Mongabay.co.id

Supaya Tradisi Lestari, Tetap Digelar Saat Pandemi

 

Udara cukup dingin karena suhu tercatat 140 celcius. Tepatnya di Pendopo Budaya Dieng di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng) pada Senin (1/11/2021) malam lalu, dimulailah perhelatan budaya tahunan yakni Dieng Culture Festival (DCF) 2021.

Tidak ada ribuan penonton yang datang ke Dataran Tinggi Dieng seperti sebelum pandemi. Mereka yang hadir hanya sebagian warga sekitar dan tamu-tamu khusus. Penontonnya sangat terbatas. Itu pun harus mentaati protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. Mengenakan masker selama melihat perhelatan DCF 2021 dan mencuci tangan sebelum masuk lokasi pagelaran.

Tahun 2021, pagelaran DCF dilaksanakan secara hibrid yakni perpaduan antara luring dengan daring. Yang mengikuti secara luring atau tatap muka sangat terbatas, tetapi sebagian besar melihat secara daring. Tahun 2020 lalu, bahkan dilaksanakan lebih sederhana lagi dan tidak ada penonton. Mereka yang ingin melihat hanya boleh secara daring.

Pada gelaran DCF 2021 dimulai pada Senin (1/11) malam hingga Rabu (3/11). Pada Senin malam digelar tarian. Para penari adalah pegiat seni dari sekitar Dieng. Tarian yang ditampilkan di antaranya adalah adalah Angguk, Kuda Kepang, Panji Asmorobangun, Ampak-ampak Pringgodani dan terakhir adalah Sentra Tari Anak Gimbal.

Sendra Tari Anak Gimbal merupakan gambaran bagaimana anak-anak di kawasan Dieng dan sekitarnya, ada yang rambutnya gimbal atau gembel. Dalam sendra tari itu dikisahkan mengenai legenda Ki Demang Rewok dari Kerajaan Mataram. Dia kemudian bertapa di Dataran Tinggi Dieng untuk mencari ketenangan. Dieng yang masih berupa hutan belantara lebat memang tepat dipakai sebagai tempat bertapa. Namun demikian, selama menjalankan pertapaan di Dieng, dia kerap mendapat gangguan.

baca : Mengikuti Ritual Pemotongan Rambut Gimbal di Dieng, Ini Ceritanya

 

Dua dari lima anak yang rambut gimbalnya dipotong dalam perhelatan Dieng Culture Festival (DCF), awal November 2021. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Dikisahkan juga meski sering ada gangguan, tetapi dengan kekuatan yang dimilikinya, Ki Demang Rewok mampu mengalahkan para pengganggu. Usai bertapa, Demang Rewok menitis kepada Kolodete. Kolodete diyakini sampai sekarang masih terus menitis, khususnya kepada anak-anak di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Titisan itulah yang kemudian ditandai dengan munculnya anak-anak berambut gimbal. Sendra Tari Anak Gimbal yang dimainkan oleh Sanggar Tari Tiara tersebut menyajikan adegan pemotongan rambut gimbal.

Ketua Panitia DCF 2021 Alif Faozi mengungkapkan meski masih pandemi, tetapi gelaran DCF dengan acara inti adalah pemotongan rambut gimbal tetap dilaksanakan. Sama seperti tahun 2020 lalu, pada saat kasus Covid-19 masih tinggi, prosesi potong rambut gimbal tetap dilaksanakan.

“Kami ingin, tradisi ini tetap lestari. Sehingga walaupun masih dalam masa pandemi, tetap saja prosesi digelar. Namun, kami mengikuti aturan pemerintah. Pelaksanaan secara sederhana dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat,”tegas Alif yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa tersebut.

Pada gelaran potong rambut gimbal yang dilaksanakan Selasa (2/11), prosesi pencukuran rambut gimbal dilaksanakan secara sederhana dengan pengunjung yang sangat terbatas. Jangan pernah membayangkan ada ribuan penonton yang datang ke Dieng seperti masa-masa sebelum ada pandemi COVID-19.

Pada prosesi pencukuran rambut gimbal tahun ini diikuti oleh lima anak. Mereka tidak hanya berasal dari Banjarnegara saja, melainkan juga dari kota lain. Lima anak tersebut adalah Ayumna Arviana Sakdiah dan Syaqiera Alannah Maritza dari Banjarnegara, Alwi Arobil Fahad dan Ponita Alysa dari Wonosobo, serta Noor Assyifa Aulia Putri dari Bantul. Mereka didampingi oleh orang tua masing-masing.

Prosesi dipimpin oleh sesepuh adat Dieng yakni Mbah Sumanto dan Mbah Sumar. Sebelum proses pemotongan rambut gimbal, anak-anak melakukan prosesi jamasan atau penyucian. Dalam penyucian itu, tidak bisa dilepaskan dari unsur alam. Sebab, “ubo rampe” yang digunakan adalah air dan dedaunan yang kemudian dipercikkan di kepala anak-anak. Prosesi jamasan dilakukan kepada masing-masing anak.

Begitu selesai jamasan, satu per satu mereka dibawa ke lokasi pemotongan rambut gimbal. Mbah Sumanto dan Mbah Sumar berdoa kemudian memotong rambut anak yang gimbal. Setelah dipotong rambut gimbalnya, masing-masing anak diberi apa yang mereka minta.

baca juga : Setelah Gelaran Dieng Culture Festival, Sampahnya Bagaimana?

 

Pemotongan rambut gimbal di Dieng, Jawa Tengah, saat pandemi, awal November 2021. Foto L Darmawan

 

Jadi, sebelum prosesi pemotongan rambut gimbal dimulai, anak-anak tersebut diberi kesempatan meminta apapun kepada orang tuanya. Biasanya, permintaannya unik-unik. Tahun ini, Ayumna minta sepeda, Noor Asyifa minta jajan, Alwi minta kesenian Rewo-Rewo, Syaqiera minta sepeda ontel, dan Ponita minta potong rambut di Dieng.

Salah satu orang tua yang anak yang berambut gimbal, Fuad Hasyim, mengatakan bahwa anaknya bernama Alwi mulai tumbuh rambut gimbal pada usia 2,5 tahun. Permintaannya adalah kesenian Rewo-Rewo. “Kami sebagai orang tua sudah menuruti,”kata Fuad.

Usai menyelesaikan pemotongan rambut gimbal kelima anak tersebut, rambut gimbal kemudian dilarung di Telaga Balaikambang yang berada di sekitar Kompleks Candi Arjuna. Pelarungan rambut gimbal di telaga setempat merupakan akhir dari prosesi potong rambut gimbal.

Seluruh prosesi pencukuran rambut gimbal tidak dapat dilepaskan dari unsur alam. Mulai dari jamasan, pencukuran sampai pelarungan. Hal itu menandakan bahwa warga tidak bisa lepas dari alam dan lingkungan sekitar. Bagaimana misalnya, telaga harus tetap terjaga supaya bisa menjadi tempat larungan. Begitu juga tanaman yang harus dipertahankan supaya “ubo rampe” jamasan tetap tersedia.

menarik dibaca : Purwaceng “Viagra of Java” Hanya Hidup di Dieng. Benarkah?

 

Anak yang digendong setelah prosesi pemotongan rambut gimbal selesai. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Alif menambahkan prosesi cukur rambut gimbal itu tetap diadakan supaya tradisi dan budaya tetap lestari. Karena itulah, meski masa pandemi, maka tidak pernah absen gelaran cukur rambut gimbal. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah pengunjung.

“Sebetulnya yang ingin berkunjung dan menonton tetap banyak. Tetapi, karena saat sekarang pandemi, maka kami memberikan solusi dengan menontonnya secara daring. Kalau tahun 2021 sudah ada yang menonton langsung dan daring, namun pada 2020 silam murni daring. Tidak ada yang datang, kecuali hanya para pemangku adat dan masyarakat di sini,”ungkap Alif.

Pelaksanaan DCF khususnya pemotongan rambut gimbal memiliki tujuan supaya masyarakat Dieng tetap menjaga tradisi yang telah lama dijalani. Jangan sampai karena pandemi, masyarakat kemudian melupakan dan meninggalkan tradisi.

“Inilah sesungguhnya yang harus dijaga. Supaya tradisi tetap lestari. Di sisi lain, para seniman di Dieng dan sekitarnya tetap dapat eksis meski dalam masa pandemi. Kami berharap, mudah-mudahan pandemi COVID-19 segera berakhir, sehingga penyelenggaraan cukur gimbal dan DCF dapat berlangsung secara normal,” ungkapnya.

 

Embun beku atau bun upas menyelimuti rerumputan di sekitar kawasan Candi Arjuna, Dieng pada Agustus 2018 lalu. Kawasan Candi Arjuna merupakan lokasi acara budaya pemotongan rambut gimbal tahunan.  Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Sementara Pelaksana Harian (Plh) Bupati Banjarnegara Syamsudin mengatakan bahwa DCF itu merupakan ajang untuk pelestarian tradisi dan budaya. Keunikannya yang khas tidak dimiliki oleh daerah lainnya. “Sehingga meski masa pandemi, tetap saja digelar. Namun, semuanya dilaksanakan menyesuaikan protokol kesehatan yang ketat,”tegasnya.

Masyarakat Dieng berharap pandemi segera berlalu, sehingga pemotongan rambut gimbal dapat dilaksanakan secara normal. Tradisi mesti harus terus dijaga kelestariannya, sebagai sebuah kearifan lokal yang menyatu dengan alam. Makanya, tidak mengherankan jika pada hari ketiga pagelaran DCF 2021, tetap dilaksanakan bersih Dieng. Kegiatan yang dilaksanakan untuk bebersih kawasan Dieng dari sampah.

 

 

Exit mobile version