Mongabay.co.id

Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi dari Perikanan Budi daya

 

Indonesia tak ingin main-main dalam melakukan pengembangan udang yang selama ini sudah menjadi salah satu andalan komoditas ekspor. Salah satunya, adalah dengan melakukan pembenahan sistem penyediaan induk udang vaname unggul melalui keterlibatan ahli pemuliaan genetika.

Pembenahan tersebut diharapkan bisa membawa perubahan besar bagi tata kelola udang secara nasional. Selain itu, dengan dilakukan pembenahan, target untuk meningkatkan ekspor udang hingga 250 persen pada 2024 bisa diwujudkan.

Direktur Jenderal Perikan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan Tb Haeru Rahayu belum lama ini mengatakan, pelibatan ahli pemuliaan genetika bidang perikanan budi daya dilakukan, karena KKP ingin ada perbaikan kualitas produksi udang vaname unggul.

Adapun, ahli yang ikut terlibat adalah dua orang akademisi, yakni Profesor Alimuddin dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Asep Nanang dari IPB University. Keduanya akan bekerja sama dengan para pakar lain yang ada di Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem, Bali.

“Bagaimana kita bisa berkontribusi sebagai prime mover untuk menghasilkan induk udang vaname unggul,” ungkap dia.

Dengan adanya dua ahli genetika budi daya perikanan, segala persoalan dan kendala yang selama ini dihadapi oleh para petambak udang diharapkan bisa dipecahkan. Itu artinya, kehadiran keduanya akan menjadi pemecah kebuntuan untuk pengembangan induk udang yang unggul.

“Bagaimana dan apa yang harus kita lakukan,” tambah dia.

baca : Begini Strategi Menggenjot Produksi Udang dengan Tetap Berkelanjutan

 

Udang Vaname hasil budi daya di Desa Bayan, Lombok, NTB. Foto : shutterstock

 

Dalam melaksanakan produksi induk udang vaname unggul dan berkualitas, KKP menunjuk BPIU2K Karangasem sebagai pelaksana utama di lapangan. Diharapkan, segala tantangan yang muncul bisa dijawab dan diselesaikan dengan baik oleh BPIU2K.

Sebagai lembaga yang memproduksi induk unggul, BPIU2K Karangasem memiliki fasilitas yang dibutuhkan seperti nucleus center yang berperan sebagai tempat produksi benih udang vaname. Kemudian, ada juga tambak uji performa yang berperan sebagai tempat proses uji multilokasi udang vaname.

“Serta fasilitas multiplication center sebagai tempat pembesaran calon induk dan induk udang vaname,” jelas dia.

Tb Haeru Rahayu menerangkan, sebagai pusat produksi induk udang, BPIU2K Karangasem menerapkan dua pendekatan strategi, yaitu seleksi famili dan seleksi individu. Keduanya sudah dilakukan, namun masih harus mendapatkan perbaikan dan masukan dari para pakar yang kompeten.

Fasilitas yang dimiliki tersebut, menjadi modal kuat bagi BPIU2K Karangasem untuk berperan sebagai penyedia induk vaname unggul. Hal tersebut diungkapkan Alimuddin saat memberikan tanggapan tentang keinginan KKP bisa meningkatkan induk udang unggul.

Menurut dia, KKP akan mampu mencapai target yang ditetapkan, asalkan BPIU2K Karangasem bisa fokus memproduksi induk dengan serius dan menerapkan protokol pemuliaan dengan baik seperti yang sudah dilakukan oleh perguruan tinggi.

baca juga : Udang Vaname Breeding Indonesia, Penyelamat dari Bahaya Wabah

 

Udang Vaname yang diproduksi dari perikanan budi daya di Indonesia. Foto : shutterstock

 

Alimuddin menyebutkan, agar produksi udang secara nasional bisa mencapai kualitas dan kuantitas yang diinginkan, maka harus ada pembagian tugas pada Unit Pelaksana Tugas (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya yang menangani produksi udang.

Detailnya, KKP harus bisa menghitung berapa persen jumlah induk yang dibutuhkan untuk memproduksi udang sampai mencapai dua juta ekor pada 2024. Seluruh kebutuhan tersebut tidak bisa hanya dibebankan kepada satu UPT saja, melainkan harus berbagi tugas dengan setiap UPT.

“Misalnya Sumatera dari Balai Ujung Batee (Aceh), kemudian Balai Takalar untuk wilayah timur, lalu Balai Jepara untuk bantu Jawa dan sekitarnya. Itu dibagi-bagi mungkin akan mengurangi beban Balai Karangasem,” papar dia.

Ahli genetika budi daya perikanan dari IPB University Asep Anang juga menyebut kalau BPIU2K Karangasem dinilai sudah mampu untuk bisa melaksanakan produksi induk udang yang unggul. Kemampuan itu ada, karena BPIU2K sudah mengadopsi fasilitas modern seperti yang dimiliki Shrimp Improvement System (SIS) yang ada di Florida dan Hawaii, Amerika Serikat.

Namun, meski dinilai sudah memiliki kemampuan, pria yang juga menjadi ahli genetis di SIS itu, menyebutkan kalau BPIU2K Karangasem harus melakukan perbaikan sistem penyaringan air (water filter system). Di luar itu, fasilitas yang ada dinilai sudah bagus.

baca juga : Marguiensis, Udang Asli Indonesia Pelengkap Udang Vaname

 

Produksi induk vaname menggunakan seleksi massal dari keturunan persilangan indukan terpilih di BPIU2K KKP di Desa Bugbug, Kabupaten Karangasem, Bali Timur. Udang ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 2000 dan sekarang jadi primadona budidaya udang. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Produsen Induk Unggul

Saat ini, yang harus dilakukan oleh KKP adalah keseriusan untuk mengembangkan produksi induk yang unggul sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dari dalam ataupun luar negeri. Dengan demikian, di masa mendatang induk unggul akan benar-benar bisa disediakan oleh produsen dalam negeri.

Selain dari fasilitas yang modern, dan teknologi yang memadai, target produksi dua juta udang pada 2024 juga bisa diwujudkan, jika perbaikan performa udang di Indonesia bisa dilakukan melalui prinsip ketertelusuran (traceability). Hal itu, agar performa udang bisa dilacak dari mulai induk hingga ke tambak.

“Performa hatchery bagaimana? Jadi kalau ada masalah kita bisa traceback (melacak kembali) ke galur murninya,” pungkas dia.

Diketahui, BPIU2K Karangasem tercatat memiliki 42.578 calon induk, yaitu calon induk udang vaname sebanyak 12.578 ekor, dan calon induk vaname nusantara generasi ke-4 (VN-G4) sebanyak 30.000 ekor. Kemudian, ada juga induk udang vaname sebanyak 875 ekor.

Rinciannya, sebanyak 400 ekor induk vaname sebagai bahan pemuliaan induk galur murni tumbuh cepat, 225 ekor induk vaname hasil impor dari Konabay sebagai sumber genetik untuk seleksi individu dan famili, dan 250 ekor induk vaname nusantara (VN-G4) sebagai sumber daya genetik hasil seleksi famili.

Target peningkatan jumlah ekspor udang hingga 250 persen pada 2024 atau target peningkatan produksi udang secara nasional hingga mencapai dua juta ekor pada 2024, menjadi bagian dari rencana strategis KKP dalam mengembangan perikanan budi daya.

Rencana tersebut diharapkan bisa memajukan sektor kelautan dan perikanan, dan sekaligus bisa meningkatkan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya bagi kelompok nelayan dan pembudi daya ikan.

perlu dibaca : Ini Usaha Meningkatkan Produktivitas Udang dengan Prinsip Keberlanjutan di Tengah Pandemi

 

Pengadaan induk dan benih udang vaname oleh Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem, Bali sebagai Broodstock Center Udang Vaname nasional. Foto : DJPB KKP/Mongabay Indonesia

 

Dalam penilaian Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, potensi perikanan budi daya secara nasional hingga sekarang masih sangat besar dan itu bisa dimanfaatkan tak hanya oleh pembudi daya ikan, namun juga oleh nelayan di seluruh Indonesia.

Dia meyakini, kegiatan budi daya bisa mendorong peningkatan pendapatan para nelayan, karena tingginya permintaan terhadap produk perikanan di pasar dunia. Namun sayangnya, tidak semua komoditas yang spesifik bisa tersedia di pasar dunia.

“Komoditas ini hanya bisa disediakan melalui (kegiatan) budi daya,” jelas dia.

Saat ini, nilai total pasar perikanan dunia sudah mencapai angka USD160 miliar dan Indonesia baru mampu mengisinya sebanyak 3,5 persen atau senilai USD5,2 miliar saja. Nilai tersebut dihitung dari kebutuhan pasar dunia terhadap produk-produk perikanan.

Angka yang sudah diambil Indonesia tersebut dinilai masih sangat kecil, karena potensi lahan perikanan budi daya di Indonesia sampai saat ini masih sangat luas mencapai 17,9 juta hektare. Rinciannya, ada lahan untuk budi daya laut, budi daya air payau di pesisir, dan budi daya air tawar di daratan (pedalaman).

Dengan potensi lahan yang masih sangat besar dan potensi pasar dunia yang tak kalah besarnya, Indonesia mulai fokus pada dua program terobosan yang bertujuan untuk bisa meningkatkan produktivitas perikanan budi daya secara nasional.

Pertama adalah peningkatan produksi komoditas berorientasi ekspor, seperti udang, lobster, kepiting, dan rumput laut. Kemudian program keduanya adalah fokus membangun kampung-kampung budi daya berbasis kearifan lokal.

baca juga : Standardisasi Pengelolaan Tambak Udang Superintensif Diharapkan Ada Pada 2022

 

Pengadaan induk dan benih udang vaname oleh Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem, Bali sebagai Broodstock Center Udang Vaname nasional. Foto : DJPB KKP

 

Untuk kegiatan budi daya berorientasi ekspor, tahapan yang dilakukan adalah dengan mengevaluasi tambak yang sudah ada (eksisting), revitalisasi tambak tradisional hingga bisa menaikkan produksi dari 0,6 ton per ha menjadi 2 ton per ha, dan membangun modeling tambak udang modern yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

“Agar bisa berhasil, maka harus memenuhi syarat tambak yang sehat, yaitu air yang bersih, memiliki instalasi IPAL, memiliki instalasi tandon yang baik,” jelas dia.

Sementara, untuk program kampung budi daya, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan budi daya komoditas bernilai ekonomi tinggi yang populasinya terus berkurang. Misalnya, ikan belida, semah, ikan bilih yang cocok untuk kegiatan budi daya di wilayah pedalaman, nila salin dan patin untuk kegiatan budi daya di pesisir.

Melalui program terobosan kampung budidaya, tujuan yang ingin dicapai adalah menyelamatkan komoditas perikanan lokal dari kepunahan. Selain itu, juga mendorong peningkatan penghasilan masyarakat pembudi daya, menambah pendapatan asli daerah, dan menyerap tenaga kerja.

 

Exit mobile version