Mongabay.co.id

Teknologi Mudahkan Upaya Pengurangan Sampah Plastik, Seperti Apa?

 

 

 

 

Titi Nur Yati, sumringan. Botol putih transparan berisi cairan hijau dia pamerkan pada rekan-rekananggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Cilandak Barat, Jakarta Selatan.

Cairan hijau itu adalah sabun pencuci piring cair. Terlihat biasa, tetapi cara mendapatkan yang tidak biasa bagi Titi dan Ibu-ibu PKK yang lain.

Siang itu, awal Juli, di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Intan, Cilandak Barat, ada peluncuran Gerakan Guna Ulang Jakarta (GGUJ) dengan menampilkan berbagai terobosan teknologi untuk mengurangi sampah kemasan. Salah satunya vending machine atau alat isi ulang sabun pencuci piring yang dicoba oleh Titi.

“Mudah dan prakts,” katanya singkat setelah mencoba alat itu.

Vending machine berkelir putih ini merupakan terobosan salah satu startup yang bergerak di isu pengurangan sampah kemasan, QYOS. Mesin dengan tinggi lebih dari 150 cm itu beroperasi dengan satu semangat: mengurangi sampah kemasan. Bukan hanya sabun pencuci piring, juga produk homecare dan personal care lain.

Cara mengoperasikan mesin ini cukup mudah. Bermodalkan nomor handphone dan dompet digital Go-Pay, setiap orang bisa membeli sabun cuci piring ini. Biasanya, setiap orang harus membawa botol sendiri, tetapi kali itu ada botol kosong yang disediakan gratis.

 

Baca juga : Sampah Laut yang Menyulitkan Nelayan Kedonganan

Sampah plastik kemasan banyak cemari lingkungan.

 

Setelah memasukkan nomor handphone dan memilih volume yang akan dibeli, calon pembeli bisa melakukan pemindaian QR code untuk pembayaran. Kocek untuk membeli sabun pencuci piring di vending machine ini pun hanya Rp10.700 untuk 500 ml. Lebih murah dari harga pasaran yang berkisar antara Rp15.000 – Rp17.000 per 460 ml.

“Saya beli pakai uang tunai tadi, karena saldo Go-Pay saya lagi habis,” kata Titi.

Biasanya, dia memang membeli merek yang sama sebagai andalan untuk mencuci piring. Hanya saja, dia membeli dalam kemasan sachet Rp2.000 atau Rp5.000. “Tergantung ada duit saja gimana.”

Dengan praktik lamanya, Titi sadar kalau turut menghasilkan sampah kemasan yang menjadi masalah bagi lingkungan. Karena itu, terobosan QYOS ini sejalan dengan upaya mengurangi sampah kantong plastik sekali pakai dengan membawa kantong belanja ke mana pun dia pergi.

Tak hanya QYOS, hari itu RPTRA seluas 1.200 meter persegi ini juga memamerkan dua terobosan lain, Koinpack dan ALLAS. Koinpack merupakan startup yang mengoperasikan sistem pengemasan inovatif yang dapat digunakan kembali untuk menggantikan sachet dan jenis kemasan sekali pakai lain lewat deposit dan insentif kepada para pemakai.

ALLAS merupakan penyedia kemasan pengantaran makanan daring berkelanjutan pertama di Jakarta.

 

Baca juga: Kurangi Sampah Plastik dengan Membangun Budaya Isi Ulang

Mesin belanja curah. Foto: Richaldo H/ Mongabay Indonesia

 

Ketiga startup ini merupakan binaan Zero Waste Living Lab (ZWLL) Enviu, merupakan sebuah startup studio yang memberikan dukungan bagi startup lain yang ingin memberikan dampak bagi lingkungan dan komunitas.

Darina Maulana, Indonesia Program Lead ZWLL Enviu, menyebut kemasan makanan, produk rumah tangga atau peralatan sekali pakai masih mencemari perairan Jakarta. Karena itu, inovasi mengubah gaya hidup menjadi hal penting.

“Karena sekalipun terlihat ekonomis, tapi sampah kemasan sekali pakai ini sulit untuk didaur ulang,” katanya.

Selama tiga tahun berjalan, berdasarkan hitungan mereka, ZWLL berhasil mengurangi 14,2 juta penggunaan plastik kemasan sekali pakai dan menginspirasi 147.500 orang lewat startup yang mereka bina. Untuk QYOS, lebih dari 3000 sampah plastik sekali pakai terhindarkan untuk diapakai selama dua tahun mereka beroperasi.

Meskipun demikian, masih ada pekerjaan rumah yang menanti: akses dan pemerataan inovasi untuk membuat gaya hidup guna ulang makin masif. Sejauh ini, baru ada empat lokasi yang bisa dihampiri untuk mencoba alat isi ulang ini, yaitu, di Kalibata City, Alfamart Petamburan, Alfamart Lontar dan Alfamart BSD.

Meskipun 60% pelanggan disebut kembali menggunakan alat ini, namun sulit bagi Ibu-ibu PKK Cilandak Barat masuk dalam hitungan itu. “Karena untuk ongkos ke lokasi pengisian saja sudah pasti mahal. Kalau dekat, saya yakin akan pakai lagi,” kata Titi.

 

Gaya hidup 

Sampah plastik sekali pakai, termasuk kemasan, sungguh mengkhawatirkan. Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) Indonesia bahkan menyebut kemasan sachet menyumbang 16% sampah plastik di perairan dan lingkungan Indonesia.

Bahkan, mereka menemukan 1.100 pohon terlilit sampah plastik dalam Ekspedisi Ciliwung baru-baru ini. Sampah-sampah ini yang menjadi sumber pencemar mikroplastik di Ciliwung.

 

Kurangi sampah plastik, antara lain dengan belanja membawa kemasan atau wadah sendiri. Foto: Richaldo H/ Mongabay Indonesia

 

Padahal, Jakarta sudah berhasil mengurangi lebih dari 80% kantong plastik sekali pakai sejak ada Peraturan Gubernur Nomor 142/2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan.

“Karena itu perlu upaya guna ulang ini sebagai gaya hidup pelengkap,” kata Tiza Mafira, DIrektur Eksekutif Gerakan Indonesia DIet Kantong Plastik.

Dia menyebut, upaya guna ulang (reuse) harus dikedepankan. Pasalnya, daur ulang (recycle) disebut hanya bisa mengurangi 9% sampah plastik secara global.

“Riset terbaru di Amerika Serikat bahakn menyebut hanya 5% sampah mereka yang bisa didaur ulang,” katanya.

Dengan perkambangan teknologi, upaya guna ulang bisa menjadi lebih masif dan memudahkan masyarakat. Sebagaimana yang diperlihatkan oleh startup yang hadir di RTPRA Intan.

Kalau upaya guna ulang bukan hanya bicara pengurangan sampah plastik saja, juga mengurangi emisi dalam proses produksi plastik itu sendiri. “Jadi ada persoalan krisis iklim juga yang bisa dimitigasi lewat gaya hidup ini.”

Gaya hidup GGUJ ini sengaja dilakukan di Jakarta karena ekosistem digital di ibu kota dinilai lebih siap daripada kota lain. Lebih mudah menerapkan inovasi pengurangan sampah dengan balutan teknologi di tempat yang sudah lebih siap.

Yayat Supriatna, Plh Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Selatan menyambut baik inisiatif ini.

Inovasi ini, katanya, bisa mengubah pola pikir masyarakat tidak lagi gunakan plastik kemasan besar-besaran.

“Ini jadi ajang edukasi yang baik.”

Dia katakan, edukasi pengurangan sampah plastik ini kerap tidak tersampaikan pada semua lapisan masyarakat. Beberapa orang cenderung sulit dibuat mengerti lantaran melihat kepraktisan dan murahnya plastik bagi mereka.

peran PKK pun penting jadi mereka dilibatkan sebagai salah satu pengirim pesan GGUJ.

Fery Farhati, Ketua Tim Penggerak PKK Jakarta mengatakan, sampah merupakan isu Ibu-ibu PKK setiap hari.

“Yang kami prioritaskan adalah pengurangannya,” katanya.

Sampah plastik yang dihasilkan di rumah tangga, katanya, salah satu konsekuensi dari perubahan zaman yang segalanya praktis. Karena itu, inovasi pengurangan sampah pun harus bisa membuat kemudahan yang sama.

 

Beli produk curah dengan bawa wadah sendiri pakai mesin-mesin yang disediakan. Foto: Richaldo H/Mongabay Indonesia
Exit mobile version