Mongabay.co.id

Semeru Siaga, Warga Dilarang Beraktivitas di Daerah Berbahaya

 

 

 

 

Ayo…ayo…cepat pak,” teriak seorang relawan yang tengah mencari korban letusan Gunung Semeru. Mereka bergegas meninggalkan aliran besuk Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang,Jawa Timur. Saat itu, 16 Desember 2021, pukul 09.00 WIB terjadi awan panas guguran dari kawah Jonggring Saloka.

Mereka berlarian, meninggalkan lokasi berbahaya. Sebagian mengendarai kendaraan melaju dari Besuk Kobokan. Video berdurasi 30 detik itu diunggah pemilik akun Muslimin Mus ke Grup Facebook Info Lumajang.

“Tidak boleh beraktivitas pada radius lima kilometer dari puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” kata Abdul Muhari, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Becana (BNPB) jumpa pers secara daring, Jumat malam, 17 Desember lalu.

Seluruh relawan di daerah rawan dari guguran awan panas kembali ditarik ke posko.Tanggap darurat penanganan letusan Semeru diperpanjang selama sepekan, 18-24 Desember 2021, sesuai surat keputusan Bupati Lumajang, Thoriqul Haq.

Kolonel Infantri Irwan Subekti, Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Tanggap Darurat juga Komandan Korem 083/Baladhika Jaya, mengatakan, saat terjadi guguran awan panas para relawan tengah pencarian sembilan orang yang dilaporkan hilang. “Pencarian di sela-sela aktivitas utama,” katanya.

Dia meminta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengoptimalkan peran pos pemantauan Gunung Semeru di Gunung Sawur. Terutama melaporkan kalau ada tanda-tanda dan gejala peningkatan aktvitas Semeru agar operasi pencarian setop mencegah korban jiwa.

“Tiba-tiba ada luncuran guguran awan panas, kami panik. Mohon petugas pemantau menyampaikan informasi jika ada tanda, dan gejala. Untuk keselamatan dan keamanan petugas di lapangan,” katanya.

Masyarakat juga diimbau tak mendekati lokasi rawan guguran awan panas. Meskipun begitu, katanya, masih ditemukan banyak menerobos dan masuk ke lokasi bencana padahal berbahaya. “Meski dilarang, tetap ada pengunjung yang mendekati lokasi bencana,” katanya.

 

Baca juga : Kala Semeru Muntahkan Lahar Panas, Belasan Orang Tewas

Kawasan terdampak erupsi Semeru kini tertutup debu. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Terbatas

Andriani, Kepala PVMBG mengizinkan ada aktivitas terbatas seperti operasi pencarian atau penyelamatan, tetapi harus berkoordinasi dengan Pos Pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur.

“Ada potensi awan panas guguran dan gempa permukaan,” katanya.

Upaya percepatan penanganan bencana Semeru seperti pembersihan material vulkanik, pembukaan jalan, evakuasi dan pemulihan sarana dan prasarana masih bisa.

Pada 16 Desember lalu, katanya, terjadi tiga kali luncuran awan panas guguran dari Kawah Jonggring Saloka. Pertama pukul 09.00 WIB luncuran guguran awan panas sejauh 4,5 kilometer terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 milimeter, durasi 912 detik. Berikutnya, pukul 09.30 WIB terekam amplitudo 17 milimeter dengan durasi 325 detik. Secara visual tak teramati karena tertutup kabut.

Guguran awan panas ketiga meluncur pukul 15.42 WIB sejauh 4,5 kiloemter dari puncak, dengan amplitudo 20 milimeter, durasi 400 detik.

Sedangkan kegempaan didominasi gempa letusan, hembusan, dan gempa guguran. Gempa guguran meningkat 15-73 kejadian, dari rata-rata delapan kali per hari. Peningkatan terjadi sejak 1 Desember 2021. Kejadian gempa dan tremor harmonik tidak signifikan.

Guguran awan panas, katanya, berpotensi terjadi karena endapan aliran kubah lava atau lidah lava, dengan panjang aliran sejauh dua kilometer dari pusat erupsi. Aliran lava masih belum stabil dan berpotensi terjadi longsor, terutama di ujung aliran lava hingga berpotensi menimbulkan awan panas guguran.

Sementara aliran lahar juga tinggi karena curah hujan masih tinggi. Didukung data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan akan berlangsung hingga tiga bulan kedepan. Potensi bahaya awan panas guguran, katanya, melebar ke arah barat timur hingga selatan. Jadi, area itu perlu waspada karena berpotensi bahaya erupsi Semeru.

 

Baca juga : Erupsi Semeru, Masyarakat Diminta Tetap Waspada

Semeru tampak dari kejauhan. Masyaraakat diminta waspada dan tak mendekati wilayah berbahaya. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Status siaga

Karena aktivitas yang meningkat, dan peningkatan jarak guguran awan panas dan aliran lava, PVMBG memutuskan status Semeru meningkat dari level II (waspada) ke level III (siaga) terhitung 16 Desember sejak pukul 23.00 WIB.

PVMBG merekomendasikan, tidak ada aktivitas apapun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak. Di luar jarak itu, masyarakat agar tidak beraktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sugai sepanjang Besuk Kobokan lantaran potensi awan panas guguran dan aliran lahar berpotensi terjadi sampai 17 kilometer dari puncak Semeru.

Selain itu, katanya, patut mewaspadai potensi awan panas guguran, lava dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar dan Besuk Sat. Juga potensi lahar di sungai kecil yang jadi anak sungai Besuk Kobokan.

“Kawasan risiko gunung api, batasan dilarang aktivitas apapun.”

Masyarakat diimbau mematuhi rekomendasi yang keluar dari PVMBG dan pemerintah setempat. Andiani meminta, masyarakat di sekitar Semeru selalu memperbarui informasi soal perkembangan Semeru melalui PVMBG, Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Semeru di Gunung Sawur, BNPB, dan BPBD setempat. Serta tak terpancing dengan informasi menyesatkan yang tak jelas sumbernya.

 

Baca juga: Menyelamatkan Sisa Terjangan Erupsi Semeru

Pemukiman warga terdampak erupsi Semeru. warga yang tinggal di daerah berbahaya ini akan direlokasi. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Relokasi

Presiden Joko Widodo saat berkunjung memerintahkan sekitar 2.000 rumah di daerah rawan letusan Semeru segera relokasi. Proses relokasi melibatkan sejumlah kementerian, lembaga dan badan terkait. Bupati Lumajang Thoriqul Haq di akun Facebook-nya menyampaikan menerima Surat Keputusan (SK) dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya soal lahan untuk relokasi pemukiman penduduk.

Tahapan relokasi warga terdampak erupsi Semeru segera mulai, dari menata lahan dan penyiapkan sarana dasar meliputi akses jalan, jaringan listrik, saluran air bersih, sanitasi maupun drainase.

Kolonel Infantri Irwan Subekti, Dansatgas Tanggap Darurat mengatakan, lahan relokasi penduduk, berada di Oro-oro Ombo. Pronojiwo, dan Sumbermujur, Candipuro. Awalnya, kawasan hutan ini dikuasai Perum Perhutani dan sebagian lahan garapan masyarakat.

“Dilakukan pendekatan dengan Perhutani dan penggarap agar tak ada masalah saat membangun infrasturktur dan proses relokasi,” katanya.

Selain itu, tengah dibangun jembatan gantung untuk menghubungkan Lumajang-Malang setelah jembatan Gladak Perak putus saat erupsi.

Petugas Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur tengah mengukur kekuatan tanah untuk pondasi jembatan gantung. “Rencana posisi jembatan gantung persis di jalur jembatan perak yang lama,” katanya.

Thoriq mengatakan, mendapat penjelasan dari Kepala BBPJN Achmad Subki kalau proses pembangunan jembatan mungkin menghabiskan waktu 2,5 bulan. Jembatan gantung, katanya, hanya bisa untuk melintas roda dua dan roda tiga atau mobil ambulan khusus keadaan darurat.

Untuk pembangunan kembali Jembatan Gladak Perak, akan mulai awal 2022 dengan pengerjaan sekitar sembilan bulan.

Irwan mengatakan, petugas juga fokus pemulihan aliran sungai seperti pembangunan sudetan dan tanggul agar lahar tak mengalir ke Kampung Renteng dan Sumberwuluh, Candipuro. Ke depan, katanya, mengembalikan arus sungai sesuai alur semula. “Curah hujan tinggi, sudetan dan tanggul dibangun untuk mencegah banjir saat hujan.”

 

Warga yang mengungsi dari erupsi Semeru. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

 

*****

Foto utama: Status Semeru naik dari level waspada ke siaga. Masyarakat dilarang untuk beraktivitas di daerah berbahaya. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version