Mongabay.co.id

Tularkan Kecintaan terhadap Burung, Wanapaksi Gelar Lomba Sapa Burung Jatimulyo

 

Masyarakat Desa Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pelestarian burung di daerahnya dengan tetap membiarkan burung hidup bebas di alam.

Untuk menularkan konservasi dan kecintaan burung di alam serta mengenal lebih jauh jenis-jenis burung di alam kepada masyarakat luas, masyarakat Desa Jatimulyo berinisiatif menggelar kegiatan Lomba Sapa Burung Jatimulyo dengan tema “Karang Taruna beraksi, Burung Lestari, Alamnya Tidak Sepi”

Lomba yang digelar oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi pada 26-27 Maret 2022 itu berupa lomba pengamatan burung yang diikuti Karang Taruna dari 7 (tujuh) Padukuhan dan peserta undangan dari Desa Donorejo dan Desa Tlogoguwo.

KTH Wanapaksi yang didukung oleh LSM seperti Yayasan Kanopi Indonesia dan BISA Indonesia merupakan salah satu kelompok yang ada di Jatimulyo yang aktif dalam pelestarian burung, dengan kegiatan seperti penguatan kapasitas masyarakat Jatimulyo dalam pengelolaan Desa Ramah Burung.

Kegiatan KTH Wanapaksi juga didukung oleh Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ) seperti pendampingan pengamatan burung, salah satunya “Lomba Sapa Burung Jatimulyo”.

“Berbagai pihak memiliki kepedulian untuk mendukung kegiatan yang kami lakukan, sehingga memberikan semangat pada kami untuk terus menyelamatkan burung di sini’ ungkap ketua panitia lomba, Suhardi.

baca : Ternyata Ada Desa Konservasi di Yogyakarta

 

Para peserta Lomba Sapa burung Jatimulyo 2022. Foto : KTH Wanapaksi/Kiryono

 

Kegiatan pengamatan burung dilaksanakan di beberapa dusun yang ada di Jatimulyo meliputi Dusun Gunung Kelir, Dusun Sokomoyo, Dusun Kembang dan Dusun Banyunganti.

Sebelum pengamatan burung dilakukan, Panitia memberikan pengarahan kepada peserta dan diskusi serta berbagi informasi bersama KTH Wanapaksi, Burung Indonesia dan pihak terkait sepert pegiat avitourism.

KTH Wanapaksi menjelaskan kilas balik perjalanan pelestarian burung di Jatimulyo, dimana tidak sedikit orang yang melakukan perburuan burung. Mereka didekati dan dilakukan penyadaran secara bertahap. Akhirnya para pemburu burung itu mulai menyadari perbuatannya dan menemukan titik balik ketika menyadari suara burung mulai sunyi di tengah hutan Jatimulyo.

Tahun 2014, Peraturan Desa Nomor 8 Tahun 2014 tentang Pelestarian Lingkungan Hidup menjadi pedoman gerakan konservasi burung di Jatimulyo demi mewujudkan Desa Ramah Burung. Langkah konservasi semakin dirasakan penting dan menjadi dasar dari pendirian Kelompok Hutan Wanapaksi pada tahun 2018.

KTH Wanapaksi dalam upaya perlindungan burung di Jatimulyo menawarkan konsep adopsi sarang burung sebagai salah satu wujud komitmen berbagai lapisan masyarakat Jatimulyo untuk melestarikan burung. Hingga saat ini, kegiatan adopsi sarang burung telah berhasil memastikan 40 anakan burung berhasil terbang bebas di alam liar tanpa gangguan dari predator maupun tangan usil para pemburu.

baca juga : Menikmati Celoteh Cekakak Jawa di Hutan Desa di Yogyakarta

 

Kelik Suparno mengamati burung di Desa Jatimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Desa ini menjadi desa burung dengan jumlah spesies mencapai 105. Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia.
Foto : Donny Iqbal/Mongabay Indonesia

 

Pada acara ini, hadir juga dari komunitas/lembaga konservasi burung dan pegiat alam bebas. Achmad Ridha Junaid, Biodiversity Officer dari Burung Indonesia berbagi informasi terkait arti penting burung sebagai layanan alam.

“Burung memiliki peran dalam pengendalian hama dan penyebaran biji”, ungkapnya. Ditambahkan bahwa selain itu burung juga dapat berperan sebagai penyerbuk bunga serta penyubur lahan dengan kotorannya.

Selain itu, Anang Batas, salah satu tokoh pemuda yang punya segudang prestasi baik dalam bidang public speaking, fotografi, dan juga influencer memperkuat pergerakan konservasi di Jatimulyo dengan berbagi rasa tentang perjalanannya menyelami dunia pengamatan burung.

“Burung sangat dekat dengan keseharian masyarakat Jatimulyo yang dianugerahi keragaman burung yang melimpah” ungkap Anang. Salah satu upaya mencintai satwa liar seperti burung dapat dilakukan melalui seni fotografi yang dapat diinformasikan kepada masyarakat luas. “Hingga saat ini telah tercatat 107 jenis burung di desa ini yang belum tentu dapat dijumpai dengan mudah di luar desa. Namun pernahkah kita mensyukuri itu?” katanya.

baca juga : Kelik Suparno : Ingin Menjaga Burung 20 Tahun Lagi

 

Seekor burung pijantung desa Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Dalam sesi ini, dibagikan pengalaman kepada dengan para peserta untuk menularkan semangat membalas kebaikan sang alam yang sejatinya akan kembali lagi kepada manusia. Anang menambahkan, bahwa Jatimulyo sudah memberi banyak kepada kita, namun apa yang sudah kita berikan kepada Jatimulyo? Bahkan yang menjadi kunci penting dari pemaparan Anang adalah “bukan kekuatan yang membuat kita bersama, tapi kebersamaan yang membuat kita kuat”

Lomba pengamatan burung dimulai pagi hari. Para peserta sudah bergiat menelusuri jalan setapak diantara pepohonan demi mengamati dan mengenali kicau burung agar tetap lestari. Setelah pengamatan selesai, kegiatan dilanjutkan dengan penyelenggaraan kuis untuk merekam pemahaman peserta terhadap jenis-jenis burung di Kalurahan Jatimulyo.

Selain itu, peserta juga berkesempatan untuk mempresentasikan salah satu jenis yang paling berkesan dalam kegiatan pengamatan. Jenis-jenis yang teramati seperti cucak delima (Rubigula dispar), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), kadalan birah (Phaenicophaeus curvirostris), burung-madu sriganti (Cinnyris jugularis) dan cabai bunga-api (Dicaeum trigonostigma) menjadi jenis-jenis yang paling berkesan menemani langkah para peserta.

Sedangkan Arif Rudianto, Direktur Yayasan Kanopi Indonesia mengatakan selain untuk konservasi burung, kegiatan yang dilakukan juga memiliki dampak positif kepada masyarakat, termasuk pemuda yang ada di Jatimulyo. “Lomba sapa burung merupakan salah satu cara mengenalkan masyarakat Jatimulyo pada kekayaan alam di desanya khususnya burung,” katanya.

“Disisi lain kegiatan ini untuk ajang promosi wisata Jatimulyo sebagai desa ramah burung, juga mengkampanyekan alternatif cara menikmati burung dengan birdwatching,” tambah Rudi.

Hal senada juga disampaikan dan ditambakan oleh Asman Adi Purwanto selaku Direktur BISA Indonesia. “Upaya pelestarian lingkungan tidak bisa hanya dilakukan sendiri atau oleh satu kelompok saja, namun perlu kerjasama dari berbagai pihak,” ungkapnya.

baca juga : Urusan Pengamatan Burung, Rahmadiyono Selalu Ada Waktu

 

Peserta mengamatai burung dalam kegiatan Lomba Sapa Burung Jatimulyo 2022. Foto : BISA Indonesia/Ahmad Syaihu Rifai

 

Kegiatan ditutup pengumuman pemenang dengan rincian Juara I diraih oleh Karang Taruna Padukuhan Kembang, disusul oleh Karang Taruna Padukuhan Beteng dan Karang Taruna Padukuhan Sonyo sebagai Juara II dan Juara III.

Berbagai harapan disematkan dalam benak pemuda karang taruna ini dari kegiatan Lomba Sapa Burung Jatimulyo.

“Saya sendiri tidak bisa membayangkan jika burung semua ditangkap, bisa jadi kita mendapati pagi hari dengan kehampaan” ungkap Prasetyo, perwakilan Karang Taruna Padukuhan Sonyo.

Sedangkan Rusidi, perwakilan Karang Taruna Padukuhan Kembang berharap lomba pengamatan burung dapat berlanjut. “Dengan acara ini, kesadaran masyarakat Jatimulyo semakin meningkat agar burung tetap aman dan lestari,” ungkapnya.

 

 

Exit mobile version