Mongabay.co.id

Hilang Sudah, Burung Woody Woodpecker Resmi Dinyatakan Punah

 

Woody Woodpecker adalah salah satu karakter kartun Amerika yang paling ikonik. Dia pertama kali memulai debutnya pada awal 1940-an, menjadi maskot resmi Universal Studios di selama lebih dari 3 dekade (1940-1972).

Karakter Woody, seekor burung pelatuk antropomorfik, diciptakan pada tahun 1940 oleh Lantz dan Ben “Bugs” Hardaway, yang sebelumnya telah berperan menciptakan dua karakter lainnya, Bugs Bunny dan Daffy Duck, di studio kartun Warner Bros. pada akhir 1930-an.

Dalam beberapa kartun yang dibintangi Woody, dia diidentifikasi sebagai burung pelatuk paruh gading (Campephilus principalis).  Ketika Woody populer kala itu, populasi burung pelatuk paruh gading sudah mulai menurun. Dan benar saja, pada 29 September 2021 lalu, pemerintah Amerika Serikat melalui badan urusan perikanan dan kehidupan liar Amerika Serikat (US Fish and Wildlife Service/USFWS) secara resmi telah memastikan bahwa pelatuk paruh gading telah punah dan akan menghapusnya dari Daftar Spesies Terancam Punah (Endangered Species List).

Burung ini memang sudah lama sekali tidak terlihat. Terakhir, mereka terlihat secara resmi terakhir di Kuba pada tahun 1981 dan di AS, burung ini jauh lebih lama tak terlihat, tepatnya tahun 1962. Di Amerika Serikat sendiri, burung pelatuk paruh gading cenderung tinggal di Selatan, seringkali di daerah rawa.

baca : Hilang Selama 172 Tahun, Burung ini Ditemukan Kembali di Pedalaman Kalimantan

 

Burung pelatuk paruh gading (Campephilus principalis) yang diidentikkan karakter kartun Woody Woodpacker dinyatakan punah oleh Pemerintah Amerik Serikat pada 29 September 2021. Foto : dailycartoonist.com

Kemudian burung paruh gading secara resmi dikategorikan sebagai spesies yang terancam punah pada  tahun 1967.  Bahkan, sebelum Woody Woodpecker diciptakan, populasinya mulai mengalami penurunan drastis sejak tahun 1800-an. Penyebabnya adalah perburuan.

Direktur Ornitologi dari Cornell Lab, John W. Fitzpatrick mengatakan kombinasi dari masifnya pembangunan, polusi air, penebangan hutan, persaingan dengan hewan invansif, dan perburuan liar, menjadikan burung ini punah. Di masa lalu, mereka diburu untuk diawetkan dan dijadikan hiasan, dan bulunya seringkali dibuat bahan baku topi.

Sebelumnya pemerintah Amerika Serikat telah berupaya untuk mencari eksistensi burung pelatuk yang tersisa di habitat aslinya di rawa-rawa daerah Arkansas, Mississippi, Lousiana, dan Florida, habitat asli mereka. Namun dalam upaya tersebut tak menemukan jejak burung sang Woody Woodpecker yang memang sudah jarang terlihat dalam beberapa dekade terakhir.

Warga lokal juga mengaku sudah sangat jarang melihat burung tersebut dalam beberapa puluh tahun belakangan. Karena alasan inilah, para peneliti membuat kesimpulan jika burung ini sudah punah.

Pelatuk paruh gading, juga dikenal sebagai ‘Burung Dewa’ (Lord God Bird) adalah pelatuk terbesar di Amerika Serikat. Disebut Burung Dewa karena di masa lalu, siapapun yang melihatnya selalu terkesima dan berucap “Lord, God! What a bird!”

Disebut paruh gading karena paruhnya berwarna putih mirip gading gajah, meski tentu saja bukan gading, melainkan tulang.

Dulunya, sebelum datangnya bangsa Eropa ke Amerika Utara,  penduduk asli Amerika sudah memburu burung ini, dan menghargai tinggi kepala dan paruh burung pelatuk Paruh Gading. Bagian-bagian tubuh ini diperdagangkan secara luas. Burung pelatuk ini  juga tampaknya telah dikonsumsi sebagai makanan pada satu waktu.

Wilayah hidup pelatuk Paruh Gading pernah meluas hingga ke sebagian besar Amerika Serikat Tenggara dan sejauh utara hingga Illinois Selatan. Mereka menyukai hutan kayu  keras yang luas dengan akses dekat ke air. Makanan utama mereka terdiri dari larva dan serangga yang ditemukan di pohon mati atau sekarat, serta beberapa biji dan buah-buahan.

perlu dibaca : Studi: Manusia Memiliki Andil Punahnya Jenis Burung Tidak Terbang

 

burung pelatuk paruh gading (Campephilus principalis) yang diidentikkan dengan karakter kartun Woody Woodpacker. Foto :
catholictranscript.org

 

Mereka menggali sarang di pohon mati, di mana kedua orangtuanya berbagi dalam membesarkan anak ayam. Mereka dianggap berpasangan seumur hidup. Karena perusakan yang meluas dari habitat aslinya, dalam 100 tahun terakhir, mereka diketahui hanya hidup dekat dengan hutan-hutan  rawa daratan rendah.

Besar kemungkinan, Pelatuk Paruh gading bukanlah yang terakhir mengalami kepunahan. Banyak spesies lain yang diperkirakan bakal punah dalam waktu dekat. Apalagi, emisi karbon dan kerusakan alam seperti sulit untuk dihentikan.

 

Sumber : reuters.com , ivorybill.org, aviary.org, dan dailycartoonist.com

 

Exit mobile version