Mongabay.co.id

Tidak Terlihat Selama 2 Dekade, Dugong Dinyatakan Punah di China

 

Dugong (Dugong dugon) mengalami penurunan populasi sangat signifikan di China. Dalam dua dekade terakhir para peneliti dan masyarakat di sana sudah tidak lagi menemukan mamalia air tawar yang kerap disebut Sapi Laut itu. Oleh karenanya, China menetapkan dugong punah.

Kabar menyedihkan itu tersiar setelah Zoological Society of London (ZSL) dan Chinese Academy of Sciences menerbitkan studi terbaru tentang keberadaan Dugong di laut China. Peristiwa ini menjadi kepunahan pertama mamalia besar di perairan China.

Selama ratusan tahun, mamalia besar nan jinak ini aktif berenang di perairan China. Tetapi dalam dua dekade terakhir jarang terlihat, tim ilmuwan internasional itu melakukan penyelidikan mendalam, mensurvei komunitas nelayan lokal di empat provinsi China dan mencari bukti keberadaan dugong.

Dalam penelitian, peneliti melakukan survei di sepanjang wilayah pesisir Laut Cina Selatan di bagian utara, termasuk ke 66 desa di 4 provinsi di China (Hainan, Guangxi, Guangdong, Fujian). Untuk melengkapi data, mereka juga melakukan analisis terhadap data historis keberadaan Dugong di masa lalu di perairan China.

baca : Kisah Pilu Dugong di Perairan Pulau Bangka

 

Seekor Dugong dewasa sedang makan di padang lamun. Foto : Kelvin Aitken/VWPics via AP Images

 

Hasilnya, hanya 5% dari 788 responden nelayan yang melaporkan penampakan Dugong di masa lalu dengan rata-rata tanggal penampakan terakhir adalah 23 tahun yang lalu. Sementara itu, hanya 3 responden saja yang melaporkan penampakan Dugong dalam 5 tahun terakhir.

“Studi kami memberikan bukti hilangnya regional baru dari spesies megafauna laut karismatik ini. Kepunahan populasi yang cepat ini berfungsi sebagai pengingat akan kepunahan yang dapat terjadi sebelum tindakan konservasi efektif dikembangkan,” kata Mingli Lin, tim peneliti di jurnal tersebut.

Hewan yang dikaitkan dengan mitos putri duyung itu mempunyai keunikan. Sebab, mamalia ini adalah vegetarian. Makanan favoritnya adalah lamun. Bentuk fisiknya mirip dengan lembu laut (manatee) hanya berbeda pada bagian ekor. Hewan ini punya karakteristik yaitu tubuhnya gemuk, wajah lebar, ekor rata dan beralur seperti lumba-lumba.

Mamalia ini merupakan satu-satunya spesies yang masih hidup dari keluarga Dugongidae. Dikutip dari Live Science, mereka dapat hidup sampai usia 70 tahun, tetapi karena memiliki tingkat perkembangbiakan yang lambat, sehingga membuatnya sulit untuk pulih dari gangguan populasi. Ketika mereka tidak memiliki cukup lamun untuk dimakan, Dugong dapat menunda berkembang biak. Dan ketika lamun semakin menghilang dari lautan dunia, populasi Dugong bisa berkurang.

Hewan ini mempunyai panjang 4 meter untuk ukuran dewasa. Beratnya bisa lebih dari 400 kilogram. Habitat dugong adalah laut tropis dangkal seperti di Afrika Timur, Indonesia hingga Australia, termasuk Laut Merah, Samudra Hindia, dan Pasifik.

baca juga : Bangkai Dugong Diambil untuk Obat Tradisional, Ini Penjelasan PSPL Sorong 

 

Seekor dugong dengan latar belakang seorang penyelam. Foto : Earthrace Conservation/flickr

 

Berdasarkan catatan sejarah yang disebutkan dalam Jurnal Royal Society Open Science yang terbit pada 24 Agustus 2022, puncak populasi dugong adalah pada 1960-an yang kemudian menurun dengan cepat sejak 1975 hingga sekarang. Para ilmuwan dan juga nelayan lokal sudah tidak melihat dugong sejak 2000. Meskipun pada 2008 ada nelayan yang melihat keberadaannya, namun pernyataan tersebut belum bisa diverifikasi.

“Berdasarkan temuan ini, kami terpaksa menyimpulkan bahwa dugong telah mengalami keruntuhan populasi yang cepat selama beberapa dekade terakhir dan sekarang secara fungsional punah di China,” tulis para ilmuwan dalam penelitian tersebut seperti dikutip dari Live Science, Jumat (2/9/2022).

“Jadi, meskipun ada kemungkinan bahwa beberapa individu Dugong mungkin masih bertahan hidup di Laut China Selatan bagian utara, kemungkinan juga bahwa hewan yang baru terlihat itu salah diidentifikasi atau merupakan Dugong yang tersesat yang termasuk dalam populasi Dugong di dekat Filipina,” kata para peneliti lainnya.

 

Penyebab Populasi Dugong Turun

Dikutip dari National Geographic, Dugong banyak menghabiskan waktu siang-malam di padang lamun. Mamalia ini tinggal di bawah air selama enam menit sebelum kembali muncul ke permukaan untuk bernapas. Dugong adalah tipikal hewan menyendiri sebab mereka jarang terlihat muncul dalam kawanan.

Hewan jinak ini sering menjadi sasaran empuk bagi para pemburu untuk diambil daging, minyak, kulit, tulang, dan gigi mereka. International Union for Conservation of Nature (IUCN) menempatkan dugong pada jajaran hewan yang terancam punah.

Menurut profesor di Zoological Society of London’s Institute of Zoology, Samuel Turvey, hilangnya dugong di China memiliki efek terhadap fungsi ekosistem. Selain itu, peristiwa ini juga menjadi peringatan serius bahwa kepunahan dapat terjadi sewaktu-waktu bila tidak dilakukan tindakan konservasi yang efektif. “Hilangnya dugong di China adalah kehilangan yang menghancurkan,” ungkapnya.

baca juga : Kisah Para Pemburu Dugong di Teluk Bogam

 

Seekor Dugong terlihat tengah makan. Foto : arabnews.pk

 

Di sisi lain, penurunan populasi dramatis yang dialami oleh spesies dugong dalam beberapa dekade terakhir sangat tidak mungkin dihentikan atau dibalik dalam kondisi saat ini. Penyebab dugong menurun populasinya karena mereka biasa mencari makan di dekat garis pantai sehingga sering tertabrak oleh perahu nelayan, terperangkap jaring, dan aktivitas manusia lainnya yang merusak habibat dugong.

Namun Dugong belum punah seutuhnya. Sebab hewan-hewan itu masih hidup di bagian lain dunia, termasuk di lepas pantai 37 negara dari Afrika Timur hingga Pasifik barat. Akan tetapi kepunahan dugong di China menjadi peringatan kepada semua pihak untuk segera melakukan konvservasi terhadap hewan-hewan yang terancam punah.

 

Sumber: livescience.com dan  royalsocietypublishing.org

 

Exit mobile version