Mongabay.co.id

Asyiknya Pengamatan Burung Pantai Penetap dan Migran

 

Hari masih gelap, di kala adzan subuh baru saja selesai berkumandang, Millenia Luna Amengka (21) bergegas menuju pangkalan perahu nelayan di Desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Bersama beberapa kawan lainnya, perempuan asal kota Malang ini hendak melakukan pengamatan burung pantai penetap dan burung migran di muara sungai Bengawan Solo. Dengan menggunakan perahu yang terbuat dari kayu jati mereka kemudian menyusuri sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.

Seolah berpacu dengan terbitnya matahari, perahu berukuran 7 meter itu terus melaju membelah sungai yang kanan kirinya dipenuhi dengan beragam jenis tanaman mangrove ini. Setelah satu jam perjalanan, mereka pun akhirnya sampai di satu lokasi dimana burung-burung jenis air itu singgah.

“Senang sekali bisa pengamatan di Ujungpangkah, apalagi ini baru pertama kalinya naik perahu golek yang ukurannya kecil,” ujar Luna, panggilan akrabnya, Rabu (10/11/2021).

baca : KEE Mangrove Ujung Pangkah, Lokasi Seru Melihat Burung Air

 

Perahu yang membelah anak sungai Bengawan Solo saat mengantar pengamat hendak melakukan pengamatan burung di Ujung Pangkah, Gresik, Jatim. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) ini juga tidak menyangka saat pengamatan itu dia bisa menjumpai dan memotret burung undan kacamata (Pelecanus conspicillatus) di alam liar. Unggas yang mempunyai kantung di bawah paruhnya ini merupakan burung air.

Karena burung ini berasal dari Australia, warga lokal mengenalnya burung australi atau pelikan. Untuk menghindari musim dingin, burung yang hidupnya berkelompok ini kemudian bermigrasi ke Indonesia, salah satunya di kawasan muara sungai Bengawan Solo.

“Saya sangat beruntung bisa memotret saat burung pelikan terbang. Rencananya foto akan saya upload di sosial media, terus kepikiran juga untuk membuat tas dengan gambar burung pelikan,” kata perempuan yang tergabung dalam Serikat Birdwatcher Ngalam (Seriwang) ini.

baca juga :  Foto: Cantiknya Burung Migran

 

Burung kuntul kecil (Egretta garzetta) saat terbang melintas di kawasan muara Sungai Bengawan Solo di Ujung Pangkah, Gresik, Jatim. Selain terdapat jenis burung yang beragam, akses menuju ke muara terpanjang di Pulau Jawa ini juga tidak sulit. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Hidden Paradise

Beberapa peneliti mengakui kawasan muara Bengawan Solo di Gresik itu merupakan daerah penting bagi burung, atau dikenal juga Important Bird Areas (IBA), terutama pada koordinat 6o57’S 112033’E dengan keluasan kawasan 2.460 ha dan habitat berupa lahan basah yang merupakan bagian dari zona kawasan pesisir Pulau Jawa.

Ignatius Dwi Wardhana (44), fotografer Animalika Indonesia mengaku takjub saat berkesempatan mengunjungi kawasan muara sungai yang memiliki panjang 600 kilometer itu. Baginya ini merupakan pengalaman pertama kalinya memotret jenis burung-burung pantai. Biasanya dia hanya memotret satwa-satwa di dalam hutan daratan.

“Gila, (burung-burungnya) gampang banget difoto. Dan mereka tidak terlalu takut dengan kehadiran manusia, meski harus tetap menjaga jarak,” kesan pria kelahiran Jakarta ini yang merasa eksplorasi di kawasan muara sungai Bengawan Solo selama tiga hari masih kurang cukup.

Meski ada beberapa burung yang masih takut. Namun, secara keseluruhan burung yang dia jumpai tidak begitu terganggu dengan kehadiran manusia. Hal ini karena kesadaran warga dalam menjaga kawasan ini dirasa baik.

baca juga :  Hilang Selama 172 Tahun, Burung ini Ditemukan Kembali di Pedalaman Kalimantan

 

Burung kacamata undan saat dijumpai di kawasan muara sungai Bengawan Solo, Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Burung dengan nama latin Pelecanus conspicillatus ini merupakan burung migran. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Ignaz, panggilan akrabnya, juga mengakui bahwa potensi terkait dengan fotografi satwa liar dan pengamatan burung di Ujungpangkah baik itu Pangkah Wetan maupun Pangkah Kulon juga sangat besar.

Karena selain terdapat jenis burung yang beragam, akses menuju ke muara Sungai Bengawan Solo juga tidak sulit. Pengunjung hanya perlu menyewa perahu nelayan setempat, dengan biaya Rp400 ribu untuk 3 orang.

“Begitu keluar dari muara saya langsung disuguhi oleh pemandangan yang sangat bagus, apalagi dengan posisi matahari yang baru terbit, ini sangat recomended buat pengamatan,” ungkapnya. Dia tidak menyangka bahwa diujung kota Gresik ini masih menyimpan lokasi yang baginya adalah hidden paradise.

 

Keanekaragaman Burung Air

Di kawasan muara Sungai Bengawan Solo seluas 182 hektar, sebagian besar burung yang ditemukan merupakan burung migran dari kelompok burung pantai dan burung laut. Adapun burung migran yang dominan adalah Calidris tenuirostris, Clidonias hybridus dan Calidris canutus.

Hani Sabrina, dkk, dalam penelitiannya tentang “Keanekaragaman Burung Air di Muara Bengawan Solo, Gresik, Jawa Timur” menunjukkan, selain burung pantai migran, ditemukan juga dua spesies burung pantai yang bukan migran, seperti cerek jawa (Charadrius javanicus) dan gagang bayam timur (Himantopus leucocephalus).

menarik dibaca : Surganya Burung Endemik, Maluku Utara Tempat yang Tepat untuk Pengamatan

 

Beberapa peneliti mengakui kawasan muara Bengawan Solo di Ujung Pangkah, Gresik, Jatim ini merupakan daerah penting bagi burung, atau dikenal juga Important Bird Areas (IBA). Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Selama mereka pengamatan untuk burung Amaurornis phoinicurus, Pluvialis fulva, Tringa melanoleuca, Tringa glereola, Calidris ferruginea dan Sterna bergii hanya ditemukan sekali. Sementara untuk jenis burung Amaourornis phoenicurus jarang ditemukan, dugaanya karena lebih sering memanfaatkan daerah mangrove dibandingkan dengan hamparan lumpur.

Spesies tersebut juga ditemukan di sekitar mangrove yang ada di dekat hamparan lumpur dan kembali ke mangrove. “Untuk Dendrocygna arcuata diduga lebih sering memanfaatkan kawasan tambak,” tulis Hani dalam jurnal yang diterbitkan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB ini.

Selain itu, beberapa spesies burung yang dilindungi menurut Peraturan Menteri No.P.106/2018 juga ditemukan di muara Sungai Bengawan Solo, seperti Numenius spp., Chardrius alexandrinus, Charadrius javanicus, Chlidonias hybridus, Chlidonias leucopterus dan Sterna spp. Burung berstatus konservasi endangerd dan near threatned juga dijumpai.

Jika ditotal ada sebanyak 39 spesies dari tujuh famili yang dijumpai dalam penelitian tersebut. Adapun untuk burung pantai sebanyak 23 spesies, kelompok burung laut sebanyak 7 spesies, burung merandai sebanyak 6 spesies dan 3 spesies dari kelompok burung rawa. Selain itu terdapat juga 12 spesies yang dilindungi, dan 2 spesies termasuk ke dalam kategori endangered serta 7 spesies termasuk ke dalam kategori near threatened.

Masih ditemukannya spesies dengan status konservasi yang tinggi, menunjukkan bahwa kawasan ini mempunyai peranan penting bagi burung air khususnya burung migran sebagai tempat singgah (stopover) pada saat bulan migrasi.

 

Gerombolan burung dara laut (Thalasseus bergii) hinggap di tiang bambu sebagai pembatas tanaman mangrove di kawasan muara sungai Bengawan Solo, Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version