Mongabay.co.id

Jokowi Kunjungi Kampus Bambu di Ngada, Apa Saja Keunggulan Kampus Ini?

 

 

Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo melakukan kunjungan ke Kabupaten Ende dan Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Presiden Jokowi bersama rombongan tiba di Ende, Selasa (31/5/2022). Usai memimpin apel peringatan Hari Lahir Pancasila di Kota Ende dan berkunjung ke Pasar Mbongawani, Presiden Jokowi bersama rombongan pun bertolak ke Kabupaten Ngada menggunakan helikopter.

Presiden bersama Ibu Negara menyempatkan diri mengunjungi Kampus Bambu Turetogo di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, pada pukul 15.20 WITA.

Di Kampus Bambu Presiden Jokowi disambut oleh pimpinan YBL diantaranya Ketua YBL, Arief Rabik, Direktur Eksekutif Monica Tanuhandaru, Senior Adviser Noer Fauzi Rachman dan Sarah Lery Mboeik serta pakar taksonomi bambu Prof. Dr. Elizabeth Widjaja.

Hadir pula Singgih Kartono, kreator sepeda bambu Spedagi, Bupati Ngada, Andreas Paru, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat serta Ketua Tim Penggerak PKK NTT Julie S Laiskodat. Gubernur NTT dan isteri merupakan pendukung utama program pembibitan dan penghijauan melalui bambu.

Di kampus bambu Turetogo, presiden menyapa para mama bambu, perempuan pelopor yang telah menjadi ujung tombak dalam program pembibitan dan penghijauan di Flores, NTT.

baca : Cerita Sukses Perjuangan Ratusan Mama Bambu di Flores

 

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo berpose bersama Mama Bambu saat berkunjung ke Kampus Bambu Turetogo,Kabupaten Ngada,NTT.Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev

 

Bambu Laminasi

Yayasan Bambu Lestari (YBL) menyebutkan program pembibitan dan penghijauan dengan menggunakan bambu tersebut merupakan kolaborasi antara Pemprov NTT dengan YBL.

Program ini melibatkan 388 mama bambu di 21 desa pada 7 kabupaten di Flores. Pada 2021, para mama bambu berhasil menyemai dan merawat lebih dari 2,5 juta bibit. Jumlah bibit itu cukup untuk merehabilitasi 72 ribu hektar lahan kritis.

Program ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang membangun desa-desa wanatani bambu di NTT. Desa wanatani bambu akan memanfaatkan bambu sebagai tanaman konservasi (memulihkan lahan kritis, menjaga sumber air, mencegah longsor, menyerap karbon) sekaligus sebagai tanaman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui industri bambu rakyat.

Di kampus bambu, Presiden Jokowi mendengarkan penjelasan Arief Rabik tentang bambu laminasi, produk olahan bambu yang memiliki bentuk dan kekuatan serupa kayu.

Arief katakan, dengan potensi bambu yang dimiliki NTT, provinsi ini berpeluang menjadi sentra produsen bambu laminasi.

Ia menyebutkan permintaan pasar global untuk bambu laminasi akan terus meningkat karena bambu laminasi merupakan alternatif yang lebih lestari, ramah lingkungan dan lebih rendah karbon dibandingkan kayu.

Dirinya juga memaparkan terkait sistem laminasi bambu dan teknologi bambu yang bisa menggantikan kayu dan berterima kasih atas kunjungan Presiden Jokowi ke kampus bambu.

Tanggapan Pak Presiden positif. Beliau menanyakan tentang beberapa teknologi dan bagaimana caranya untuk membangun pabrik berbasis desa dan laminasi,” tuturnya.

baca juga : Asa Perempuan Desa Du dengan Budi daya dan Anyaman Bambu

 

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo melihat produk olahan dari bambu saat berkunjung ke Kampus Bambu Turetogo,Kabupaten Ngada,NTT. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev

 

Penasihat Senior YBL Noer Fauzi Rachman menyampaikan bahwa kampus bambu selain sebagai tempat melatih mama-mama bambu, juga melatih pemangku kepentingan lainnya di sektor industri bambu rakyat.

Noer menjelaskan, kampus bambu memberikan pelatihan mulai dari melakukan pembibitan bambu berasal dari tunas, pembesaran hingga praktek pengelolaan hutan bambu lestari.

Kami juga memberikan pelatihan bagi pendamping lapangan pandu-pandu bambu, pemerintah daerah dan multi sektor lainnya termasuk mengorkestrasi industrinya,” ungkapnya.

 

Industri Berbasis Masyarakat

Presiden Jokowi kemudian menghabiskan waktu cukup lama berbincang-bincang dengan 9 Mama Bambu dimana 5 dari Kabupaten Ngada dan 4 dari Nagekeo.

Wilhelmina Boki asal Desa Genamere, Bajawa Utara, Ngada menyebutkan, Presiden Jokowi saat berbincang dengan mereka menanyakan terkait cara mengambil bibit.

Wilhelmina katakan presiden juga bertanya tentang lama waktu untuk pemeliharaan bibit sampai memiliki 25 helai daun baru bisa ditanam di lokasi yang ditentukan.

Dalam perbincangannya dengan Senior Adviser YBL Noer Fauzi Rachman, Presiden Jokowi sempat bertanya tentang dukungan apa yang bisa diberikannya untuk mendorong terciptanya NTT sebagai sentra industri bambu rakyat.

Noer Fauzi Rachman menguraikan tentang kebutuhan memiliki strategi nasional pengembangan bambu untuk mempercepat terciptanya industri bambu berbasis rakyat di seluruh Indonesia

“Bapak Presiden menyatakan siap membantu dan mendukung upaya tersebut,” ungkapnya.

baca juga : Ribuan Bibit Bambu ditanam di Bendungan Napun Gete, NTT. Untuk Apa?

 

Presiden Joko Widodo berbincang bersama para Mama Bambu saat berkunjung ke Kampus Bambu Turetogo,Kabupaten Ngada,NTT. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev

 

Dalam kunjungan tersebut, Presiden dan Ibu Iriana juga berkesempatan meninjau langsung proses pengawetan bambu dan produk hasil olahan bambu.

Kampus Bambu Turetogo diresmikan pada Mei 2021 dan dicita-citakan sebagai pusat edukasi, riset, inovasi, dan pertukaran kebudayaan tentang bambu.

Selama ini Kampus Bambu Turetogo telah melaksanakan sejumlah kegiatan pendidikan dan lokakarya mengenai pembibitan, penanaman serta pengelolaan hutan bambu secara lestari.

Kampus tersebut dilengkapi sejumlah fasilitas, antara lain gedung belajar, penginapan, instalasi pengawetan bambu, kebun bambu dan tanaman lokal, serta contoh bangunan Rumah Bambu Lestari, hunian yang terbuat dari bambu laminasi dengan sistem knock-down.

Rumah Bambu Lestari bisa menjadi alternatif untuk perumahan sosial, hunian sementara paska bencana, bangunan fasilitas umum, maupun resor wisata.

YBL berdiri pada 1993 dan secara konsisten mengkampanyekan bambu sebagai solusi ekologi dan solusi ekonomi dalam pembangunan desa. Saat ini YBL bekerja bersama-sama warga desa di NTT, Bali, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah dalam membangun desa wanatani bambu.

baca juga : Ulat Bambu, Sustainable Food dari Hutan Bambu Ngada

 

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo melihat produk olahan dari bambu saat berkunjung ke Kampus Bambu Turetogo,Kabupaten Ngada,NTT. Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev

 

Pusat Unggulan dan Percontohan

Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK Desy Ekawati kepada Antara di Kupang mengatakan, KLHK menetapkan Kabupaten Ngada sebagai pusat unggulan untuk program 1.000 desa bambu.

Menurut Desy, kegiatan dilakukan sebagai suatu platform dalam mengembangkan dan memperkuat pemanfaatan bambu di Indonesia melalui industri bambu berbasis masyarakat.

Koordinator Proyek Program 1000 desa bambu ini menyebutkan program pemanfaatan bambu berbasis masyarakat ini dibangun dengan mekanisme “People Public Private Partnership” (4P) yang bergerak dari sektor hulu sampai hilir.

Kegiatan dimulai dari pengelolaan hutan bambu yang lestari dan pemanfaatan bambu sebagai bahan baku industri. Kegiatan ini merupakan program jangka panjang yang sudah dimulai dari 2015 dan akan berakhir pada 2040,” terangnya.

Menurut Desy, di Kabupaten Ngada sudah ada 10 desa bambu di Kecamatan Golewa yang dijadikan sebagai pusat unggulan dan percontohan untuk daerah lain.

Dirinya menerangkan pengolahan hutan bambu lestari berbasis masyarakat di Kabupaten Ngada sudah berjalan beberapa tahun terakhir ini.

Model pengembangan bambu berbasis masyarakat ini diinisiasi Yayasan Bambu Lestari (YBL) bekerjasama dengan KLHK dan ITTO Bamboo Project dengan dukungan masyarakat setempat.

“Pemerintah telah membangun Coomunity Learning Center, Sekolah Lapangan Bambu dan Sekolah Musik Bambu di desa Wogo, Kecamatan Golewa. Pemerintah juga membangun membangun pusat pengawetan bambu dengan proses belajar sekolah lapang sejak 2016,” paparnya.

 

Exit mobile version