Mongabay.co.id

Paus Sperma Seberat Tiga Ton Mati Terdampar di Sabu Raijua. Bagaimana Penanganannya?

 

Seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) dewasa ditemukan mati terdampar di pantai Wadumadi, Desa Wadu Maddi, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, NTT. Paus sperma tersebut ditemukan warga terdampar di pesisir pantai dekat tempat wisata Bukit Salju.

Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang mendapat laporan dari Kepala BPBD Sabu Raijua. Tim BKKPN Kupang pun segera meluncur ke lokasi setelah berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan dan BPBD Sabu Raijua.

Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi kepada Mongabay Indonesia, Sabtu (9/4/2022) mengatakan, berdasarkan pengumpulan bahan dan keterangan di lokasi, paus sperma pertama kali ditemukan oleh Natam Rohi Rabe, Jumat (8/4/2022) sekitar pukul 05.00 WITA.

“Warga melaporkan hal tersebut kepada Kepala Desa Wadu Maddi yang kemudian sampai pada grup media sosial pemerintah daerah Kabupaten Sabu Raijua,” ujarnya.

baca : Paus Sperma Kembali Terdampar Mati di TNP Laut Sawu. Bagaimana Penanganannya?

 

Kondisi tubuh paus sperma yang mulai membusuk saat ditemukan mati terdampar di pantai Wadumadi, Desa Wadu Maddi, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, NTT. Foto : BKKPN Kupang

 

Imam menjelaskan dari pengukuran dan pengamatan, jenis paus yang terdampar adalah paus sperma, jenis kelamin betina dengan kondisi level 3-4 dan berada pada koordinat 121,78016° BT; 10,60797° LS.

Paus sperma tersebut memiliki panjang total 12,65 m, lingkar dada 8,30 m, panjang ekor, 1,25 m dan lebar ekor 3 m. Paus ini memiliki panjang kepala 2,7 m, lingkar kepala 5 m, ketebalan lemak 9 cm serta panjang sirip kanan 1,25 m.

“Menurut dokter hewan dari Dinas Pertanian Sabu Raijua, paus diduga sudah mati selama satu minggu. Untuk bobotnya, diduga sekitar 3 ton,” ungkapnya.

 

Gelar Ritual Adat

Paus sperma tersebut dalam perencanaannya akan dikubur di sempadan pantai dekat lokasi paus terdampar. Untuk itu, Camat Hawu Mehara telah meminta kepada sekertaris Desa  Wadu Maddi terkait lokasi penguburan.

Untuk menguburkan bangkai paus, sebuah eksavator didatangkan Dinas Pekerjaan Umum Sabu Raijua dari Pelabuhan Seba. Sambil menunggu kedatangan alat berat dan kondisi  air laut.

“Paus diikat agar  posisinya  tidak pindah sebab air laut sedang pasang. Sambil menunggu kedatangan eksavator, tim memberikan sosialisasi bahaya dan larangan pengambilan biota laut terdampar,” ungkapnya.

baca juga : Seekor Paus Sperma Terdampar di Alor. Bagaimana Penanganannya?

 

Seorang tokoh adat (Mone Ama) sedang menggelar ritual adat di pantai Desa Wadu Maddi, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua,NTT tempat paus sperma mati terdampar. Foto : BKKPN Kupang

 

Imam menjelaskan, sekitar pukul 12.00 WITA air laut pasang mulai mendorong paus. Masyarakat membantu menarik paus ke arah darat hingga air pasang tertinggi sekitar pukul 14.00 WITA.

Pukul 15.00 WITA air sudah mulai bergerak turun atau surut. Seorang tokoh adat (Mone Ama) melakukan ritual adat penghormatan. Masyarakat meyakini bahwa mereka memiliki kekerabatan dengan paus tersebut atau ada generasi leluhur mereka yang pernah ditolong oleh paus jenis tersebut.

Imam menyebutkan, tokoh adat tersebut bercerita tentang sejarah mengapa mereka melakukan ritual adat terhadap paus yang terdampar. Wini Waratada merupakan salah satu Wini (garis keturunan dari pihak ibu) yang ada di sabu Raijua.

Menurut tokoh adat ini, leluhur mereka pernah ditolong oleh Lingurai (paus biru) sehingga dinasehati oleh para leluhur bahwa apabila ada paus yang terdampar maka mereka (Wini Waratada) harus membungkus tubuh paus tersebut dengan selimut ( paus jantan) dan sarung (paus betina).

“Tokoh adat menyampaikan bahwa saat dikubur, mereka meminta agar posisi kepala mengarah ke laut dan ekor mengarah ke darat. Tim pun menyetujui permintaan tokoh adat ini,” ungkapnya.

baca juga : Bangkai Paus Sperma Ditemukan Tanpa Kepala dan Ekor di Sumba Tengah

 

Warga masyarakat Desa Wadu Maddi, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua,NTT mengikat tubuh paus sperma agar tidak hanyut terbawa air laut. Foto : BKKPN Kupang

 

Sekitar pukul 17.15 eksavator tiba di lokasi. Setelah melakukan briefing, paus sperma pun dikuburkan di pesisir pantai. Penguburan berakhir sekitar pukul 20.30 WITA.

Menurut Imam, Camat Hawu Mehara menyampaikan apresiasi pada masyarakat dan tim dari BKKPN Kupang, Dinas PU, Dinas KP, BPBD dan Polres Sabu Raijua atas upaya penanganan biota laut terdampar.

Disampaikan juga bahwa kegiatan pengambilan daging, gigi, tulang atau apapun itu dari bagian tubuh paus dilarang. Camat menyebutkan, Bupati Sabu Raijua ingin membuat museum dari kerangka biota laut yang terdampar di Kabupaten Sabu Raijua sehingga kuburan paus itu tidak boleh digali.

Paus Sperma merupakan salah satu biota laut dilindungi penuh oleh negara berdasarkan PP No 7 Tahun 1999 tentang “Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa” dan untuk mendukung pelestarian mamalia laut tersebut Menteri KKP mengeluarkan Kepmen KP No.79 Tahun 2018 tentang “Rencana Aksi Nasional Konservasi Mamalia Laut”.

Dalam Buku Pedoman Penanganan Mamalia Laut di Indonesia disebutkan,apabila saat mamalia laut ditemukan mati terdampar di perairan dangkal maka harus dipikirkan cara membuang mamalia laut tersebut.

Opsi penanganan bangkai dapat dilakukan dengan cara ditenggelamkan di laut (sea burial), dibakar serta ditanam di tanah atau pantai (land burial). Penanganan harus cepat dilakukan karena pada saat mamalia laut mati terdampar,proses dekomposisi sudah terjadi.Proses dekomposisi menyebabkan bakteri yang ada dalam tubuh mamalia laut tersebut menyebar.

baca juga : Seekor Paus Sperma Terdampar di Perairan Timor. Kenapa Sering Terjadi?

 

Tim sedang melakukan pengambilan data paus sperma betina yang mati terdampar di pantai Desa Wadu Maddi, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, NTT. Foto : BKKPN Kupang

 

Daerah Migrasi

Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 6/KEPMEN-KP/2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan Sekitarnya di Provinsi NTT tahun 2014-2034 disebutkan, Perairan Laut Sawu terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan langsung dengan dengan wilayah pesisir barat Timor Leste.

Perairan Laut Sawu terletak di wilayah lintasan arus lintas Indonesia (Arlindo), yang merupakan pertemuan dua massa arus dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Perairan Laut Sawu memanjang dari barat ke timur sepanjang 600 km dan dari utara ke Selatan sepanjang 250 km.

Perairan Laut Sawu memiliki sebaran tutupan terumbu karang dengan keragaman hayati spesies sangat tinggi di dunia yang merupakan habitat kritis sebagai wilayah perlintasan 21 jenis setasea, termasuk 2 (dua) spesies paus langka, yaitu paus biru dan paus sperma.

Perairan ini merupakan habitat yang penting bagi duyung, ikan pari manta, dan penyu. Serta merupakan daerah utama jalur pelayaran di Indonesia. Wilayah ini juga merupakan salah satu instrumen penting dalam rangka mengatasi dampak perubahan iklim (climate change), ketahanan pangan (food security) dan pengelolaan laut dalam (deep sea).

perlu dibaca : Laut Sawu, Surga Cetacea Mencari Makan 

 

Penguburan bangkai paus sperma yang mati terdampar di Desa Wadu Maddi, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, NTT. Foto : BKKPN Kupang

 

Selain sumberdaya hayati yang berada di wilayah pesisir, wilayah Laut Sawu dikenal sebagai daerah migrasi mamalia laut. Berdasarkan data dan informasi Benjamin Kahn (2009) dan Pemetaan Partisipatif TNP Laut Sawu (2010), wilayah perairan Laut Sawu khususnya TNP Laut Sawu mempunyai koridor-koridor penting perlintasan mamalia laut.

Perlintasan-perlintasan tersebut penting artinya terkait dengan upaya pengelolaan wilayah TNP Laut Sawu itu sendiri, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Di perairan ini ditemukan mamalia laut sebanyak 22 spesies yang terdiri dari 14 spesies paus, 7 spesies lumba-lumba, dan 1 spesies dugong (Ped-Soede, 2002; dan Kahn, 2005).

Secara khusus, Kahn (2005) melakukan pengamatan di Laut Sawu dan menemukan beberapa jenis paus antara lain paus sperma (sperm whale), paus pembunuh kerdil (pigmy killer whale), paus kepala semangka (melon headed whale) dan paus bryde (Bryde’s whale).

Selain itu ditemukan juga lumba-lumba paruh panjang (spinner dolphin), lumba-lumba totol (pan-tropical spotted dolphin), lumba-lumba gigi kasar (rough-toothed dolphin), lumba-lumba abu-abu (risso’s dolphin) dan lumba-lumba Fraser (Fraser’s dolphin).

 

Exit mobile version