Mongabay.co.id

Sambut Lebaran dengan Pola Hidup Sehat dan Ramah Lingkungan

 

 

Umat muslim di Indonesia dan seluruh dunia tengah merayakan Idul Fitri 1443 H. Banyak pihak mengajak kepada masyarakat luas untuk menerapkan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan saat merayakan lebaran.

Salah satu ajakan datang dari Plastik Detox, sebuah jaringan usaha yang mengaplikasikan minim sampah plastik yang berbasis di Bali. Bahkan, Plastik Detox membuat sebuah ajakan sekaligus tantangan untuk merayakan lebaran minim sampah, menghindari penggunaan wadah sekali pakai.

Selain itu, lebaran juga identik dengan hampers atau bingkisan-bingkisan yang berwadah plastik hingga bagian paling kecilnya. Ketika sholat Idul Fitri, banyak juga yang membawa koran sebagai alas dan ditinggalkan begitu saja di lokasi, sehingga menumpuk menjadi sampah.

Menurut Plastik Detox, meskipun harus mengeluarkan usaha lebih, namun upaya yang dikeluarkan akan setimpal dengan dampak yang diberikan oleh lingkungan kepada kita.

“Manusia merupakan makhluk sosial yang meneruskan spesiesnya, salah satunya melalui budaya. Apabila kita bisa menerapkan budaya minim plastik, kita menjadi manusia berbudaya yang sadar akan tanggung jawab melestarikan spesiesnya,” kata Luh De Dwi Jayanthi, Manager Plastik Detox, kepada Mongabay Indonesia, Sabtu, 30 April 2022.

Baca: Pesan Kearifan Lingkungan dalam Ketupat Lebaran

 

Ketupat yang identik dengan masyarakat Indonesia saat lebaran. Foto: Unsplash/Mufid Majnun/Free to use

 

Plastik Detox memberikan beberapa tips agar kita bisa merayakan lebaran hijau, yaitu lebaran yang mengupayakan tidak menggunakan sumber daya secara berlebihan sehingga tidak menghasilkan sampah berlebihan pula.

Pertama, membawa tas belanja sendiri ketika membeli keperluan lebaran, dengan begitu kita menjaga lingkungan sekaligus mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai.

Kedua, membawa tempat makan dan minum sendiri, terutama ketika mudik. Tujuannya, mengurangi penggunaan kemasan dan botol plastik sekali pakai.

Ketiga, menyiapkan makanan dengan kemasan ramah lingkungan. Ketika menghidangkan ketupat dipastikan menggunakan janur atau daun pisang, sementara untuk kemasan kue kering menggunakan toples kaca.

Keempat, mendekorasi rumah ketika banyak kerabat yang datang dengan menggunakan bahan ramah lingkungan seperti janur dan kerajinan dari bahan daur ulang.

Kelima adalah hampers atau parsel minim plastik sekali pakai dengan bahan yang terbuat dari keranjang bambu, besek, serta kemasan lain yang dapat digunakan kembali.

Baca: Jangan Kotori Bumi di Hari Lebaran yang Suci

 

Hidangan lebaran dengan sejumlah menu. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Jangan sisakan makanan

Dalam tradisi Idul Fitri di Indonesia, biasanya dirayakan dengan menghidangkan berbagai makanan. Ada banyak ragam makanan misalkan ketupat, opor ayam, hingga rendang. Di wilayah timur Indonesia selain ketupat, makanan khas saat lebaran adalah burasa, ayam woku, dan berbagai jenis kue serta minuman bersoda yang sangat manis.

Semua makanan tersebut memiliki kelezatan karena memiliki kandungan lemak, bersantan, serta tinggi gula. Jika menyantapnya berlebih, dampaknya terasa pada kesehatan tubuh kita.

Tips untuk menjaga pola makan selama lebaran adalah dengan membatasi porsi makanan, membatasi atau menghindari makanan tinggi kalori, perbanyak konsumsi sayur, serta membatasi makanan dan minuman tinggi gula.

Satu poin penting bagi kita untuk berkontribusi pada lingkungan saat lebaran adalah jangan menyisakan makanan. Sebab sampah sisa makanan kita ternyata menjadi penyumbang terbesar sampah di Indonesia. Bahkan, Indonesia berada di urutan kedua penghasil sampah makanan terbanyak di dunia, yaitu sekitar 300 kg tiap individu, berdasarkan penelitian tahun 2017. Keadaan ini cukup miris apabila dibandingkan dengan tingkat kelaparan di Indonesia yang masih dalam kategori serius.  Jumlah tersebut mampu menghidupi 28 juta atau 11 % penduduk Indonesia.

Dari laporan tersebut dikatakan, sampah makanan sangat berbahaya bagi lingkungan ketika terbuang kemudian menumpuk dan tertimbun di tempat pembuangan akhir [TPA], lalu makanan mulai membusuk dan terdegradasi, maka gas metana akan dilepaskan ke lingkungan. Gas metana ini merupakan salah satu gas rumah kaca yang turut berdampak pada pemanasan global.

Baca: Habiskan Makanan Lebaran, Biar Tak Jadi Masalah Lingkungan

 

Pola makan sehat dan gaya hidup ramah lingkungan harus kita pertahankan setelah perayaan Idul Fitri. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Menurut Sri Wahyono, peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi [BBPT], rumah tangga berperan besar dalam menyumbang sampah makanan. Dalam laporan berjudul “Cara Cerdas Mengurangi dan Mengolah Sampah Makanan di Rumah” [Desember, 2017], Wahyono menyatakan inefisiensi pola konsumsi dan produksi makanan, menyebabkan sampah makanan menjadi sumber pemborosan sumber daya dan pencemaran lingkungan.

Wahyono menyatakan, seperempat makanan rumah tangga akan terbuang menjadi sampah. Sektor rumah tangga menyumbang sekitar 42 persen dari total sampah makanan. Secara nasional, Wahyono memperkirakan jumlah sampah makanan di Indonesia sekitar 25,5 juta ton per tahun berdasarkan jumlah penduduk 250 juta.

 

Jangan kotori Bumi di Hari Lebaran yang suci. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Dalam laporan bertajuk “Pola Makan Sehat dari Sistem Pangan Berkelanjutan: Pangan Planet Bumi Kesehatan” yang disusun EAT, sebuah platform global berbasis ilmu pengetahuan yang diperuntukkan untuk transformasi sistem pangan, menyebutkan bahwa pangan merupakan faktor utama untuk mengoptimalkan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan di Bumi.

Cara pangan diproduksi, jumlah yang dikonsumsi, dan jumlah yang hilang atau terbuang sangat mempengaruhi kesehatan manusia dan planet ini. Produksi pangan global mengancam stabilitas iklim dan ketahanan ekosistem serta merupakan pendorong utama terjadinya degradasi lingkungan dan pelanggaran atas batas-batas dunia.

“Akan tetapi, situasi pangan saat ini mengancam manusia dan Bumi. Tantangan besar yang kita hadapi adalah mewujudkan pola makan sehat dari sistem pangan berkelanjutan bagi penduduk dunia yang semakin bertambah,” tulis laporan tersebut.

Idul Fitri merupakan momen yang tepat bagi kita untuk mengedepankan gaya hidup sehat, yang tentunya ramah lingkungan.

 

Exit mobile version