Mongabay.co.id

Foto: Produk Kerajinan Tangan Dari Bahan Alami Semakin Digemari

 

Kembali ke alam. Jargon itu terasa semakin membumi. Hal itu terbukti dengan makin diminatinya hasil kerajinan tangan dari bahan alami. Tidak hanya masyarakat dalam negeri, produk yang mempunyai ciri khas tersendiri itu juga kian disukai oleh orang-orang dari mancanegara.

Hal itu diungkapkan Sarjiman, pengrajin kain batik dan kerajinan tangan saat ditemui dalam pameran The 22nd Jakarta Internasional Handicraft Trade Fair (Inacraft) yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC).

Sarjiman mengatakan, saat ini konsumen lebih menyukai produk berbahan alami daripada bahan sintetis. Salah satunya produk seperti busana. Khusus untuk pakaian, kini makin berkembang dengan kain model ecoprint yang ramah lingkungan.

baca : Batik Mangrove, Cara Baru Eksploitasi Hutan Bakau

 

Sarjiman, pengrajin kain batik dan Craft menunjukkan sepatu yang dibuat menggunakan system ecoprint. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Khusus untuk pakaian, kini makin berkembang dengan kain model ecoprint. System eceprint ini lebih ramah lingkungan. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Ecoprint pada kain dengan motif yang menjiplak dedaunan, dimana daun direbus dahulu sebelum dijiplak. Ketika digunakan, produk dari bahan alami ini tidak berbahaya di kulit karena tidak mengandung zat kimia. Bahan yang digunakan juga biasa dijumpai di alam sekitar, seperti aneka dedaunan yang bisa menghasilkan warna alami, misalnya daun jati (Tectona grandis), daun ketul (Bidens pilosa) dan daun pohon lanang (Oroxylum indicum) sehingga tidak perlu lagi menggunakan alat seperti canting dan bahan malam.

Dulu, kata Tarji panggilan akrabnya, saat menggunakan bahan sintesis dia seringkali dapat keluhan dari warga terkait dengan limbah bekas cucian kain yang mencemari sungai, selain itu juga dari Dinas Lingkungan Hidup setempat.

“Selain aman dan ramah lingkungan, produk dengan menggunakan sistem ecoprint ini secara warna juga lebih masuk ke warna kulit, dibandingkan dengan warna sintesis, pewarna alami ini lebih soft,” ujar pria asal Banten ini, saat ditemui Minggu (27/03/2022).

Untuk kain ecoprint dalam perbulan dia bisa menjual 120 potong, dengan harga per potongnya Rp300-500 ribu. Sementara produk sepatu, dalam per bulannya bisa terjual 1000-3000 ribu dengan pasar Dubai dan Korea Selatan. Selain kain dan sepatu, dia juga memproduksi tas, dompet, dan aksesoris lainnya. Tidak hanya pameran, Tarji berharap pemerintah membukakan relasi ke pasar-pasar negara lain.

baca juga : Mudahnya Ecoprint, Warna Warni Flora di Baju dan Buku

 

Kerajinan tangan gitar dan radio yang terbuat dari bahan kayu jati. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Serbuk kayu gergaji yang dijadikan arang. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Mendatangkan Keuntungan

Manusia sudah memanfaatkan bahan-bahan alam untuk memenuhi kebutuhan sejak zaman prasejarah. Selain pakaian, untuk menunjang kehidupan sehari-hari bahan alam juga dijadikan peralatan untuk berburu, upacara adat, peralatan rumah tangga dan juga perhiasan.

Seperti yang dilakukan Annisa Nur Septiani (26), pemilik toko aneka kerajinan anyaman Tunggak Semi, Sleman, Yogyakarta, mengatakan, ada berbagai keuntungan produk kerajinan tangan menggunakan bahan alam

Pertama, bahan yang digunakan itu sangat mudah didapatkan dari lingkungan sekitar. Untuk membuat kerajinan tangan, Nisa, panggilan akrabnya, menggunakan bahan dari bambu. Bahan ini digunakan sebab di kawasannya bambu sangat mudah dijumpai, bahkan warga setempat juga banyak yang membuat kerajinan dari bambu.

“Di Sleman identiknya dengan bambu, sehingga kita juga melakukan pemberdayaan dengan mengajari membuat kerajinan,” katanya.

baca juga : Gunakan Peralatan Seadanya, Difabel Ini Hasilkan Aneka Kerajinan Bambu Berkualitas

 

Pengunjung melihat kerajinan dari bahan bambu di pameran The 22nd Jakarta Internasional Handicraft Trade Fair (Inacraft) 22 yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC). Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Bahan alami juga relatif berbiaya murah. Jika sudah diolah, kerajinan tangan dari bahan natural ini dikalangan wisatawan mancanegara harganya juga bisa lebih mahal.

Jargon kembali hidup dengan alam membuat potensi kerajinan dari bahan bambu juga sangat besar. Dengan bahan bambu bisa dibuat kerajinan lampu hias, keranjang laundry, vas bunga, gelas, dll.

Tidak hanya bambu, Nisa juga membuat kerajinan dari bahan pelepah pisang (Musa paradisiaca) yang dikeringkan, kemudian juga tanaman enceng gondok (Eichhornia crassipes).

baca juga : Yunita Lestari Jadikan Popok Bekas Beragam Kerajinan

 

Dalam memenuhi kebutuhan hidup bahan alam sudah dimanfaatkan manusia sejak zaman prasejarah. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Exit mobile version