Mongabay.co.id

Anggrek Kantung, Puspa Unik yang Terancam Kelestariannya

 

 

Anggrek merupakan jenis tanaman paling diminati. Anggrek kantung atau anggrek selop [Paphiopedilum violascens] merupakan jenis yang digemari saat ini.

Anggrek dari genus Paphiopedilum tersebut memiliki keunikan, yaitu bibir bunga yang termodifikasi membentuk sebuah kantung atau menyerupai selop. Namun, di balik keindahan bunganya, anggrek kantung sangat terancam kelestariannya.

Data Badan Riset dan Inovasi Nasional [BRIN] menunjukkan, ancaman kelestarian bunga ini karena kegiatan pengambilan di alam secara berlebihan [overcollection] dan juga penurunan kualitas habitat alaminya [habitat degradation].

“Apabila tidak ada strategi konservasi yang tepat, diduga populasi alami dari banyak spesies Paphiopedilum akan terus mengalami penurunan,” tulis BRIN.

Akibat keterancaman ini, seluruh spesies anggrek Paphiopedilum yang berasal dari alam telah masuk daftar CITES [Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora] appendix 1. Artinya, bunga ini dilarang keluar dari negara asalnya kecuali untuk keperluan non-komersial maupun penelitian. Itu juga, dengan perizinan resmi dan pengawasan dari pemerintah.

“Anggrek Paphiopedilum merupakan genus anggrek terbanyak [total 15 spesies] yang masuk daftar anggrek dilindungi berdasarkan PerMen LHK No.106 tahun 2018,” terang BRIN.

Baca: Anggrek La Galigo, Jenis Baru dengan Nama Epos Terbaik di Dunia

 

Anggrek kantung atau anggrek selop [Paphiopedilum violascens]. Foto: BRIN

 

Penyebab

Destario Metusala, Ketua Tim Peneliti Anggrek Paphiopedilum – Kebun Raya Purwodadi BRIN menjelaskan, Indonesia memiliki sekitar 38 spesies Paphiopedilum yang tersebar dari Sumatera hingga Papua.

“Tingginya keragaman anggrek Paphiopedilum dan juga status keterancamannya, membuat para peneliti dan penggerak konservasi anggrek dari berbagai negara memberikan perhatian khusus bagi upaya pelestarian Paphiopedilum di Indonesia,” terangnya, dikutip dari BRIN, pertengahan Januari 2022.

Tahun 2021, Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya telah melakukan penelitian berjudul “Baseline Study on Paphiopedilum [Orchidaceae] Conservation Strategies in Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun informasi dasar guna perumusan strategi konservasi anggrek Paphiopedilum di Indonesia.

Hasil penelitian itu menjelaskan, habitat alami beberapa spesies anggrek Paphiopedilum semakin menyempit dan terancam oleh konversi lahan, terutama untuk perkebunan. Selain itu, pada spesies tertentu ancaman kelestarian semakin meningkat dengan adanya aktivitas pengambilan di alam berlebihan.

Baca: Mengapa Bunga Ini Disebut Anggrek Hantu?

 

Jenis anggrek Eulophia lagaligo. Foto: Dok. LIPI/BRIN

 

Berdasarkan hasil kajian tim peneliti BRIN, strategi konservasi terbaik untuk anggrek Paphiopedilum tidak dapat hanya dilakukan melalui pendekatan aspek biologi, sosial dan ekonomi.

Destario menjelaskan, karakter budidaya anggrek kantung harus menyesesuaikan dengan habitat alaminya. Sebut saja, ketinggian habitat, sirkulasi angin, kelembaban, atau rentang toleransi intensitas cahaya.

“Spesies Paphiopedilum terbatas pada area dataran tinggi di atas 1.200 m dpl, sehingga pemeliharaan di lokasi dataran rendah yang bersuhu panas dapat meningkatkan risiko kematian,” urainya.

Destario mengimbau masyarakat untuk menghindari membeli anggrek cabutan alam yang belum dipelihara, atau belum mengalami cukup masa adaptasi.

“Masyarakat juga bisa lebih memilih untuk membeli tanaman anggrek Paphiopedilum hasil dari budidaya kultur in-vitro [bibit botolan]. Sebab, biasanya bibit anggrek hasil kultur in-vitro menunjukkan kemampuan adaptasi dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan hasil cabutan alam,” paparnya.

Baca: Anggrek Biru, Si Cantik dari Pulau Waigeo yang Belum Dilindungi

 

Anggrek Dendrobium azureum di Pulau Waigeo, Papua Barat. Foto: Yanuar Ishaq Dwi Cahyo/Fauna & Flora International-Indonesia Programme

 

Indonesia surga anggrek

M. Sabran dan kolega dalam Bulletin Plasma Nuftah Vol. 9 No. I tahun 2003, menjelaskan jenis anggrek yang terdapat di dunia berkisar antara 17.000-35.000 jenis.

“Dari 20 ribu spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia, sekitar 6 ribu berada di hutan Indonesia,” tulis peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Selatan tersebut.

Menurut M. Sabran dan kolega, Kalimantan merupakan surga anggrek. Mereka memperkirakan sekitar 2.500-3.000 jenis terdapat di pulau tersebut, atau 75 persen dari tumbuhan anggrek Malesian. Dari angka ini, 30-40 persen diperkirakan merupakan endemik.

Berbagai spesies langka diduga banyak terdapat di hutan primer Kalimantan Tengah. Misalnya, anggrek kantung [Paphiopedilum violascens], anggrek antel-antel [Sphothoglottis plicata], anggrek bambu [Arundina bambusoides], anggrek hitam [C. Pandurate], hingga anggrek meteor [C. Foerstermanni].

Anggrek kantung merupakan karniflora dengan tabung besar, berwarna coklat, dan ujung daun menjuntai. Anggrek jenis ini cukup potensial dikembangkan karena harganya tinggi dan peminatnya cukup banyak.

“Jenis anggrek spesifik dan langka ini banyak yang belum diketahui identitasnya. Spesies anggrek spesifik Kalimantan Tengah dikhawatirkan akan punah sehubungan dengan pembukaan hutan untuk area perkebunan dan permukiman,” jelasnya.

 

 

Exit mobile version