Mongabay.co.id

Sertifikasi Rotan Lestari Bermanfaat bagi Petani Kecil dan Lingkungan, Seperti Apa?

 

 

 

 

 

Rotan, merupakan tumbuhan hutan yang banyak digunakan untuk beragam keperluan. Tak hanya untuk keperluan dalam negeri, rotan Indonesia juga diminati pasar ekspor, seperti ke Eropa dan Asia. Untuk itu, perlu penguatan pengelolaan rotan lestari yang bermanfaat bagi petani maupun lingkungan hidup.

PGS Roles, bisa jadi salah satu upaya menuju rotan lestari ini. Ia merupakan mekanisme sertifikasi partisipatif yang menjamin legalitas, ketelusuran, keberlanjutan dan kesejahteraan sosial bagi produsen rotan.

Program sistem penjamin partisipatif rotan lestari (PGS Roles) ini diinisiasi Non-Timber Forest Product Exchange Programme (NTFP-EP) Indonesia, bersama dengan Aliansi Organik Indonesia (AOI) dan Setara. Sistem ini bekerjasama dengan kelompok tani, perajin rotan dan pemerintah.

Suyadi, warga Desa Namo, Sigi, Sulawesi Tengah, sudah puluhan tahun panen rotan. Masalah yang seringkali muncul harga rotan tak stabil dan kurang ada dukungan pemerintah.

Dalam lima tahun terakhir dia mengikuti program sistem penjamin partisipatif rotan lestari (PGS Roles) diinisiasi Non-Timber Forest Product Exchange Programme (NTFP-EP) Indonesia, bersama dengan Aliansi Organik Indonesia (AOI) dan Setara. Sistem ini bekerjasama dengan kelompok tani, perajin rotan dan pemerintah.

Kini, Suyadi jadi Sekretaris PGS Roles Desa Namo, Sigi. Dia cerita, sudah mendapatkan manfaat ikut program ini. “Kita jadi bisa mengontrol memanen rotan agar lestari dan bisa pemetaan wilayah yang bisa dipanen,” katanya.

 

Rotan manau yang diambil dari Taman Nasional Siberut, diamankan polisi di Padang, Sumatera Barat. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Dengan begitu, ketersediaan bahan baku, seperti jenis rotan batang, noko, tohiti, lambang, tetap banyak di desanya.

Mekanisme sertifikasi ini pun terbilang hemat biaya untuk rotan yang dipanen berbasis masyarakat. Suyadi juga bisa mengedukasi masyarakat untuk bisa memanen rotan secara lestari, seperti menghindari penebangan pohon saat memanen rotan dan berhati-hati agar tak merusak bibit atau memanen rotan muda.

Selain itu, ada sistem rotasi pemanenan yang ditentukan dan disepakati petani.

Rotan merupakan tumbuhan rambat di hutan tropis. Banyak petani di Indonesia memanfaatkan rotan atau jadi mata pencaharian. Beragam produk bisa dibikin dari rotan dari furnitur, peralatan rumah tangga sampai kerajinan tangan lain seperti tas.

Setidaknya, ada 350 dari 600 spesies rotan di seluruh dunia ada di Indonesia. Ada 6-7 spesies diperdagangkan secara komersial dalam industri furnitur. Berdasarkan data ekspor Indonesia, Januari-Mei 2021, ekspor rotan furnitur mencapai US$67,67 juta meningkat 31% dibandingkan tahun 2020.

“Dulu, panen rotan serampangan. Melalui PGS Roles, masyarakat diajari bagaimana cara memanen rotan yang baik, termasuk bagaimana mendapatkan keuntungan dari menjual rotan mentah yang berkualitas di pasar,” kata Rusdin, petani rotan di Desa Namo.

Crissy Guerrero, penasihat senior NTFP-EP Asia mengatakan, produksi rotan dalam skala kecil tidak mendapat dukungan kebijakan hingga petani hadapi masalah, salah satu harga rendah. Sistem PGS Roles ini memberikan penawaran kepada petani rotan mendapatkan harga adil dan memastikan keberlanjutan.

“Sertifikasi rotan lestari ini, ada garansinya rotan yang dipanen sesuai kaidah keberlanjutan, melalui sertifikasi bisa menyediakan penambahan nilai untuk para petani. Pada waktu yang sama juga mempromosikan proses dan manajemen keberlanjutan rotan.”

 

Saat berada di dalam hutam suku Nuaulu biasanya memanfaatkan rotan untuk mengambil air untuk dikonsumsi. Foto: Muhammad Jaya

 

Melalui sertifikasi, katanya, ada peluang untuk meningkatkan nilai tambah kepada petani sekaligus mempromosikan pengolahan yang berkelanjutan.

Adapun, standar keberlanjutan berdasarkan lima kriteria legalitas produksi, keberlanjutan ekologi, faktor sosial, budaya dan keterlusuran.

“Sertifikasi ini cocok untuk produsen kecil seperti petani karena hemat biaya dan mudah untuk diakses,” ujar Crissy.

Rasdi Wangsa, Ketua Dewan Nasional PGS Roles mengatakan, sertifikasi ini penting dalam memberikan dukungan bagi petani rotan kecil dalam mengakses pasar.

“Kalau berbicara sertifikasi, biasa proses kompleks dan mahal untuk petani kecil. Karena itu PGS Roles ini menjadi penting untuk petani kecil karena mudah secara skema.”

Skema pelabelan, katanya, akan membantu perusahaan dan petani meningkatkan kredibilitas dan nilai pemasaran, hingga menghasilkan konservasi hutan dan peningkatan manfaat bagi produsen rotan.

Gerard G. Vander Sar, pemilik perusahaan importir Van Der Import dari Belanda, mengatakan, skema ini memberikan kepercayaan produk kepada para pembeli. Dia biasa beli pot dan keranjang dari rotan.

“Kami berharap PGS Roles dapat membantu kami mencegah pemanenan rotan tak lestari dan mencari pasar yang peduli lingkungan.”

Lusi Ardiputri, Kasubdit Penyiapan Hutan Desa mendukung penuh inisiatif ini karena sejalan dengan pemerintah yang mengedepankan pada pengelolaan sumber daya alam lestari dan kesejahteraan masyarakat.

“Indonesia merupakan produsen rotan terbesar, masalah tata niaga rotan harus diselesaikan. Kualitas ekspor produk rotan perlu menjadi perhatian dan keberlanjutan serta hubungannya dalam pemeliharaan hutan.”

 

Pemuda Nagari Paru, mencari rotan di hutan. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

*********

Exit mobile version