Mongabay.co.id

Menteri Kelautan Bersihkan Sampah di Pantai Nongsa Batam. Ada Apa?

 

Puluhan warga Batam berkumpul di Pantai Nongsa, Kota Batam, Kepulauan Riau. Sebagian mereka antri di meja pendaftaran untuk mendapatkan baju kaos bertuliskan ‘Gerakan Bersih Pantai dan Laut’ (GBPL). Sebagian lain sudah bersiap dengan sapu dan kantong plastik berukuran besar. Warga Nongsa ini bakal membersihkan pantai bersama Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono, Kamis, (17/3/2022).

Pantai hari itu cukup bersih hanya saja terdapat beberapa sampah plastik dan dedaunan pepohonan yang rontok di sepanjang pantai. Wisata Pantai Nongsa menjadi pilihan KKP menyelenggarakan gerakan GBPL sebagai bagian dari gerakan Bulan Cinta Laut

Masyarakat Nongsa yang dominan emak-emak langsung bersiap membersihkan pantai. Sebelum Menteri KKP datang, mereka sudah menyusuri pantai yang berhadapan dengan Singapura dan Malaysia tersebut. Setelah sampah terkumpul kemudian ditimbang.

Setelah beberapa menit, Menteri KKP datang bersama rombongan. Trenggono yang menggunakan baju yang sama dengan warga langsung menuju pantai. Ia memungut beberapa sampah yang ada. Setelah itu memberikan sambutan di depan warga yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan.

“Jadi yang barusan kita lakukan adalah bagian yang sebenarnya sudah sering dilakukan warga Batam, bagaimana kalau kita harus bersih,” kata Trenggono kepada warga Nongsa yang datang.

baca : Indonesia Ingin Gelorakan Gerakan Bersih Pantai dan Laut ke Panggung Dunia

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono saat menjelaskan tentang gerakan bersih pantai dan laut di depan warga Nongsa Batam. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Ia melanjutkan, sampah yang ada di laut bukan hanya di produksi oleh masyarakat yang ada di Kota Batam tetapi di seluruh dunia. “Seluruh dunia harus bertanggung jawab, gerakan ini adalah bagian yang kita sampaikan kepada publik di dunia,” ujarnya.

Laut harus selalu dijaga, kata Trenggono, karena sebagai satu sumber kehidupan manusia. “Kalau lautnya biru maka langit juga biru dan bersih, maka kehidupan kita berlanjut dengan baik. Itu yang paling penting yang ingin saya sampaikan disini,” lanjutnya.

Gerakan “Bulan Cinta Laut,” Trenggono bilang, adalah upaya masyarakat dan KKP menjaga ekosistem laut yang bersih. Meskipun masyarakat Kota Batam menurut laporan Wakil Walikota Batam sudah tinggi kesadaran membersihkan laut. “Dimulai dari gerakan ini, kita menggelorakan ini semua ke seluruh Indonesia,” kata Trenggono.

Dia menjelaskan, bulan cinta laut akan dicanangkan menjadi satu kegiatan selama satu bulan setiap tahunnya. Masyarakat pesisir termasuk nelayan diminta untuk membersihkan laut. “Jadi nanti ada satu bulan penuh, nelayan hanya membersihkan laut dan tidak menangkap ikan,” ujarnya.

Membersihkan laut harusnya menjadi kesadaran seluruh umat manusia, kata Trenggono. Sampai saat ini KKP masih mencari bulan yang cocok untuk dilakukan gerakan bersih laut ini. “Kita akan buat satu momen pada bulan apa yang paling tepat menjadi gerakan nasional,” katanya. Setelah menyampaikan sambutannya, Trenggono langsung pergi meninggalkan Pantai Nongsa.

baca juga : Mencari Cara Terbaik untuk Menghentikan Sampah di Laut

 

Beberapa orang ibu-ibu asik menyapu sampah yang berserakan di Pantai Nongsa Batam. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Sebelumnya, Menteri KKP meluncurkan GBPL sekaligus gerakan Bulan Cinta Laut di Pantai Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta, Jumat (28/01/2022). Program Bulan Cinta Laut dimaksudkan sebagai komitmen KKP menjaga kelestarian ekosistem laut sesuai prinsip ekonomi biru, dan mewujudkan laut yang sehat yang menjamin keberlanjutan pengelolaan dan pemanfaatannya.

Program Bulan Cinta Laut ini bakal digelorakan Presiden Joko Widodo di seluruh Indonesia untuk menyambut rangkaian acara KTT G20 selama Indonesia menjadi Presidensi G20.

KKP sendiri sedang menggodok program khusus bersih sampah di laut yang melibatkan nelayan. Menteri KKP berharap ada satu bulan yang dijadikan sebagai bulan membersihkan laut oleh nelayan. Dimana setiap sampah yang dikumpulkan nelayan akan dikompensasi oleh KKP dan pemerintah daerah.

Sedangkan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Victor Gustaaf Manoppo mengungkapkan, kepedulian terhadap pengelolaan sampah terus ditingkatkan KKP. Hal itu karena melihat Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup Indonesia berdasarkan data BPS untuk pengelolaan sampah berada di angka 0,72, dari rentang 0–1.

“Artinya tingkat ketidakpedulian kita terhadap pengelolaan sampah tergolong tinggi. Inilah yang menjadi pemicu dan pemacu kebocoran sampah hingga masuk ke laut,” ujar Victor dalam keterangan tertulis KKP.

Victor menambahkan, sampah yang tidak dikelola dengan baik menjadi ancaman bagi laut dan akan berdampak kepada kehidupan manusia. Sampah plastik misalnya, jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan proses pelapukan menjadi berukuran kecil dan sangat kecil, mikro dan nano plastik yang akan merusak ekosistem pesisir dan termakan oleh biota laut. Hal ini menyebabkan produktivitas perairan laut akan menurun dan masuk ke rantai makanan sehingga berpotensi menimbulkan masalah pada kesehatan manusia.

perlu dibaca : Sampah di Laut Dampak Kegagalan Penanganan di Darat

 

Sampah botol plastik yang berserakan di Pantai Nongsa Batam. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Ia melanjutkan, menjaga pelestarian lingkungan pesisir dan laut pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, perlu kerjasama dengan berbagai pihak seperti pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha, keterlibatan lembaga pendanaan serta masyarakat termasuk generasi muda. “Kolaborasi dan kebersamaan dalam penanggulangan sampah di laut harus terus ditumbuhkan agar menjadi kebiasaan dan budaya,” ujarnya.

KKP juga sudah menggelar gerakan Bulan Cinta Laut (BCL) sejumlah wilayah pesisir di timur Indonesia yang ada di Maluku Utara dan Papua. Kegiatan BCL menjadi salah satu wujud komitmen KKP dalam penanganan sampah plastik di laut dengan target pengurangan sampah plastik 70% hingga tahun 2025 sesuai mandat Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018. Saat ini, kebocoran sampah plastik ke lautan mengalami penurunan sebesar 15,3% dari periode tahun 2018-2020.

 

 

Limbah Minyak Hitam

Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam menunjukan 802 ton rata-rata sampah diangkut di Kota Batam setiap harinya. Kemudian 800 kilogram penimbangan bank sampah Kota Batam setiap hari.

Sedangkan, jumlah sampah masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) setiap tahunnya turun naik di Kota Batam. Pada tahun 2016 misalnya, 297 ribu ton sampah masuk ke TPA, 2017 sebanyak 283 ribu ton sampah, 2018 mengalami penurunan hanya 273 ribu ton sampah. 2019 kemudian naik menjadi 294 ribu ton dan 2020 turun sedikit menjadi 289 ribu ton.

Laut di Kota Batam tidak hanya dicemari oleh sampah. Tetapi juga dicemari limbah minyak (sludge oil) yang dibuang di tengah laut dan kemudian mencemari pesisir pantai. Limbah termasuk bahan berbahaya beracun (B3) tersebut berasal dari kapal asing yang melintas di perairan internasional.

baca : Sudah 10 Tahun, Limbah Minyak Hitam Cemari Laut Bintan

 

Limbah minyak hitam terlihat disekeliling tambak ikan nelayan Bintan. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Pembuangan minyak hitam dilakukan kapal untuk menghindari biaya yang cukup besar untuk pembersihan kapal. “Tidak hanya sampah, pencemaran laut di Batam juga disebabkan tumpahan minyak. Persoalan pantai dan laut sering kita hadapi,” ujar Wakil Walikota Batam Amsakar Ahmad di depan menteri KKP.

Amsakar mendukung program Bulan Cinta Laut dari KKP. Amsakar menegaskan akan berkomitmen untuk selalu menjaga ekosistem laut di kota julukan Bandar Madani itu. Menjaga laut sangat penting kata Amsakar, karena laut menjadi kekuatan dan potensi Kota Batam kedepannya. “Karena Batam memiliki wilayah dengan 66 persen laut dan hanya 34 darat,” tambahnya.

 

Exit mobile version