Mongabay.co.id

Siasat Minim Plastik Jaringan Usaha Plastik Detox

 

Beberapa survei menunjukkan kala aktivitas manusia dibatasi karena Pandemi Covid-19, volume sampah plastik sekali pakai dan sulit didaur ulang malah bertambah. Padahal ada regulasi larangan penggunaan dan distribusi plastik sekali pakai (PSP) yakni kantong plastik, sedotan plastik, dan kemasan styrofoam di Bali melalui Peraturan Gubernur 97/2018. Kebijakan yang lahir sebelum Pandemi diumumkan pada Maret 2020.

Namun, beberapa unit usaha konsisten dan berkomitmen mengurangi sekali pakai selama beberapa tahun ini. Mereka mendapat bantuan dari Plastik Detox, sebuah jaringan usaha yang mengaplikasikan minim sampah plastik sejak 2012, berbasis di Bali. Kini, usaha yang bergabung sudah ada dari luar Bali seperti Bandar Lampung dan Bandung.

Tak hanya mendampingi unit usaha seperti restoran, warung, dan cafe, kolektif ini juga menjangkau festival musik dan pasar komunitas untuk pengelolaan sampah dan menawarkan cara-cara minim PSP saat menghelat acara.

Misalnya strategi dalam Sunday Market Sanur, pasar komunitas bulanan yang dominan diisi pedagang makanan, pakaian, dan kerajinan. Selama dua tahun event, 2017-2019, ada perubahan pengurangan PSP. Caranya dengan kampanye tidak menggunakan kertas minyak, menyediakan stasiun air isi ulang, dan menyewakan alat makan dari stainless steel.

Dimulai pada Juli 2017, panitia Sunday Market dan Plastik Detox berkolaborasi memasang penanda tidak menggunakan sedotan dan tas plastik, lalu menyediakan tiga jenis tong sampah yakni compostable (bisa dikompos), recycleable (didaur ulang), dan trash (residu). Selain larangan, juga ada edukasi ke pedagang yang dibantu relawan-relawan Plastik Detox.

Pembelajaran dari kegiatan pasar komunitas ini adalah harus ada komitmen penyelenggara untuk sosialisasi ke pedagang, ajakan secara verbal dan visual melalui poster, dan pengingat terus menerus oleh penyelenggara. Diperlukan waktu 6 bulan untuk mewujudkan pasar minim PSP.

baca : Bali Kesulitan Mengurangi Plastik Sekali Pakai

 

Gunungan Sampah di TPA Temesi, Gianyar,Bali. Foto : Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Ada juga fasilitasi serupa di kegiatan yang sudah bertajuk Jambore Bebas Sampah pada 2019. Namun tetap ada strategi untuk memastikan minim PSP. Sebanyak 268 peserta yang diorganisir Greenations Indonesia ini mendapat wadah makanan dan alat makan/minum selama acara. Juga disediakan stasiun air isi ulang. Hasilnya, selama 4 hari menghabiskan 83 galon air setara dengan 2.628 botol minuman kemasan 600 ml.

Sementara itu untuk unit usaha, ada ajakan untuk bergabung dalam Plastik Detox bagi usaha yang berkomitmen minim PSP. Unit usaha ini bisa memilih layanan yang diberikan seperti konsultasi dan pelatihan bagi karyawan terkait komunikasi ke pelanggan dan cara pengurangan PSP. Selain itu Plastik Detox akan mempromosikan di media sosialnya terkait praktik baik yang dilakukan unit usaha itu serta memberikan desain poster kampanye gratis.

Per November 2020, usaha yang bergabung 21 unit sejak Plastik Detox dimulai pada 2013 terdiri dari 13 kafe dan restoran, 1 restoran hotel, 1 katering, 2 toko bahan makanan, 1 taman bermain, dan 3 penjual minuman. Di antaranya Cafe Smorgas, Satvika Bhoga, Tandjung Sari, Warung Kecil, Bali Buda, Genius Cafe, dan lainnya. Praktik baik yang harus dilaksanakan anggota adalah sudah melakukan pengurangan minimal 3 bulan, sampai tidak menggunakan tas dan sedotan plastik, serta styrofoam.

Ni Made Dwi Ermayanthi, pendiri Little Talks, sebuah cafe-library di Ubud bergabung dengan Plastik Detox pada 2017, setahun setelah usahanya ini berdiri. Diawali dengan edukasi ke staf terkait PSP. Saat itu disarankan memulai dengan mengganti sedotan plastik dengan material yang bisa dipakai ulang.

Erma mengatakan perubahan dimulai pelan-pelan dari staf dan pelanggan untuk menemukan cara yang cocok untuk usaha mereka. “Sekarang kalau minta baru kita kasi straw (sedotan) kertas. Kalau minta take away dijelaskan tidak menyediakan kresek,” ujarnya. Kemasan take away juga berubah, dari styrofoam ke kemasan kertas.

baca  juga : Bukber Minim Sampah dan Puasa Plastik Isi Ramadhan di Bali

 

Cafe-library di Ubud, Little Talks, salah satu anggota Plastik Detox. Foto : Little Talks

 

Pengurangan plastik lainnya adalah setiap belanja ke pasar mengurangi kemasan plastik. Namun, ini masih sulit jika belanja logistik ke pemasok. Jika ada kantong plastik, disimpan untuk dipakai ulang.

Layanan setelah jadi anggota adalah usaha dipromosikan, mendapat sticker anggota Plastik Detox, dan kadang tim pengelolanya mengontak untuk tanya kabar perubahan lain. Namun, Erma merasa perubahan di unit usahanya tidak seiring dengan perbaikan infrastruktur layanan pengangkutan sampah. “Misalnya sudah memisahkan anorganik dan organik, truk sampah mencampurnya lagi,” keluhnya.

Ia pernah mencoba langganan angkut sampah terpilah tapi biayanya lebih mahal dan ini menyulitkan bisnis kecil. Salah satu desa di Ubud, Padangtegal, memiliki layanan pengangkutan sampah terpilah namun sudah overload, dan tak bisa mengambil di luar wilayah mereka. “Untuk menemukan tempat akhir harus ke mana?” tanya Erma.

Keuntungan saat usahanya minim PSP adalah adanya pengurangan biaya misal sedotan dan kresek. Jika usaha mendapat hasil dari penjualan atau barter plastik, hasilnya diberikan ke staf.

Penggunaan sedotan yang bisa dipakai berulang memungkinkan impas energi untuk memproduksinya dibanding sekali pakai. Menurut perhitungan analisis sedotan oleh Humboldt State University, Amerika Serikat, energi untuk produksi sedotan plastik sekitar 23, stainless steel jauh lebih besar 2420, bambu 756, dan sedotan kertas 16.

Namun, sedotan plastik dan kertas tidak memiliki waktu impas ongkos energi karena sekali pakai dan dibuang. Sedangkan stainless impas jika dipakai ulang 102 kali dan bambu 32 kali. Demikian juga untuk impas karbondioksida untuk memproduksi.

baca juga : Aplikasi Bank Sampah Digital ini Jadi Basis Data lebih 15 Ribu Warga Bali

 

Sedotan plastik dan tutup botol yang dikumpulkan relawan pungut sampah dalam rangka International Clean Up Day dan World Cleanup Day di Pantai Padanggalak, Sanur, Bali, Sabtu (15/9/2018). Foto: FB Catur Yudha Hariani/Mongabay Indonesia

 

Awal mula Plastik Detox

Pengelola gerakan ini menghitung keuntungan jangka panjang bagi unit usaha jika minim PSP. Misalnya jika tidak menyediakan kantong plastik, bisa hemat Rp1,4 juta per tahun. Tanpa sedotan plastik, bisa hemat Rp1,3 juta/tahun, tidak menyediakan kemasan styrofoam bisa hemat Rp9,4 juta/tahun, dan jika menjual air dari galon isi ulang bisa dapat keuntungan Rp13 juta/bulan. Angka ini didapatkan dengan perkiraan satu galon air 18 liter, dan biaya yang dikenakan Rp5000, maka ada selisih untung dibanding jual air dalam kemasan botol.

Luh Gede Dwijayanthi, Manajer Plastik Detox mengatakan kampanye dan aksi dimulai 2012 oleh empat pendirinya untuk mengajak pelaku usaha mengurangi plastik sekali pakai. Dwi sendiri baru gabung 2015.

Awalnya ingin menjangkau hypermarket, tapi kantor pusatnya Jakarta. Dari pada menunggu negoisasi dan pendekatan ke pebisnis besar yang makan waktu, mereka memilah bisnis kecil yang pemiliknya mudah diakses. Mereka door to door, minta bertemu manajer, namun seringkali tak ada respon, walau sudah diemail. Strategi baru adalah melalui event, misalnya kolaborasi di pasar komunitas. Dari sini bisa berkenalan dengan pemilik usaha dan mengundang relawan.

Fokusnya 4 hal, pengurangan sedotan plastik, styrofoam, botol plastik, dan kresek. Saat memulai pendekatan, hal penting adalah edukasi dan melatih komunikasi pekerjanya karena mereka yang berhubungan dengan pelanggan. Agar bisa menjelaskan ke pelanggan kenapa ada kebijakan minim plastik. Pendekatan kedua adalah menawarkan pengganti sekali pakai dengan produk ramah lingkungan, murah bagi mereka, dan mudah diperoleh.

Saat ini kedai kopi menjamur di Bali, namun sebagian besar minum di tempat pun masih pakai wadah plastik sekali pakai. “Saya pakai tumbler, tapi mereka menakar kopi masih pakai gelas plastik lalu dibuang, kan sama saja,” keluh Dwi, ketika dikunjungi di kantornya pada 24 Maret 2022.

baca juga : Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dinilai Menyalahi Kebijakan Pengelolaan Sampah di Bali

 

Toko Isi Ulang, anggota Plastik Detox. Foto : Plastik Detox

 

Mental solusi praktis, instan, dan cepat ini menurutnya bertolak belakang dengan hukum ekologi, karena tak ada sesuatu yang gratis. Misal gelas plastik menghasilkan emisi karena diproduksi dengan bahan baku fosil. “Setelah dibuang tak ada gratis, dampak lingkungan perlu biaya,” ingatnya.

Pada 2021, Plastik Detox mendapat hibah pendanaan, sehingga bisa memperkerjakan rekrutmen untuk menjangkau lebih banyak unit usaha termasuk di luar Bali. Salah satu relawan, Sri Junantari mengatakan tiap relawan sudah dibagi ke bidang-bidang kerja. Ia kerap mempublikasikan cerita perubahan anggota jaringan sekaligus menjalin komunikasi tindak lanjut.

Data-data volume sampah menunjukkan peningkatan timbulan sampah plastik sekali pakai (PSP) di Bali pada semester kedua pasca pemberlakukan Pergub ini. Hal ini terangkum dalam Lokakarya Kinerja Pelaksanaan Peraturan Gubernur Bali No. 97 tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai pada 4 November 2020 di Sanur, Denpasar.

Nengah Murniati, Kepala Seksi Pengelolaan sampah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karangasem misalnya menyebut pada semester satu tahun 2019 volume kresek yang tercatat sebanyak 44.570 kg, meningkat jadi 57.756 kg di semester berikutnya.

Plastik Sekali Pakai (PSP), adalah segala bentuk alat/bahan yang terbuat dari atau mengandung bahan dasar plastik, lateks sintetis atau polyethylene, thermoplastic synthetic polymeric dan diperuntukkan untuk penggunaan sekali pakai. Tiga jenis PSP yang dilarang dalam Pergub ini yakni kantong plastik, polysterina (styrofoam), dan sedotan plastik.

Aturan ini mewajibkan setiap orang dan lembaga baik pemasok, distributor, produsen, penjual menyediakan pengganti atau substitusi PSP. Juga melarang peredaran, distribusi, dan penyediaan PSP baik oleh masyarakat, pelaku usaha, desa adat, dan lainnya.

Sebuah riset pada 2019 dari kolaborasi akademisi dan komuntas Bali Partnership menyebutkan produksi sampah di Bali mencapai 4.281 ton per hari di mana 11 persen di antaranya mengalir hingga ke laut. Dari jumlah tersebut, lebih banyak sampah yang tidak dikelola (52 persen).

 

Exit mobile version