Mongabay.co.id

Kusno Waluyo dan Racikan Telur Herbalnya

 

 

Jam istirahat selesai. Sejumlah karyawan bergegas masuk areal peternakan, melalui jalur yang disediakan. Sebuah lorong yang menerapkan prosedur biosekuriti kesehatan ketat, dengan tiga zona.

“Merah, bebas berkumpul. Kuning atau peralihan merupakan dapur dan gudang. Hijau adalah wilayah terbatas, tidak sembarang orang masuk karena ini lokasi ternak ayam,” kata Kusno Waluyo [47], Direktur Sekuntum Herbals, di Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur, Lampung, Rabu [12/01/2022].

Waluyo mengelola peternakan seluas 14 hektar. Dia menambahkan herbal pada air minum dan pakan ternaknya dengan tujuan agar organ ayam berfungsi baik. “Telur yang dihasilkan sehat, tidak menimbulkan alergi.”

Dia menghindari penggunaan antibiotik dan pewarna kuning telur sintetis, karena dapat menimbulkan residu. Dikhawatirkan, bila daging ayam dikonsumsi manusia dalam jangka panjang, dapat menyebabkan AMR [Antimicrobial resistence], yaitu kebalnya mikroba penyebab penyakit terhadap antibiotik tubuh.

“Pewarna sintetis dipercaya memiliki efek kurang baik untuk kesehatan,” lanjutnya.

Sejak 2005, Waluyo melakukan uji coba. Dia mengaplikasikan herbal yang sudah dipakai untuk jamu-jamuan manusia, seperti daun salam, kayu manis, dan mengkudu.

“Kami lakukan percobaan untuk 100 ekor ayam tanpa antibiotik. Hasilnya, setelah dikonsumsi tidak menimbulkan alergi.”

Tiga tahun berjalan, Waluyo optimis dengan usahanya. Meski banyak kritikan, dia tetap  memperkenalkan telur herbal.

“Saat itu saya dicap aneh. Saya katakan saja, telur herbal menghindari penggunaan bahan-bahan kimia,” kata dia.

Waluyo juga memperhatikan kesejahteraan ternak melalui kontrol pakan dan air, dengan mengukur kadar bakteri e-coli dan derajat keasaman. Ayam lebih nyaman bergerak, dijamin makan dan minum, serta vitaminnya.

“Menangani penyakit ayam dengan herbal merupakan tantangan. Sakit yang parah itu pilek, sehingga staminanya harus dijaga.”

Baca: Maggot yang Mengubah Jalan Hidup Santoso

 

Kusno Waluyo menunjukkan telur herbal yang menghindari penggunaan bahan kimia. Foto: Chairul Rahman/Mongabay Indonesia

 

Ada 70 pegawai direkrut Waluyo, yang merupakan warga sekitar. Tugasnya beragam, memberi pakan, melakukan pengepakan, hingga membuat ramuan herbal. Produksi telurnya tiga ton sehari. Terkait pemasaran, disiasati berdasarkan grade, yaitu tingkat ketebalan kerabang/cangkang yang mempengaruhi daya simpan.

“Harga jualnya, kalau yang curah selisih 3-4 ribu Rupiah dari telur biasa.”

Purnama Edy Santosa, selaku konsumen, berharap telur herbal dapat dinikmati masyarakat luas dengan harga terjangkau. “Berdampak baik pada kesehatan tubuh,” tuturnya, pertengahan Januari 2022.

Baca: Hazman dan Kepeduliannya Mendirikan Taman Hutan Mikro

 

Kusno Waluyo menunjukan kuning telur yang segar dari telur herbal. Foto: Chairul Rahman/Mongabay Indonesia

 

Riset telur herbal

Menurut Waluyo, telur Sekuntum Herbals telah diteliti, menghasilkan dua tesis dan dua skripsi. Penelitian tersebut, salah satunya membandingkan telur herbal dengan telur organik, dari ayam kampung yang hidup bebas umbar.

“Apa yang ada di telur ayam organik seperti bebas alergi, bebas salmonella, bebas residu antibiotik, itu ada di telur kami. Tetapi apa yang ada di tempat kami, belum tentu ada di ayam organik itu sendiri. Seperti flavonoid, fosfolipid, karotenoid, antioksidan, dan fraksi protein,” tuturnya.

Tesis Novita Ardiarini dan kolega 2019, dengan studi kasus di peternakan Sekuntum Herbals, menujukan bahwa pemberian herbal meningkatkan kesehatan usus ayam.

“Herbal terindikasi terikat pada fraksi protein bioaktif apoprotein dan apolipoprotein kuning telur, serta pada fraksi protein bioaktif avidin dan ovalbumin putih telur,” tulis riset ini.

Penelitian yang ditulis Laily Agustina dan kolega di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin menunjukan, perbedaan kualitas telur antara yang diberi herbal dan tanpa herbal. Riset ini melihat ketebalan kerabang [mm] dan warna kuning telur [skor]. Hasilnya, telur yang menggunakan herbal tebal kerabangnya 0,364 mm, sementara tanpa  ramuan lebih rendah hanya 0,294 mm. Sementara, kuning telurnya menunjukan skor 9,5 untuk telur dengan ramuan herbal dan 8,4 untuk telur tanpa ramuan herbal.

“Menggunakan herbal meningkatkan kualitas interior telur [ketebalan kerabang dan warna kuning telur],” tulis riset tersebut.

Baca juga: Inilah Kambing Saburai, Kekayaan Genetik Asli Lampung

 

Ayam petelur yang selalu dijaga kesehatannya, pakan yang diberikan berbahan herbal. Foto: Chairul Rahman/Mongabay Indonesia

 

Aspek lingkungan

Anwar Fuadi, Sekertaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, mengatakan bahwa Sekuntum Herbals telah memiliki sertifikat Nomor Kontrol Veteriner [NKV] Level 1. NKV adalah nomor registrasi, sebagai bukti dipenuhinya higine dan sanitasi sebagai jaminan keamanan produk peternakan. NKV diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 11 tahun 2020.

“Ada tiga level NKV. Level 1 artinya sangat baik, memenuhi syarat ekspor. Level 2 memenuhi syarat transaksi antar-provinsi, dan Level 3 untuk antar-kota,” jelasnya, Kamis [13/01/2022].

Diharapkan, peternak ayam di Lampung tidak hanya memproduksi telur. “Tetapi juga memikirkan produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan memperhatikan aspek lingkungan,” paparnya.

 

 

Exit mobile version