Mongabay.co.id

Peta Kawasan Rawan Bencana Semeru Makin Luas

Semeru tampak dari kejauhan. Masyaraakat diminta waspada dan tak mendekati wilayah berbahaya. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

 

 

 

Pasca erupsi Semeru Desember 2021, peta kawasan rawan bencana (KRB) Gunungapi Semeru jadi lebih luas dibandingkan KRB 1996. Badan Geologi melakukan pemutakhiran peta KRB menyesuaikan situasi lapangan terkini pasca dampak erupsi Semeru juga pengamatan, pantauan, pencitraan menggunakan kamera thermal.

Dalam KRB Semeru 1996 seluas 72,16 hektar, KRB 2021 jadi 80,43 hektar. “Ada perubahan, dulu masuk KRB II sekarang KRB III. Dulu bukan KRB sekarang menjadi KRB II,” kata Andiani, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Desa Supiturang dan Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, masuk KRB III dan KRB I. Luas terdampak di Desa Supiturang bertambah jadi 9,19 kilometer persegi, Oro-oro Ombo seluas 0,03 kilometer persegi. Kemudian, Desa Sumber Waluh, Kecamatan Candipuro bertambah jadi 3,24 kilometer persegi.

Menurut Andiani, pemutakhiran peta KRB Semeru melibatkan 30 ahli dari disiplin ilmu kebumian dan revisi saat terjadi erupsi Semeru yang besar.

Kalau terjadi perubahan, dan perluasan rawan bencana , para ahli memantau secara intensif, dengan melakukan upaya strategis untuk mencegahnya.

“Kami juga mengirim tim tanggap darurat untuk menganalisis dan mengevaluasi situasi Semeru,” katanya dalam konferensi pers 14 Januari lalu.

Dia bilang, peta KRB 2021 hanya fokus ke arah tenggara area terdampak atau bukaan Semeru.

Pemutakhiran peta KRB, katanya, lantaran terjadi perubahan tipe, karakteristik erupsi dan luasan dampak erupsi Semeru. Peta KRB ini menjadi gambaran pemanfaatan ruang pasca erupsi Semeru 2021.

KRB Semeru, katanya, bisa jadi pedoman pengambil keputusan terkait pemanfaatan ruang dan fisik sekitar Semeru.

Dalam peta KRB, ada rekomendasi tak boleh aktivitas di sekitar puncak Semeru. Aktivitas juga tak boleh di daerah bukaan sepanjang lima kilometer dari kubah lava dan aliran awan panas guguran di Besuk Kobokan hingga jarak 13 kilometer dari puncak. Kemudian di sepadan 500 meter di sekitar Besuk Kobokan sepanjang 17 kilometer.

 

Baca juga : Semeru Siaga, Warga Dilarang Beraktivitas di Daerah Berbahaya

Seorang warga membawa sejumlah barang dan hewan ternak yang masih bisa diamankan dari amukan Gunung Semeru. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Peta KRB Gunung Api, ujar Andiani, merupakan peta petunjuk tingkat kerawanan bencana suatu daerah kalau terjadi letusan gunungapi. Peta ini dilengkapi sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah atau jalur evakuasi, pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.

Menurut Andiani, peta KRB bermanfaat untuk menyusun rencana kontigensi pemangku kepentingan dalam menentukan rencana kesiapsiagaan dan mitigasi erupsi Semeru. “Peta ini bisa jadi acuan masyarakat menyelamatkan diri kalau terjadi kebencanaan. Sedangkan pemangku berkepentingan menentukan relokasi atau daerah hunian.”

PVMBG mendistribuskan peta KRB Semeru kepada Pemerintah Jawa Timur, Lumajang, yang berkepentingan terhadap perkembangan wilayah Semeru. Peta KRB Semeru juga penting disosialisasikan kepada Basarnas, BNPB, Kementerian ATR/BPN dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KPUPR).

“Untuk mengetahui kondisi bencana geologi terkini silakan memantau di Magma Indonesia,” katanya.

 

Peta untuk mitigasi bencana geologi

Eko Budi Lelono, Kepala Badan Geologi, menjelaskan, peta KRB Semeru berguna untuk mitigasi bencana geologi, terlebih mengurangi risiko bencana geologi. Upaya mitigasi Badan Geologi, katanya, meliputi pemantauan lebih intensi pasca erupsi.

“Juga, penguatan dan penambahan peralatan pemantauan gunung. Meningkatkan kolaborasi dan kerjasama, serta diseminasi informasi peta KRB,” katanya.

Permukiman, kata Eko, harus menyesuaikan peta geologi tata lingkungan. Zona I dan III tidak boleh ada permukiman dan kegiatan yang bisa berdampak terhadap jiwa manusia. Sesuai arahan Menteri ESDM, katanya, zonasi atau batas kawasan ditetapkan melalui peta geologi tata lingkungan dan zona penyangga.

 

Baca juga : Menyelamatkan Sisa Kehancuran Terjangan Erupsi Gunung Semeru

Andiani, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menjelaskan pemuktahiran peta kawasan rawan bencana Semeru. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Eko katakan, Semeru bertipe strato dengan kubah lava dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Letusan Semeru biasa bertipe vulkanian dan strombolian, berupa penghancuran kubah atau lidah lava. Serta pembentukan kubah lava atau lidah lava baru.

Penghancuran kubah atau lidah lava mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang menjadi karakteristik Gunung Semeru. Sedangkan kawah Jonggring Saloka terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru, terbentuk sejak 1913.

 

Masih erupsi

Petugas pemantauan Gunung Semeru di Gunung Sawur Lumajang memantau secara visual 1-15 Januari 2021. Hasilnya, erupsi Semeru masih berlangsung namun tidak terus menerus. Umumnya, kolom erupsi tak teramati karena tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 200 meter dari puncak.

Pada 1 Januari 2021 terjadi awan panas guguran dengan jarak luncuran dan arah luncuran tidak dapat teramati karena gunung Semeru tertutup kabut.

Periode 1-15 Januari 2020 teramati aktivitas guguran lava pijar dengan jarak luncur 500-1.000 meter arah Besuk Kobokan. Kolom asap letusan teramati dengan ketinggian 200-300 meter dengan asap berwarna putih tebal condong ke arah utara. Sinar api teamati setingi 10 meter di atas puncak.

Pada 16 Januari 2021, kembali terjadi awan panas guguran berjarak luncur empat kilometer ke arah Besuk Kobokan. Aktivitas guguran lava juga terjadi dengan jarak luncur antara 500-1.000 meter dari kawah Jongring Saloka ke arah Besuk Kobokan.

Pada periode 1-15 Januari 2021 didominasi gempa guguran, gempa letusan, hembusan, getaran tremor harmonik. Gempa-gempa vulkanik (vulkanik dalam dan vulkanik dangkal) terekam dengan jumlah rendah. Selama periode pengamatan terekam sekali terjadi gempa awan panas guguran. Sedangkan getaran banjir terekam sebanyak 14 kali. Pada 16 Januari 2021, terekam gempa awan panas guguran dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dan durasi durasi 4.287 detik.

 

Peta kawasan bencana Semeru

 

Pasca awan panas guguran pada 1 Desember 2021, secara visual menunjukkan masih tinggi kejadian guguran lava pijar. Dengan jarak luncur berkisar antara 500-1.000 meter arah Besuk Kobokan. Sedangkan awan panas guguran masih teramati satu kali.

Kegempaan masih berfluktuatif, didominasi gempa permukaan. Jumlah kejadian gempa guguran, gempa letusan, gempa hembusan, dan getaran tremor harmonik dalam periode ini masih tinggi. “Mengindikasikan pergerakan magma ke permukaan masih terjadi,” kata Eko.

Kejadian getaran banjir mulai meningkat, katanya, mengindikasikan mulai peningkatan kejadian lahar di aliran Besuk Kobokan, seiring curah hujan. Potensi ancaman bahaya erupsi Semeru berupa lontaran batuan pijar di sekitar puncak. Sedangkan material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.

Potensi ancaman bahaya lain, katanya, berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah atau ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Kalau hujan bisa terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak.

Saat ini, arah luncuran awan panas dan guguran mencapai jarak luncur maksimum empat kilometer ke sektor tenggara dan selatan dari puncak. Selain itu, dapat terjadi lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak.

 

Kawasan relokasi?

Bupati Lumajang Thoriqul Haq meninjau lahan kawasan relokasi 2.000 rumah korban erupsi Semeru di Desa Sumbermujur.

“Rumah contoh hunian sementara sudah ada, tinggal yang lain meneruskan pembangunan sesuai dengan rumah contoh yang telah dibuat,” kata Thoriqul.

Pembangunan hunian di bawah koordinasi KPUPR dan serentak dengan meneruskan lahan di depan hunian sementara. “Insya Allah, dalam waktu dekat warga terdampak erupsi Semeru bisa pindah bertahap ke hunian sementara.”.

Dia tengah berkoordinasi atas permintaan warga Desa Supiturang, Pronojiwo yang berharap relokasi tidak terlalu jauh dari permukiman semula. Thoriq juga menyampaikan, menerima anggaran perbaikan rumah rusak ringan dan rusak sedang dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Setelah verifikasi data selesai, segera dimulai pembangunan rumah.”

 

 Baca juga :Erupsi Semeru, Masyarakat Diminta Tetap Waspada

Akar pohon yang tercerabut, rusak akibat letusan Gunung Semeru. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

******

Foto utama: Semeru tampak dari kejauhan. Masyaraakat diminta waspada dan tak mendekati wilayah berbahaya. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

Exit mobile version