Mongabay.co.id

Dampak Erupsi Semeru Bagi Petani, Begini Upaya Pemulihannya

 

Meski tanaman jagungnya tertutup abu vulkanik akibat erupsi Gunung Semeru dua pekan lalu, Suyanto (42) tidak lantas membiarkannya begitu saja. Bersama beberapa kerabatnya, pria berkumis tipis itu nampak cekatan mengais sisa-sisa buah yang memiliki nama latin Zea mays tersebut, meski kondisi batangnya sudah rata dengan tanah.

Posisi badannya membungkuk mengumpulkan satu per satu buah jagung yang dipenuhi abu, sebelum kemudian dimasukkan ke dalam karung. Wajahnya datar, sesekali ia melemparkan pandangannya ke arah gunung tertinggi di Pulau Jawa itu untuk memastikan bahwa kondisinya aman.

Karena lahannya berada di zona rawan, Yanto, panggilan akrabnya, sebelumnya dilarang tim SAR gabungan untuk memanen jagung. Namun, karena dia merasa sudah tidak punya uang lagi, ia pun memberanikan diri untuk tetap menuai jagung yang sudah ditanamnya empat bulan lalu.

“Rencananya mau kami jual. Tidak berani kalau ngupas di ladang, takut nanti awan panasnya keluar lagi,” ujar pria empat bersaudara ini disela memanen jagung di ladang berukuran 250 meter persegi di Dusun Curah Koboan, Desa Supit Urang, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (14/12/2021).

Bapak dua anak ini juga mengaku kehilangan satu hektar jagung yang ditanam di lahan lainnya. Selain itu, lahan perkebunan yang ditanami pohon kopi dan pohon durian disepadan aliran sungai Curah Koboan juga ludes tersapu lahar hujan. Untuk tanaman jagung saja dia memperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp25-30 juta.

baca : Menyelamatkan Sisa Kehancuran Terjangan Erupsi Gunung Semeru

 

Kondisi tanaman padi yang rusak akibat erupsi Gunung Semeru di persawahan Dusun Curah Koboan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jatim. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Kehilangan Mata Pencaharian

Abu vulkanik akibat letusan Gunung Semeru selain menutupi jalan, rumah-rumah penduduk juga menutupi lahan pertanian, hal itu bisa mempengaruhi kehidupan para petani yang terdampak.

Seperti dirasakan Mat Yasin (40), petani lainnya mengatakan setelah kejadian erupsi gunung berketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, belum ada bayangan akan bekerja apa ke depannya.

Dia masih terpukul usai melihat kondisi beberapa komoditas tanaman yang sebelumnya bisa menjadi tumpuan hidupnya itu hancur. Apalagi diantara tanaman yang rusak itu ada juga sayuran kubis (Brasicca oleracea var. capitata) yang sudah siap panen. Namun, belum sempat dia memanen, sayurannya sudah tertutup abu vulkanik.

Padahal sebelum lahan garapannya itu diterjang awan panas guguran (APG), dalam perbulan bapak tiga anak ini mengaku bisa mendapatkan hasil paling tidak Rp2-3 juta.

“Dari lahan yang hancur inilah saya bisa membuat rumah, tapi sekarang dua-duanya ludes,” kata Yasin, dengan wajah memelas.

baca juga : Semeru Siaga, Warga Dilarang Beraktivitas di Daerah Berbahaya

 

Abu vulkanik akibat letusan Gunung Semeru selain menutupi jalanjuga menutupi lahan pertanian, termasuk tanaman cabai. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Selain tanaman di ladangnya habis, lahan dipekarangan belakang rumah yang ditanami pohon sengon (Albizia chinensis) dan kopi juga amblas karena terjangan lahar hujan Gunung Semeru, luasnya sekitar 100 meter persegi. Umur kopi sudah empat tahun, sementara pohon sengon sekitar dua tahun.

“Tidak apa-apa rumah dan ladang hancur, yang penting keluarga selamat semua. Tapi yang menjadi pikiran saya itu nasibnya anak-anak ini, apalagi pekerjaan sudah tidak ada,” keluhnya. Bersama keluarganya, saat ini dia mengungsi di rumah saudaranya di Sumbermujur, Lumajang.

Nasib sama juga dialami Muhammad Roisun Amin (35), akibat erupsi Gunung Semeru itu beberapa komoditas pertanian seperti tebu, singkong dan padi miliknya itu ludes, jika ditotal luas lahannya yang terdampak sekitar 3 hektare.

“Puhungnya (nama lokal untuk singkong) sudah umur 5 bulan, dari pengalaman sebelumnya kalau panen bisa dapat Rp10 juta,” kata suami dari Siti Rohmah (30) ini.

baca juga : Erupsi Semeru, Masyarakat Diminta Tetap Waspada

 

Mat Yasin (40) berpose di pekarangan rumahnya yang rusak akibat letusan Gunung Semeru. Dipekarangan rumahnya itu dia menanam kopi dan pohon sengon. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Upaya Strategis di Fase Tanggap Darurat

Material seperti abu vulkanik, awan panas, abu panas, dan lahar hujan yang dimuntahkan Gunung Semeru merusak sumberdaya lahan dan air, termasuk juga infrastruktur pertanian. Pengaruhnya pada sumberdaya lahan seperti aspek sifat fisik dan kimia tanah yang mengalami perubahan.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemprov Jawa Timur, Hadi Sulistyo menjelaskan, pada fase tanggap darurat dampak erupsi Gunung Semeru ini, upaya strategis yang dilakukan sekarang yaitu menginventarisir dan memantau perkembangan kerusakan tanaman pangan maupun hortikultura.

Selain itu, kerusakan prasarana pertanian seperti jaringan irigasi dan jaringan usaha tani saat ini juga masih terus diinventarisasi. Hal itu dilakukan dalam rangka untuk menyusun rencana tindak lanjut pemulihannya.

“Berikutnya yaitu mengusulkan bantuan sarana dan prasarana pertanian ke Kementerian Pertanian,” jelas Hadi, dalam keterangan tertulis kepada Mongabay Indonesia, Selasa (21/12/2021)

menarik dibaca : Hidup Bersama Gunungapi Semeru

 

Petani saat memanen sisa-sisa jagung (Zea mays) yang rusak akibat letusan Gunung Semeru. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Sarana prasarana pasca bencana seperti benih komoditi tanaman Pangan dan Hortikultura juga sedang dipersiapkan. Selain itu, lanjut pria yang pernah ditunjuk sebagai Plh. Bupati Jember ini pihaknya juga akan melakukan pemanfaatan cadangan pangan berupa beras ditingkat provinsi maupun kabupaten.

Sedangkan Paiman, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang saat dihubungi mengatakan untuk data-data kerusakan dampak dari erupsi Gunung Semeru disektor pertanian, sementara ini masih terus dikumpulkan, sehingga dimasa tanggap darurat ini data masih bisa berubah.

“Kami masih terus berkoordinasi dengan Pusdalops BPBD Lumajang,” katanya kepada Mongabay Indonesia.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dilansir dari  liputan6.com mengatakan, sebanyak 884 hektare lahan pertanian warga rusak. Lahan warga pertanian yang rusak dan gagal panen yaitu tanaman pangan holtikultura dan perkebunan di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro. Lanjut dia, untuk para petani yang lahannya rusak atau gagal panen yang diakibatkan awan panas dan terjangan banjir lahar bisa mengajukan klaim asuransi.

 

Kondisi Gunung Semeru pasca erupsi awal Desember 2021. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version