Mongabay.co.id

Pentingnya Menjaga Terumbu Karang

Keanekaragaman hayati yang luar biasa berupa terumbu karang dan berbagai ikan di perairan Pulau Buano, Maluku. Foto : Marthen Welly / Coral Triangle Center

 

 

 

Terumbu karang merupakan sekumpulan biota karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga (zooxanthellae). Ia sebagai habitat atau tempat berkembang bagi biota laut. Keberadaan terumbu karang penting bagi ekosistem laut.

“Untuk itu, kita harus jaga terumbu karang ini. Dengan menjaga ekosistem terumbu karang, kita sudah melakukan cara instan untuk turut menjaga keanekaragaman hayati di laut,” kata Fahrurrozi, Divisi Sains dan Teknologi Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi) dalam sesi diskusi virtual #aksimudajagaiklim baru-baru ini.

Terumbu karang, katanya, tersusun atas hewan-hewan karang yang sangat kecil yang disebut polip. Polip adalah hewan karang yang membentuk terumbu dan hidup di dalam koralit. Polip ini memiliki tubuh seperti tabung dan masih memiliki keterikatan atau masih kerabat dengan ubur-ubur.

Terumbu karang, katanya, memiliki nilai ekologis sebagai penyedia habitat, sampai pengasuhan biota laut. Juga pelindung wilayah pantai dan mencegah dampak erosi.

“Terumbu karang mampu mengurangi pemanasan global.   Hasil metabolisme terumbu karang berupa kerangka kapur kalsium karbonat C2Co3. Spesies penting yang berkontribusi dalam menyerap rantai karbon di laut. Bisa dikatakan dapat mengurangi pemanasan global,” katanya.

 

Baca juga : Pemulihan Terumbu Karang di Tengah Pandemi COVID-19

Kondisi terumbu karang di perairan Tanjung Kajuwulu yang mengalami pemutihan, Desa Magepanda, Kabupaten Sikka,NTT. Foto : Maumere Diver Community (MDC)

 

Data United Nations Environment Programme-World Conservation Monitoring Center (UNEP-WCMC) 2006, mengeluarkan hitungan nilai terumbu karang bisa sampai US$100.000-US$600.000 per km pertahun atau Rp9 miliar per tahun. Nilai ini, katanya, dapat terjadi kalau terumbu karang terlindungi hingga memberikan nilai bagi perikanan, wisata, dan lingkungan hidup.

Bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia? Menurut Rozi, data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2019, dengan pengamatan di 1.153 titik, kondisi sangat baik hanya 6,42%, kondisi baik 22,38%, kondisi cukup 37,38%, dan buruk sekitar 33,82%.

Kerusakan terumbu karang ini, katanya, antara lain karena efek pemanasan global. Artinya, kenaikan suhu permukaan bumi, akan berdampak buruk bagi terumbu karang. Kenaikan 1-2 derajat celsius saja bagi terumbu karang, bisa berpengaruh bagi kehidupan mereka.

Untuk itu, katanya, kalau pemanasan global terus terjadi secara tidak langsung terumbu karang terus terancam. Belum lagi, katanya, keterancaman dari aktivitas manusia yang merusak seperti penggunaan bom, dan buang jangkar sembarangan.

Dia bilang, beberapa langkah dilakukan Yayasan Terangi. Pertama, riset ilmiah untuk mengetahui kondisi terumbu karang di suatu wilayah dan masalah yang dihadapi. Kedua, rehabilitasi terumbu karang yang rusak.

 

Baca juga : Inilah Dampak Badai Siklon Tropis Seroja pada Terumbu Karang di TNP Laut Sawu

Salah satu terumbu karang di perairan Pulau Ay dan Rhun, Kepulauan Banda, Maluku. Foto : Evi Ihsan / Coral Triangle Center

 

Ketiga, peningkatan kapasitas masyarakat. Masyarakat, katanya, yang tahu kondisi di daerah, dengan cara meningkatkan kapasitas mereka maka bisa lebih optimal menjaga terumbu karang,

Mereka juga merekomendasikan para pihak peduli dan mau bergerak menjaga terumbu karang, seperti magang mahasiswa. Dalam kegiatan ini, mahasiswa berkesempatan belajar dan dibekali teori dan terjun langsung perawatan terumbu karang mulai telaah masalah, hingga bagaimana aksi pemulihan.

Juga ada Sekolah Pantai Indonesia. Dalam kegiatan ini, disediakan modul untuk siswa SMP dan SMA yang tertarik meningkatkan pengetahuan di pesisir, dan konsentrasi isu laut baik terumbu karang, mangrove, sampah di laut.

Kemudian, kegiatan tahunan berupa Corel Day. Dalam kegiatan ini, ada edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat soal pentingnya terumbu karang. Ada juga buka donasi. Program ini berupa penggalangan dana dari pihak yang mau berkontribusi dalam kegiatan menjaga dan merawat terumbu karang.

Akmal Yazid Perwira, Ketua Umum Forum Penyelaman Mahasiswa Indonesia (FoPMI) mengatakan, kerusakan terumbu karang itu bisa karena ancaman langsung dan tak langsung. “Ancaman langsung seperti karena penyelaman yang tidak mematuhi etika, jangkar kapal, kapal kandas di daerah karang, bisa juga penangkapan ikan berlebih,” katanya.

Penyelam, katanya, harus memperhatikan etika agar tidak merusak terumbu karang, seperti tak buang sampah, tak menyentuh karang, tidak boleh beri makan ikan agar tak bergantung. “Tidak menyentuh biota laut. Tidak mengacak sedimen dan mengambil barang atau hal di bawah laut.”

Untuk keterancaman tak langsung terumbu karang, bisa karena perubahan iklim, kualitas perairan sama sampah, debris, dan pestisida.

Mereka yang peduli konservasi, katanya, bisa melakukan pemantauan ekosistem terumbu karang untuk mengetahui kondisi perairan terutama dalam kawasan perlindungan laut.

Kegiatan ini, katanya, bisa berkolaborasi dengan pemerintah atau pengelola kawasan. Ketika pemerintah sudah bikin kebijakan, katanya, bisa terus dikawal. “Ini bisa dilakukan oleh anak muda, khususnya yang bergerak di penyelaman.”

Dia cerita, FoPMI sudah merehabilitasi terumbu karang di Bengkulu, tepatnya di Pulau Enggano, bekerjasama dengan EcoNusa melalui program penjaga laut.

FoPMI juga sedang dan akan melakukan beach clean up dan underwater clean up guna mengurangi sampah di laut. Dia berharap, kegiatan ini bisa memantik pemuda lain terlibat bahkan melakukan hal serupa di daerah mereka masing-masing.

Akmal bilang, banyak cara bisa ikut peduli terumbu karang, seperti edukasi kelautan dan pelestarian terumbu karang, sampai kampanye melalui medsos. “Pemuda dekat dengan teknologi. Memanfaatkan media untuk kampanye perihal pentingnya merawat terumbu karang. Itu dapat jadi upaya melestarikan terumbu karang.”

 

Seorang penyelam sedang melihat biodersitas terumbu karang yang luar biasa di perairan Kepulauan Lease, Maluku Tengah, Maluku. Foto : Purwanto / Coral Triangle Center

*****

Foto utama: Terumbu karang. Foto: Marthen Welly/CTC

Exit mobile version