Mongabay.co.id

Ketika Warga Membakar Paus Biru yang Terdampar di Banggai Laut

 

Pada Senin malam (8/11/2021), nelayan di pesisir di Desa Pasos Lalongo, Kecamatan Banggai Tengah, Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah, dikejutkan dengan adanya seekor mamalia laut yang terdampar mati. Panjangnya sekira 12,5 meter. Keesokan paginya, warga pun berbondong-bondong mendatangi lokasi, apalagi ketika video dan foto mamalia tersebut mulai tersebar ke media sosial. Informasi ini kemudian menyebar dengan cepat. Warga semakin banyak yang mendatangi lokasi kejadian.

Peristiwa mamalia terdampar yang banyak disebar di media sosial terutama facebook itu, terdengar sampai ke Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, yang wilayah kerjanya hingga ke Kabupaten Banggai Laut. Mereka kemudian melakukan koordinasi dengan jejaring yang terdekat di lokasi kejadian, yaitu melalui pengawas pos Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) wilayah Banggai Laut.

“Hasil koordinasi kami dengan Bapak Cahyadin dari PSDKP Banggai Laut, ukuran panjangnya berkisar 12,5 meter, dengan jenis mamalia laut hasil identifikasi secara sederhana adalah jenis paus biru (Balaenoptera musculus),” ujar Getreda Hehanussa, Kepala BPSPL Makassar, kepada Mongabay Indonesia, Jumat (12/11/2021).

Menurutnya, setelah melakukan koordinasi via telepon dan aplikasi whatsapp, BPSPL Makassar berhasil merangkum berbagai informasi untuk persiapan penanganan, seperti ukuran panjang mamalia laut, kronologi penemuan, serta kondisi di sekitar lokasi kejadian. Lokasi kejadiannya sendiri merupakan pantai dengan substrat berpasir, namun pada lapisan bagian bawahnya merupakan substrat bebatuan. Sementara minimnya sarana pendukung lainnya, membuat mereka mengalami kesulitan melakukan penanganan dengan cara di kubur.

“Keputusan bersama yang diambil adalah dilakukan penanganan dengan cara dibakar,” kata Getreda.

baca : Paus Biru Ditangkap dan Dikonsumsi Warga Lamakera. Kenapa Masih Terjadi?

 

Paus biru yang mati terdampar di Banggai Laut, Sulawesi Tengah. Foto : Facebook Pagar Gurua.

 

Setelah koordinasi dilakukan dengan semua pihak, baik antara PSDKP bersama Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, hingga menarik perhatian Bupati Banggai Laut yang turut hadir meninjau di lokasi kejadian, warga akhirnya melakukan gotong royong dengan menarik bangkai paus biru tersebut ke arah darat untuk persiapan proses pembakaran esok harinya.

“Paus biru itu dibakar pada hari Rabu, 10 November, 2021. Awalnya dilakukan pemotongan beberapa bagian untuk memudahkan proses pembakaran, lalu kemudian dilakukan pembakaran menggunakan bahan bakar dan kayu yang telah dikumpulkan sebelumnya.”

Getreda menjelaskan, penyebab kejadian mamalia laut terdampar secara umum disebabkan adanya disorientasi yang dialami oleh mamalia laut. Kemungkinan lainnya bisa dikarenakan mamalia laut itu sekarat karena sakit, atau ada gangguan lain.

Sementara jika melihat dari jenis mamalia laut berupa jenis paus biru yang terdampar, dapat dimungkinkan bahwa posisi Banggai Laut yang berada dekat dengan Laut Maluku dan Laut Banda diduga merupakan perairan yang dilewati oleh mamalia laut jenis paus tersebut, mengingat perairan laut Indonesia merupakan perairan yang menjadi alur migrasi dan habitat bagi mamalia laut.

“Untuk kejadian mamalia laut terdampar di Banggai Laut dalam kurun tahun 2021 ini, kejadian tersebut merupakan kejadian pertama di lokasi Banggai Laut. Namun berdasarkan data dari BPSPL Makassar, di seluruh wilayah Sulawesi, sudah ada 15 kejadian mamalia laut dan biota laut yang terdampar dan ditangani,” ujar Getreda.

baca juga : Melihat Proses Evakuasi dan Penguburan Paus Biru di Kupang. Kenapa Butuh Waktu Lama?

 

Seekor paus biru yang ditemukan oleh nelayan di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah. Foto : akun facebook Endha Kolondam

 

Dalam buku “Pedoman Penanganan Mamalia Laut di Indonesia” (2018), disebutkan pada tubuh mamalia laut terdampar dan mati memiliki kode 2-5, terdapat jenis virus dan bakteri yang ditemukan dalam bangkai. Virus dan bakteri tersebut berbahaya bagi manusia dan binatang peliharaan. Menyentuh mamalia laut yang mati sangat tidak disarankan terutama bagi perempuan yang sedang hamil, anak-anak atau orang yang sedang mengalami luka di tubuhnya.

Pada kejadian mamalia laut yang terdampar mati hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan nekropsi atau bedah bangkai hewan untuk mengetahui penyebab kematian mamalia laut. Nekropsi harus dilakukan tim dokter hewan atau tim penolong yang memiliki keahlian atau berpengalaman dalam melakukan nekropsi. Setelah nekropsi dilakukan baru dapat dilaksanakan penanganan bangkai mamalia laut.

Pada saat mamalia laut terdampar mati, telah terjadi proses dekomposisi dalam tubuh hewan tersebut. Proses dekomposisi ini menyebabkan bakteri yang ada dalam tubuh termasuk kulit mamalia laut tersebut menyebar. Hal ini sangat berbahaya, utamanya bagi manusia, yang menjadikan mamalia laut terdampar mati sebagai objek tontonan.

Manusia memiliki kecenderungan untuk melukai dan memutilasi mamalia laut yang mati terdampar tanpa menyadari bahwa hal tersebut bisa berakibat negatif bagi kesehatannya. Semakin lama mamalia laut tersebut mati terdampar, maka akan semakin berbahaya bagi manusia dan binatang peliharaan.

menarik dibaca : Ini 9 Fakta Unik Paus, Hewan Penyerap Karbon Terbesar Dunia

 

Kondisi seekor paus biru yang terdampar mati di di pesisir di Desa Pasos Lalongo, Kecamatan Banggai Tengah, Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah. Foto : akun Facebook Pagar Gurua

 

Di tempat terpisah, Raden Roro Sekar Mira, peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ketika dihubungi Mongabay mengatakan, untuk penanganan paus biru yang telah mati terdampar dengan cara dibakar tersebut cukup beralasan, apalagi dengan kondisi pantai berpasir dan berbatu sangat sulit untuk mengubur. Kalaupun dipaksakan dikubur dalam kondisi seperti itu, katanya, akan membahayakan bagi sumber daya manusianya, misalkan berpotensi menyebarkan penyakit.

Untuk teknis penanganan mamalia terdampar mati itu adalah dikubur, ditenggelamkan, dan dibakar. Meski demikian menurut Sekar, konsekuensi ketika memilih untuk dibakar adalah para peneliti tidak bisa melihat lagi penyebab kematian mamalia laut, karena setelah dibakar tidak ada lagi bahan untuk mengumpulkan data dengan tujuan studi lebih lanjut. Namun karena banyak kondisi daerah di Indonesia yang sangat terpencil dengan fasilitas pendukung yang kurang, maka alasan dibakar itu cukup tepat.

“Saya rasa keputusan dibakar cukup beralasan. Yang terpenting sudah ada penanganannya,” ucap Sekar.

Dijelaskannya lagi bahwa ukuran panjang paus biru itu bisa sampai 30-an meter maksimumnya. Sedangkan paus biru yang terdampar mati di Banggai Laut dengan panjang 12,5 meter, maka ia menduga mamalia itu sepertinya masih muda. Selain itu perairan Banggai Laut menurutnya adalah bagian dari daerah alur Arus Lintas Indonesia (Arlindo), maka dengan demikian merupakan jalur yang cukup dalam dilalui oleh paus biru.

 

Exit mobile version