Mongabay.co.id

Ikan Depik yang Tidak Lagi Bahagia di Danau Lut Tawar

 

 

Danau Lut Tawar di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, belum lepas dari sejumlah masalah. Menyusutnya debit air, menurunnya kualitas air, menghilangnya beberapa spesies ikan endemik, hingga mendangkalnya cekungan danau adalah persoalan utama yang terjadi dan harus diselesaikan.

Staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh, Kota Lhokseumawe, Saiful
Adhar, dalam makalahnya menjelaskan, berdasarkan survei yang dilakukan, terdapat dua areal sumber bahan pencemar yang menyebabkan penurunan kualitas air Danau Lut Tawar, yaitu perairan danau dan daerah tangkapan air.

Menurut Saiful, yang hasil survei tersebut disampaikan dalam Seminar Nasional Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk Pembangunan Berkelanjutan, pada Mei 2011, sejumlah kegiatan yang berpotensi menyumbang bahan pencemar dari daerah tangkapan air adalah aktivitas pertanian, permukiman, industri atau jasa, dan pariwisata. Sementara di perairan danau, berupa kegiatan keramba jaring apung dan dekomposisi bahan organik, serta kegiatan pariwisata.

“Satu spesies endemik Danau Lut Tawar yang kondisinya terancam punah adalah ikan depik [Rasbora tawarensis] yang populasinya menurun dalam beberapa tahun terakhir,” jelasnya.

Baca: Lut Tawar, Danau Indah yang Didera Masalah

 

Ikan depik merupakan spesies endemik Danau Lut Tawar, Aceh Tengah, Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Hal ini diduga, terjadinya perubahan signifikan pada ekosistem danau yang membuat ikan depik tidak mampu lagi beradaptasi.

“Perubahan tersebut kemungkinan besar berupa penyusutan debit air, pendangkalan danau yang berkonsekuensi pada berkurangnya volume air, serta perubahan kualitas air karena adanya pencemaran. Hal penting lainnya adalah pemanasan global yang juga mengakibatkan peningkatan suhu di kawasan danau,” lanjutnya.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup merupakan masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia. Sehingga, melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

“Bahan yang menyebabkan terjadinya pencemaran disebut polutan, yang kemungkinan besar berasal dari hasil atau sisa-sisa kegiatan yang terjadi di perairan danau dan daerah tangkapan air,” katanya.

Baca: Mongabay Travel: Lut Tawar, Danau Sejuk di Dataran Tinggi Aceh Tengah

 

Ikan depik terancam menghilang di Danau Lut Tawar dikarenakan menurunnya kualitas air dan rusaknya ekosistem danau. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Keramba jaring apung

Keramba jaring apung yang jumlahnya bertambah di Danau Lut Tawar juga menyumbang  masalah terhadap kelesatarian danau yang terbentuk ribuan tahun lalu itu.

Saiful Adhar, Rachmawati Rusydi, Mainisa, Erlangga, Munawwar Khalil, Eva Ayuzar dari Universitas Malikussaleh, Kota Lhokseumawe, Aceh, dalam makalah yang diterbitkan di Serambi Engineering, Volume VI, No. 3, Juli 2021, berjudul Analisa Limbah Fosfor Kegiatan Keramba Jaring Apung di Danau Laut Tawar Aceh Tengah menjelaskan, peningkatan areal keramba jaring berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap kualitas perairan danau.

“Ini disebabkan sisa pakan yang tidak dikonsumsi dan sisa hasil metabolisme ikan berupa feses dan urine,” jelas Saiful Adhar dan kolega.

Baca: Luasan Danau di Indonesia Kalahkan Luas Daratan Thailand

 

Keramba jaring apung yang jumlahnya bertambah di Danau Lut Tawar turut berkontribusi terhadap menurunnya kualitas air. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Menurut mereka, pembudidaya ikan nila di Danau Laut Tawar menggunakan jenis pakan P1, P2, P3, P4, P5, P6, dan P7. Sisa pakan ini mengandung nitrogen [N] dan fosfor [P] yang merupakan faktor utama polusi budidaya perairan. Begitu juga dengan feses dan urine yang merupakan sumber N dan P.

Keberadaan senyawa N dan P berlebihan mendorong tumbuhnya fitoplankton, sehingga terjadi eutrofikasi atau proses pengayaan nutrien oleh peningkatan unsur hara melampaui batas yang mendorong penuaan alami danau.

“Selama beberapa dekade, eutrofikasi telah menjadi isu utama penyebab kerusakan lingkungan perairan. Eutrofikasi berdampak mempercepat produktivitas biologi yang ditandai meningkatnya biomassa alga,” ungkap penelitian tersebut.

Baca juga: Grupel, Pohon Unik di Dataran Tinggi Gayo

 

Pada 1969, terdapat 40 sungai yang berhulu ke Lut Tawar, namun pada 2013 hanya menyisakan 17 sungai. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Kasus ikan mati mendadak

Kasus ikan mati mendadak pernah terjadi pada Desember 2017, di Teluk One-One, Kecamatan Lut Tawar. Kematian ikan massal tersebut terjadi hampir di semua keramba jaring apung di kawasan itu, terutama ikan mas, nila, dan pedih [Tor Sp].

Iwan Hasri pemerhati perikanan di Aceh Tengah, kepada media di Aceh, pernah mengatakan, hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan, ikan-ikan tersebut mati karena kekurangan oksigen.

“Kematian ikan terjadi akibat umbalan atau upwelling, peristiwa alam berupa pengadukan atau pembalikan air dari lapisan bawah ke permukaan dan sebaliknya, yang diakibatkan hujan berkepanjangan. Juga, karena tidak munculnya matahari dan tidak berhembusnya angin yang menciptakan hujan, sehingga terjadi low oxygen,” jelasnya.

Hal tersebut biasa terjadi, namun karena pencemaran yang tinggi di Danau Lut Tawar, menyebabkan oksigen dasar mendekati nol. Saat terjadi umbalan, ikan-ikan kesulitan bernapas dan mati.

“Ikan yang hidup bebas, bisa menghindar meskipun lemas, sementara ikan di keramba tidak bisa menghindar,” ujarnya.

 

Lut Tawar, danau kebanggaan masyarakat Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Pada  17 Maret 2021, saat menjadi pemateri dalam workshop online, Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan sangat besar pada ekosistem Danau Lut Tawar.

“Misalnya debit air yang berkurang, keberadaan ikan lokal yang terus, serta pencemaran,” terangnya, dikutip dari Lintas Gayo.

Menurut Shabela, banyak penyebab terjadinya perubahan ekosistem danau. Misalnya, akibat  alih fungsi hutan atau penggunaan alat tangkap ikan atau jaring yang tidak sesuai aturan.

“Kurangnya kesadaran masyarakat maupun pengunjung yang membuang sampah ke danau, serta kegiatan lain menjadi penyebab tercemarnya danau ini,” paparnya.

Lut Tawar merupakan danau tektono-vulkanik yang terbentuk bersamaan Sesar Semangko. Danau yang terletak di dataran tinggi Aceh, 1.500 meter di atas permukaan laut ini berada di bibir Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Luasnya mencapai 5.472 hektar dengan panjang 17 kilometer dan lebar 3,219 kilometer. Tercatat, ada 37 jenis ikan, 49 jenis serangga, dan 20 spesies mamalia yang hidup di danau dan sekitarnya.

 

 

Exit mobile version