Mongabay.co.id

Gunung Api Bawah Laut Kawio Barat, Permata Alam di Kepulauan Sangihe

 

 

Tonga, sebuah negara kecil di Samudera Pasifik, diterjang tsunami pada 15 Januari 2022. Tsunami diakibatkan meletusnya gunung api bawah laut bernama Hunga-Tonga-Hunga-Ha’apai yang berjarak sekitar 65 km dari Ibu Kota Tonga, Nuku’alofa.

Letusan gunung api bawah laut itu juga menyebabkan Tonga diselimuti abu vulkanik dengan kondisi gelap. Bahkan sebuah pulau bernama Atata Island di Tonga dilaporkan tenggelam.

Indonesia sebagai negara yang dilingkari cincin api pasifik tidak hanya memiliki jalur gunung berapi di darat, namun juga mempunyai gunung api bawah laut yang aktif. Salah satu gunung api bawah laut aktif itu berada di Desa Kawio, Kecamatan Kepulauan Marore, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Letaknya di barat Kawio, sehingga peneliti menyebutnya Gunung Api Bawah Laut Kawio Barat.

Penemuan ini dilakukan melalui ekspedisi, implementasi kerja sama riset laut dalam, antara Indonesia dengan Amerika Serikat, yang diwakili Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP serta National Oceanic and Atmospheric Administration [NOAA] Amerika Serikat. Program ini dinamakan Indonesia–US Expedition Sangihe-Talaud [INDEX SATAL] yang dilakukan 24 Juni hingga 6 Agustus 2010.

Dalam ekspedisi ini, dilakukan pemetaan detil dasar laut dengan menggunakan teknologi akustik yaitu Multibeam Echosounder resolusi tinggi. Dengan pengolahan ulang serta analisis morfologi dan pola struktur bawah laut, dihasilkan peta detil kondisi bawah laut Gunung Api Kawio Barat. Ketinggian gunung ini mencapai 3.400 meter. Artinya, hampir setara Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, 3.676 meter dari permukaan laut.

Dalam ekspedisi tersebut, keberadaan gunung api bawah laut serta sumber panas bumi dan biota lainnya terekam jjelas oleh robot yang terpasang kamera berresolusi tinggi. Robot itu oleh ilmuan Indonesia dan Amerika disebut Remotely Operated Vehicle [ROV] yang dijuluki “Little Hercules”.

Baca: Gunung Api Bawah Laut, Fenomena Alam yang Masih “Misteri”

 

Ilustrasi Gunung Api Bawah Laut Kawio Barat, di Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara, berdasarkan pemodelan NOAA. Ilustrasi: Hidayaturohman/Mongabay Indonesia

 

Penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Kelautan Nasional [2016], menyebutkan bahwa gunung api ini berbentuk kerucut ideal dengan kedalaman tertinggi sekitar 1.890 meter di bawah permukaan laut dan bagian yang terdalam sekitar 5.400 meter di bawah permukaan laut.

Aktivitas hidrotermal bawah laut juga sangat aktif terjadi di sepanjang jalur struktur geologi pada lengan utara pulau Sulawesi. Mengingat hal tersebut, keberadaan gunung api bawah laut Kawio Barat di lembah Sangihe merupakan hal menarik untuk diketahui, karena gunung api tersebut masih dalam kondisi aktif.

“Berdasarkan kenampakan tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi di sebelah barat laut memperlihatkan kenampakan yang lebih kasar. Ini dapat diinterpretasikan sebagai produk vulkanis yang memiliki umur relatif lebih tua dibandingan kenampakan pada morfologi gunung api di sebelah timurnya,” ujar Eko Triarso dan Rainer Arief Troa, penelitinya.

Baca: Letusan Gunung Api Bawah Laut ini Ungkap Fenomena Alam

 

Perspektif pemodelan Gunung Api Bawah Laut Kawio Barat. Sumber: NOAA

 

Sebelumnya, pada Jurnal Geologi Kelautan [2013], dengan judul “Gunung Api Bawah Laut Kawio Barat, Perairan Sangihe, Sulawesi Utara: Aktivitas Hidrotermal dan Mineralisasi” dijelaskan bahwa penyelaman dengan “Little Hercules” di Gunung Api Bawah Laut Kawio Barat yang dipusatkan di sisi barat laut dari puncak gunung, menyapu mulai kedalaman 3.000 meter hingga menuju ke arah puncak pada kedalaman 1.860 meter.

Hasilnya, ditemukan kelompok batuan yang dicirikan oleh bongkahan lava yang sudah pecah ditutupi sedimen halus berwarna abu-abu cerah; sedangkan pada sisi tenggara umumnya ditempati aliran lava bantal.

Pada sisi barat daya, tempat lembah dalam menoreh Gunungvapi Kawio Barat dijumpai kepulan asap dari lereng bagian bawah yang akhirnya pada kedalaman sekitar 1890 meter dijumpai aktivitas hidrotermal bawah laut yang merupakan suatu fenomena yang pertama kali direkam langsung dari bawah laut perairan Indonesia.

Fenomena yang terekam berupa pemunculan asap [smokers] di sepanjang rekahan [fissures], dicirikan oleh warna asap yang bervariasi dari putih, kuning atau abu-abu cerah yang kemungkinan menunjukkan indikasi perbedaan komposisi kimiawi dari fluida hidrotermal.

Selain asap, teramati juga adanya gelembung cairan panas atau bubbles dari rekahan. Penemuan baru lainnya adalah adanya fluida hidrotermal muncul ke permukaan dan membentuk suatu cerobong hidrotermal atau chimney di daerah yang secara tektonik dikontrol oleh konvergensi lempeng. Batuan-batuan di sekitar rekahan hidrotermal (hydrothermal vent) umumnya telah terubah dengan dominasi warna putih hingga kelabu.

Di sekitar rekahan hidrotermal diendapkan belerang berwarna kuning kehitaman. Mineralisasi kemungkinan terjadi di sekitar cerobong hidrotermal, terakumulasi membentuk endapan mineral yang ditunjukkan oleh warna cokelat, abu-abu, dan kemerahan. Hal ini terutama teramati di sekitar cerobong yang sudah tidak mengeluarkan gelembung atau asap, serta dijumpai kehadiran endapan serakan butiran batuan atau mineral berwarna cokelat atau hitam.

“Aktivitas hidrotermal di sekitar Gunung Api Bawah Laut Kawio Barat Perairan Sangihe Sulawesi Utara, merupakan penemuan yang pertama kali langsung dari bawah laut perairan Indonesia, berupa asap hidrotermal [smokers] yang keluar melalui rekahan ataupun cerobong hidrotermal,” ungkap para penelitinya yang terdiri dari Rainer Arief Troa, Lili Sarmili, Haryadi Permana, dan Eko Triarso.

Baca juga: Gunung, Permata Alami yang Harus Kita Hargai

 

Gunung Semeru yang puncaknya mencapai 3.676 meter dari permukaan laut. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Pada 2020, Badan Informasi Geospasial [BIG] beserta sejumlah kementerian/lembaga [K/L] berhasil mengumpulkan data terkait unsur laut, selat, dan teluk di Indonesia. Dari data yang dikumpulkan, terdapat delapan gunung bawah laut yang selesai ditelaah.

Penelaahan delapan gunung api bawah laut ini mengacu pada dokumen B-6 Standardization of Undersea Features Names dari International Hidrographic Organization [IHO]. Dari aspek geometri, delapan gunung yang ditelaah itu dapat dikategorikan sebagai gunung bawah laut karena memiliki ketinggian lebih dari 1.000 meter dan memiliki bentuk kerucut.

Berikut delapan gunung bawah laut yang sudah ditelaah dan diajukan BIG untuk dapat masuk ke dalam Gazeter Republik Indonesia:

  1. Gunung Bawah Laut Maselihe di Sulawesi Utara
  2. Gunung Bawah Laut Naung di Sulawesi Utara
  3. Gunung Bawah Laut Kawio Barat di Sulawesi Utara
  4. Gunung Bawah Laut Roa di Sulawesi Utara
  5. Gunung Bawah Laut Pagai di perairan barat Sumatera
  6. Gunung Bawah Laut Baruna Komba di NTT
  7. Gunung Bawah Laut Ibu Komba di NTT, dan
  8. Gunung Bawah Laut Abang Komba di NTT

 

 

Exit mobile version