklim, kegiatan lainnya adalah transplantasi terumbu karang, bersih sampah laut, dan diskusi secara online.

“Tanggal 28 Oktober itu puncak kegiatan, sementara mulai awal Oktober ada banyak kegiatan lainnya terkait lifestyle anak muda. Nanti juga kita akan tayangkan video-video kegiatan ini di Festival Jaga Laut yang semoga bisa terlaksana di 10 November sesuai Hari Pahlawan, sebagai sebuah pesan bahwa kawan-kawan muda ini adalah pahlawan-pahlawan muda lingkungan.”

baca juga : Mangrove Terjaga, Kesejahteraan Nelayan Meningkat di Lantebung

 

Salah satu bentuk kegiatan berupa lomba menggambar bertema ‘Aku dan Mangrove’ dan ‘Aku dan Iklim’ melibatkan peserta dan warga sekitar. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay-Indonesia.

 

Bustar Maitar, CEO Yayasan EcoNusa menyatakan bahwa peringatan Sumpah Pemuda menjadi momen penting bagi seluruh kaum muda di Indonesia untuk bergerak bersama demi mempertahankan kelestarian laut dan hutan yang tersisa khususnya di timur Indonesia.

”Dengan kolaborasi #AksiMudaJagaIklim ini, Yayasan EcoNusa berharap semakin banyak anak muda yang berani beraksi dan bersuara untuk menyadarkan mengenai krisis iklim yang kita hadapi,” ujarnya.

Kata dia, momen Sumpah Pemuda merupakan momen yang tepat bagi anak muda Indonesia berkomitmen untuk terus menjaga bumi dari krisis iklim.

“#AksiMudaJagaIklim mudah-mudahan bisa memicu semangat anak muda Indonesia untuk beraksi menjaga lingkungan,” tuturnya.

Bustar menambahkan bahwa #AksiMudaJagaIklim mengajak anak muda Indonesia memaknai Sumpah Pemuda dengan aksi nyata untuk lingkungan, dengan harapan aksi ini terus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga membawa dampak perubahan baik untuk lingkungan dan juga untuk iklim global.

#AksiMudaJagaIklim adalah kegiatan yang diinisiasi Yayasan EcoNusa dan Penjaga Laut serta berkolaborasi dengan ratusan pihak, baik pemerintah, universitas, NGO, komunitas, lembaga kemahasiswaan dan lainnya.

Khusus untuk di Kota Makassar yang bertindak sebagai co-organize adalah, YKL Indonesia, Lembaga Maritim Nusantara (LEMSA), Zero Waste Makassar, World Cleanup Day (WCD) Sulsel, dan Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL).

Sementara kolaborator dengan komunitas/lembaga yakni Marine Science Diving Club (MSDC) UNHAS, Mapala Massenrempulu, Greenfluencer Indonesia, ARI Sulsel, Pepelingasih Sulsel, Pejalan Makassar, Mangrove Brotherhood Celebes, SETAPAK 22, PERMAKRIS IK-UH, WALHI Sulsel, IMM FUFP UINAM, Ikasa Makassar, Misi Kemanusiaan DJW, Nypah Indonesia, LA Team, Kophi Sulsel, Klikhijau.com, Pikom IMM, Anak-Anak Peduli, LEMA FPIK UMI, HMTL STTNI Makassar, Arsitektur Sipil Pemerhati Lingkungan Hidup.

Ada juga Inkubator bisnis Mekartani Unhas, Yayasan Negeri hijau, HmI Kom. Ilmu dan Teknologi Unhas, Jeda Iklim Makassar, Green Youth Movement, KEMA JIK FIKP-UH, KPG Sulsel, Dzul Jalali Walikram, Jekomala, Green Makers Makassar, Mapaska, Sekolah Sampah Bosowa, Komunitas Pendaki Gunung, FDC-UNHAS, Sipakatau Sipakalebbi, Lembaga Adventure, Robinson Journey dan lainnya.

baca juga : Pengrusakan Mangrove di Lantebung Makassar, Bukti Lemahnya Penegakan Hukum di Wilayah Pesisir

 

Puluhan komunitas melakukan aksi tanam mangrove di Lantebung Makassar bagian dari kegiatan “AksiMudaJagaIklim memanfaatkan momentum Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay-Indonesia.

 

Tantangan Mangrove di Makassar

Nirwan Dessibali, Direktur Eksekutif YKL Indonesia, menjelaskan bahwa ekosistem mangrove memiliki peranan penting dalam menjaga iklim dimana dapat menekan laju peningkatan konsentrasi gas rumah kaca khususnya kemampuan menyerap karbon dan menyimpan karbon dalam tanah. Mangrove dapat untuk mitigasi dan adaptasi atas risiko bencana karena perubahan iklim.

“Di balik peranan pentingnya untuk menjaga iklim, saat ini luasan mangrove semakin terdegradasi khususnya di Kota Makassar. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir menghilang lebih 80% mangrove di Kota Makassar. Bahkan di daerah pesisir selatan mangrove telah hilang,” jelas Nirwan.

Sehingga, menurutnya, perlu peran berbagai pihak khususnya anak muda untuk terlibat dalam pelestarian ekosistem mangrove di Indonesia khususnya di Kota Makassar.

“Anak muda harus mengambil bagian. Mari terlibat untuk memperluas luasan mangrove Kota Makassar yang saat ini hanya tersisa 56,6 Ha. Mangrove di pesisir utara Makassar khususnya di Lantebung adalah mangrove terakhir yang tersisa di Makassar,” ajak Nirwan.

Menurut Nirwan, mangrove di Kota Makassar menghadapi berbagai tantangan, seperti alih fungsi lahan untuk kepentingan pembangunan pemukiman, pergudangan dan perkantoran.

“Kota Makassar semakin padat dan pembangunan yang pesat mengarah ke pesisir, konversi lahan juga menjadi tambak masih ditemukan di beberapa lokasi bagian utara Kota Makassar. Belum lagi tumpang tindih kepemilikan lahan, sudah diklaim beberapa pihak padahal dalam regulasi sudah sangat jelas bahwa kawasan mangrove itu diperuntukkan untuk kawasan konservasi dan ruang terbuka hijau. Memang perlu upaya berbagai pihak untuk mempertahankan mangrove ini,” katanya.

 

Exit mobile version