Mongabay.co.id

Ikan Air Tawar Endemik Itu Berstatus Terancam Punah

 

 

Cuaca sedikit medung sore itu, ketika Swarlanda, Nur Djumadiel Iman, Malik Abdul Aziz, dan Ari Sabri, berada di aliran sungai kecil di Pulau Bangka, yang jaraknya sekitar satu jam dari pusat Kota Pangkalpinang. Mereka membawa “tanggok”, sebuah keranjang dari rotan atau jaring berbingkai, alat tangkap tradisional masyarakat Pulau Bangka untuk menangkap ikan, udang, atau kepiting.

Malik yang pertama turun ke air. Dasarnya dipenuhi lumpur bercampur daun dan ranting pohon khas ekosistem rawa gambut, dengan ketebalan sekitar 40 sentimeter. Setengah tubuhnya tenggelam.

Perlahan tanggok yang dibawanya dimasukkan ke sela akar pohon dan tumbuhan pandan di sekitar sungai.

“Dapat bang,” teriak dia kepada Landa. Seekor ikan dari spesies Parosphromenus deissneri terlihat jelas.

“Ini ikan endemik Bangka Belitung, syukurlah masih ada di habitatnya,” timpal Swarlanda.

Setelah didokumentasikan, ikan yang hidup di habitat alami black water ini dilepaskan. Tak lama kemudian jenis ikan lokal juga didapat, seperti Nandus nebulosus, Luciocephalus pulcher, dan beragam spesies Rasbora spp. atau ikan seluang. Semua dicatat dan didokumentasikan juga.

“Kegiatan pendataan ulang ini, rutin kami lakukan setiap tiga bulan. Gunanya untuk memantau kondisi serta populasi ikan di habitat alaminya,” kata laki-laki yang akrab disapa Landa. Dia merupakan pendiri sekaligus pembina The Tanggokers, sebuah Yayasan Ikan Endemik Bangka Belitung yang fokus pada riset, edukasi, serta pelestarian ikan endemik di Bangka Belitung, kepada Mongabay Indonesia, Minggu [30/11/2021].

Baca: Kelik Puteh, Ikan Lele “Albino” yang Mulai Menghilang dari Pulau Bangka

 

Nandus nebulosus, spesies ikan lokal di Bangka Belitung yang diperoleh The Tanggokers saat melakukan pendataan. Foto: Nopri Ismi/ Mongabay Indonesia

 

Sejak 2019, The Tanggokers aktif melakukan eksplorasi ke sejumlah titik habitat alami ikan air tawar di berbagai desa di Pulau Bangka. Sudah 16 anggota bergabung, didominasi generasi muda atau mahasiswa, yang tersebar di sejumlah desa di Pulau Bangka.

“Dari hasil pendataan, sudah 89 spesies ikan yang telah kami identifikasi. Tujuh di antaranya adalah endemik Bangka Belitung,” lanjut Landa.

Merujuk data IUCN Red List, tujuh sepesies endemik tersebut dalam kondisi terancam karena kondisi habitat yang kian tergerus oleh berbagai aktivitas merusak alam, seperti pertambangan, penggundulan hutan, dan ekspansi perkebunan skala besar.

Ketujuh ikan endemik yang hidup di habitat wetland [lahan basah] tersebut adalah Parosphromenus deissneri [Genting], Encheloclarias tapeinopterus [Rentan], Wild betta chloropharynx  [Kritis], Wild betta burdigala [Kritis], Wild betta schalleri [Genting], Sundadanio gargula [Rentan] dan terbaru pada tahun 2021 ada spesies Parosphromenus Julinae, yang sudah di terbitkan dalam jurnal Zoobank.org oleh Wentian Shi, Shujie Guo, Haryono, Yijiang Hong dan Wanchang Zhang.

Baca: Kisah Pilu Dugong di Perairan Pulau Bangka

 

Wild betta burdigala, spesies ikan endemik di Bangka Belitung yang nasibnya terancam punah. Foto: Nopri Ismi/ Mongabay Indonesia

 

Menurut Nur Djumadiel Iman, Ketua The Tanggokers, jumlah spesies ikan endemik ataupun lokal kemungkinan akan terus bertambah, mengingat masih banyak wilayah yang belum mereka jelajahi.

“Oleh karena itu, informasi dari masyarakat lokal sangat diperlukan. Hanya saja, edukasi terkait pengetahuan ikan lokal masih sangat minim,” katanya.

Melihat kondisi tersebut, The Tanggokers yang awalnya hanya fokus mengenalkan ikan lokal di Bangka Belitung kepada pasar ikan hias, beralih ke arah konservasi serta edukasi.

“Masih banyak masyarakat kita yang belum mengetahui apa saja spesies ikan endemik atau lokal di Bangka Belitung. Padahal, kelestarian ikan di alam, juga sangat bergantung pada kesadaran masyarakat sekitar untuk melindunginya,” lanjut Djumadiel.

“Ke depan, kami lebih fokus melakukan edukasi kepada generasi muda, terutama ke sekolah-sekolah. Gerakan ini sangat penting, mereka [generasi muda] yang akan mengambil peran lebih banyak dalam pelestarian ikan endemik maupun lokal kedepannya,” tegasnya.

Baca juga: Mentilin, Fauna Identitas Bangka Belitung yang Terancam Punah

 

Ekspansi perkebunan sawit telah mengubah bentang alam dan pola aliran sungai di Bangka Belitung. Foto: Nopri Ismi/ Mongabay Indonesia

 

Kerusakan habitat dan pentingnya wilayah adat

Berdasarkan pemantauan The Tanggokers, hampir seluruh habitat ikan lokal di Pulau Bangka dalam kondisi terancam. Kalaupun masih bagus, di sekitar habitat itu tidak luput dari aktivitas perkebunan sawit atau pertambangan.

“Ekspansi perkebunan sawit di Pulau Bangka bukan hanya mengubah bentang alam, juga mengancam kantong-kantong sumber air di tengah hutan yang merupakan habitat ikan-ikan lokal dan endemik,” lanjut Landa.

Sekitar dua tahun survei, The Tanggokers sering menemukan habitat ikan yang menjadi lahan tambang atau perkebunan sawit.

“Ada beberapa kantong air yang mengering saat kemarau, setelah kami periksa, ternyata di sekitarnya sudah ada perkebunan sawit. Padahal, banyak spesies ikan endemik yang tidak memiliki kemampuan adaptasi saat kekurangan sumber air,” kata Landa.

Berdasarkan peta indikatif dalam dokumen IKPLHD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2019, tidak ada satupun wilayah di provinsi ini yang memiliki kelas jasa penyediaan air dalam kategori sangat tinggi atau tinggi.

“Berbagai permasalahan yang menyebabkan kurangnya jasa penyediaan air yang ada di antaranya adanya aktivitas pertambangan, pertumbuhan industri dan pertumbuhan penduduk, serta tuntutan pembangunan yang akan meningkatkan potensi limbah cair yang dihasilkan. Juga, degradasi lahan yang akan menyebabkan penurunan kualitas air sungai dan proses run-off sedimen yang terbawa masuk ke aliran sungai,” tulis dokumen tersebut.

Melihat kondisi ini kata Landa, punah atau terancamnya berbagai spesies ikan lokal di Pulau Bangka, seiring dengan ancaman kekeringan yang akan menimpa masyarakat di Bangka Belitung.

 

Kegiatan The Tanggokers saat melakukan pendataan ulang spesies ikan endemik Bangka Belitung di habitat alaminya. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Di tempat berbeda, Ahmad Fahrul Syarif, peneliti dari jurusan Akuakultur Universitas Bangka Belitung [UBB], mengatakan, jenis ikan endemik terutama yang ada di Bangka Belitung, memiliki habitat khas, berbeda dengan tempat lain.

“Kerusakan habitat akibat aktivitas pertambangan dan sebagainya, akan mengancam kepunahan mereka di alam,” katanya.

Habitat spesies-spesies ikan endemik di Bangka Belitung, sangat bergantung pada kondisi hutan yang masih terjaga.

“Selama proses penelitian kami, habitat ikan endemik atau lokal di Pulau Bangka, kebanyakan berada pada kawasan konservasi atau wilayah hutan adat yang disakralkan penduduk setempat,” lanjutnya.

Dari pengalaman Fahrul selama beberapa tahun terakhir meneliti jenis ikan endemik di Bangka Belitung, keberadaan hutan adat tidak hanya penting bagi masyarakat lokal, tetapi juga menjadi harapan lestarinya ikan endemik maupun lokal di Pulau Bangka.

“Ikan mempunyai kecenderungan mencari sumber air tidak tercemar, seperti hutan adat. Artinya, terjaganya hutan adat atau sebuah kawasan hutan, sama saja dengan menjaga kelestarian ikan lokal atau endemik di Bangka Belitung,” tegasnya.

 

The Tanggokers dari kiri ke kanan: Swarlanda, Alex, Jumadil, dan Kulup, saat melakukan kegiatan konservasi spesies ikan endemik di Bangka Belitung. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Diperlukan perda

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, hingga saat ini belum memiliki peraturan daerah [Perda] yang spesifik mengatur perlindungan spesies ikan endemik.

“Hal ini sangat diperlukan, mengingat laju dergradasi lahan kian mengancam kelestarian habitat dan ikan endemik,” kata Djumadiel, Ketua The Tanggokers.

Bukan hanya kerusakan habitat, aktivitas jual-beli ikan endemik hingga ke luar negeri juga cukup marak karena belum adanya peraturan yang jelas. “Adanya perda, diharapkan dapat memberikan pengawasan serta perlindungan,” lanjutnya.

Sejalan Djumadiel, Ahmad Fahrul Syarif menegaskan sangat diperlukan peraturan yang melindungi spesies-spesies ikan endemik di Bangka Belitung.

“Lebih baik lagi, peraturan tersebut diikuti adanya kawasan konservasi atau wilayah in-situ, sebagai habitat alami,” katanya.

Ikan endemik adalah jenis ikan yang terdapat di suatu areal tertentu, khas dan unik [sungai, danau, situs, pulau, negara atau benua], yang tidak terdapat di daerah lain.

“Tindakan konservasi di habitat alaminya sangat penting. Hingga saat ini, upaya breeding [pengembangbiakan] untuk spesies-spesies ikan endemik terbilang sulit, dan masih perlu kajian lebih lanjut,” ujar Fahrul.

 

 

Exit mobile version