Mongabay.co.id

Restorasi Mangrove, Upaya Nelayan Tambak Menghijaukan Delta Mahakam

 

 

Upaya perbaikan ekosistem mangrove di Delta Mahakam, Kutai Kartanegara [Kukar], Kalimantan Timur [Kaltim], terus dilakukan. Melalui program restorasi, hamparan mangrove yang gundul akan dihijaukan kembali.

Tiga kampung nelayan di Delta Mahakam berkomitmen mengembalikan hutan mangrove yang terbuka. Ketiganya adalah Kampung Muara Ulu, Muara Pegah, dan Muara Kembang yang berada di Kelurahan Muara Kembang, Kukar. Bemitra dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara [YKAN] dan Biosfer Manusia [Bioma], tiga kampung itu fokus terhadap isu lingkungan.

Muara Ulu dan Muara Pegah berada di persimpangan Muara Sungai Mahakam dan Selat Makassar. Tidak seperti perkampungan umumnya, dua kampung ini serba terbatas, tidak punya akses darat, jauh dari perkotaan. Untuk kesana, dibutuhkan waktu satu setengah hingga dua jam menggunakan kapal keci atau ces.

“Kami semua nelayan, rata-rata memiliki tambak ikan, udang, dan kepiting,” kata Ketua RT 12 Muara Ulu, Kelurahan Muara Kembang, Jumardi [35], awal Juli 2022.

Baca: Berharap Mangrove di Muara Badak Hijau Kembali

 

Inilah jalan menuju tambak nelayan di Delta Mahakam. Foto: Yovanda/Mongabay Indonesia

 

Muara Ulu dihuni 31 kepala keluarga. Tidak ada sekolah di sana, bangunan ibadah hanya berbentuk surau terbuat dari kayu. Masyarakatnya mayoritas bersuku bugis, rata-rata orang tua mereka datang dari Sulawesi Selatan [Sulsel]. Mereka kemudian membentuk kampung nelayan dan hidup di Delta Mahakam.

Dijelaskan Jumardi, Delta Mahakam memberi harapan besar pada nelayan. Bentang pesisirnya memiliki potensi sumber daya perikanan utama udang dan kepiting.

“Banyak tambak di sini yang sudah terbuka. Kami beli yang sudah ditinggalkan atau yang sudah tidak dipakai. Kondisinya memang sudah tidak sebaik pertama kali, jadi perlu perbaikan dan harus kami hijaukan,” jelasnya.

Menurut dia, mangrove memiliki peran besar sebagai penahan hempasan gelombang pasang laut dan tsunami dari selat Makassar. Tambak nelayan juga tidak akan berfungsi baik jika tidak dilindungi mangrove. Di Muara Ulu, lanjutnya, kondisi tambak mulai menghijau dengan mangrove dan mereka juga membuat pembibitan yang dikelola bersama.

“Bila air pasang, mangrove membantu menyaring air yang masuk ke tambak,” jelasnya.

Dalam catatan YKAN, Delta Mahakam seluas 150 ribu hektar menyimpan kekayaan hayati dan non-hayati melimpah, termasuk tutupan mangrove dan nipah. Namun, terjadi kerusakan mangrove sebesar 60.220 ha [54,97%] disebabkan alih fungsi lahan menjadi tambak dan pembangunan pipa gas.

Baca: Memulihkan Mangrove, Mengembalikan Harapan Masyarakat Muara Badak

 

Kondisi mangrove di Muara Pegah, Kelurahan Muara Kembang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang mulai hijau. Foto: Yovanda/Mongabay Indonesia

 

Pembibitan mangrove

Kampung ke dua yang juga melakukan upaya restorasi adalah Muara Pegah. Di daerah ini ada 200 jiwa dari 50 KK yang menggantungkan hidupnya di Delta Mahakam. Selain mencari ikan di laut, mereka juga membuat tambak udang dan kepiting.

Ketua RT 11 Muara Pegah, Sudirman mengatakan, mereka merehabilitasi mangrove dengan cara silvofishery. Silvofishery adalah penghijauan sekaligus budidaya kepiting, udang, lobster, dan ikan tanpa mengancam fungsi ekologi mangrove. Sebelumnya, mereka hanya menanam mangrove saja di sekitar permukiman.

“Ini baru dimulai. Semula, tambak-tambak yang ada memang gundul,” sebutnya.

Sudirman mengatakan, pihaknya ingin membuktikan silvofishery berpengaruh positif pada hasil panen. Mereka mempersiapkan bibit dan area penanaman di sekitar tambak yang tidak menghalangi kapal.

“Harus dibuat peta, karena mangrove bisa membentuk hutan, takutnya kapal ces tidak bisa lewat,” ujarnya.

Dijelaskan dia, mangrove tidak hanya dibutuhkan untuk tambak ramah lingkungan, tapi juga untuk perkampungan.

“Yang kami takutkan bila air pasang sampai ke rumah, padahal tiang-tiang setiap rumah sudah dibuat tinggi. Solusinya, harus ada mengrove,” sebutnya.

Baca: Upaya Memulihkan Ekosistem Mangrove yang Kritis

 

Ikan dan udang ini merupakan hasil panen dari tambak nelayan di Muara Kembang. Foto: Yovanda/Mongabay Indonesia

 

Lurah Muara Kembang, Masriansyah mengatakan, hasil laut di Delta Mahakam merupakan sumber ekonomi nelayan di Kukar. Kampung-kampung nelayan di Muara Kembang juga banyak dihuni warga kota lain yang tidak ber-KTP Kukar, sebab hasil tangkapan laut di Delta Mahakam sangat menjanjikan.

“Banyak nelayan yang datang ke Delta Mahakam. Misalnya, di Muara Ulu ada beberapa warga Samarinda yang memiliki rumah di sana,” sebutnya.

Menurut dia, saat ini nelayan di Muara Kembang fokus mengembangkan tambak ramah lingkungan. Mereka tidak lagi menebang mangrove dan membuka tutupan hutan.

“Semua kampung nelayan di Kelurahan Muara Kembang ini fokus untuk restorasi mangrove,” imbuhnya.

Baca juga: 7 Fakta Penting Mangrove yang Harus Anda Ketahui

 

Beginilah kondisi keseharian kampung nelayan Muara Pegah. Foto: Yovanda/Mongabay Indonesia

 

Daya dukung restorasi masyarakat

Kepala KPH Delta Mahakam, Syaiful Anwar mengatakan, daya dukung restorasi mangrove di Delta Mahakam tengah diperjuangkan dari berbagai program di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Masyarakat terus dilibatkan agar program berjalan maksimal.

“Kami masih berjuang melalui program Perhutanan Sosial, sebagian dukungan telah kami dapat dalam wujud keterlibatan masyarakat,” katanya.

Di Delta Mahakam, lanjut dia, program restorasi mangrove bermitra dengan petambak dan nelayan. “Ada juga, melalui program pemerintah, seperti BRGM, PeN, BPDAs, maupun swasta, dan NGO,” imbuhnya.

Dia berharap, kerusakan hutan mangrove di Delta Mahakam tidak bertambah dan program restorasi berkesinambungan. “Data kami ada 60% tutupan mangrove terbuka tambak di Delta, harapannya tidak bertambah lagi,” tuturnya.

Senior Manajer Pembangunan Hijau Kaltim YKAN, Alfan Subekti mengatakan, konteks kemitraan di Delta Mahakam, dikembangkan melalui skema perlindungan dan restorasi berbasis masyarakat. Program ini mendukung kolaborasi para pihak dalam pengelolaan kawasan mangrove.

“YKAN tidak bekerja sendiri, tapi menggandeng Yayasan Mangrove Lestari dan Yayasan Bioma dalam implementasi di sejumlah desa, di tepian kawasan mangrove Delta Mahakam. Yayasan Bioma memiliki lokus kerja di Kelurahan Muara Kembang, Kecamatan Muara Jawa,” jelasnya.

Skema perlindungan dan restorasi berbasis masyarakat di Kelurahan Muara Kembang mengedepankan model Insentif Berbasis Kinerja. Masyarakat didampingi dalam kegiatan-kegiatan peningkatan ekonomi [pembuatan keramba udang, tambak kepiting, kelompok ibu-ibu yang memproduksi kerupuk udang, petis, dan terasi] dengan kesepakatan 10 persen dari keuntungan digunakan untuk program perlindungan dan restorasi mangrove.

“Kami meyakini, menyelaraskan ekologi, ekonomi, dan sosial akan menjaga kesinambungan program. Masyarakat merasakan manfaat ekonomi dan kesejahteraan keluarganya, dengan menjaga dan melindungi mangrove,” pungkasnya.

 

Exit mobile version