Mongabay.co.id

Bacang, Kerabat Mangga yang Sering Dibuat Sambal

 

 

Bacang [Mangifera foetida] merupakan tumbuhan yang berkerabat dengan mangga dari Famili Anacardiaceae.

Aroma buahnya sangat khas, harum menusuk hidung, sebagaimana mangga kweni atau durian.  Rasanya, perpaduan asam dan manis.

“Buah bacang sering kami jadikan olahan sambal,” kata Asmina, warga Desa Tanjung Batu Seberang, Ogan Ilir, Sumatera Selatan kepada Mongabay Indonesia, Selasa, 18 Oktober 2022.

Sambal bacang terkenal sebagai hidangan sederhana penggugah selera. Cara membuatnya, bacang matang yang sudah dicincang dicampur cabai, garam, terasi, dan gula merah. Lalu diulek. Sambal ini paling nikmat dihidangkan bersama masakan pindang, ikan goreng, dan lalapan sayur.

“Orang-orang lama [masyarakat tradisional] biasanya menjadikan sambal bacang sebagai menu wajib. Alasannya sederhana, buah ini dulu mudah dicari karena banyak tumbuh di kebun atau di pekarangan rumah.”

Namun sekarang, pohon bacang mulai berkurang. “Banyak ditebang karena tuntutan pengembangan permukiman,” jelas Asmina.

Baca: Umbut Rotan yang Enak Dimakan

 

Buah bacang yang mudah dikenali dari bentuk dan aroma khasnya. Foto: Shutterstock

 

Di Jambi, masyarakat juga menjadikan bacang matang sebagai olahan sambal.

“Menu ikan sungai bakar dengan daun singkong rebus, kurang lengkap tanpa ada sambal bacang,” tutur Adi Ismanto, di Taman Sakat Lebung Panjang, Desa Jambi Tulo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Menurut Adi, sambal bacang ibarat “booster” yang mampu meningkatkan gairah makan. Membuatnya juga tidak sulit, bacang matang disatukan dengan bahan sambal lalu digiling hingga halus.

“Di sekitar wilayah kami di Muaro Jambi, pohon bacang masih mudah ditemukan. Selama buah ini ada, sambal bacang akan selalu menemani makan siang kami,” jelas pendiri Gerakan Muaro Jambi Bersakat [GMJB].

Baca: Sambal Lingkung, Simbol Kearifan Masyarakat Melayu dengan Alam

 

Buah bacang muda di pohon, di lingkungan Candi Muaro Jambi. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Situs National Park Flora and Fauna Web menjelaskan, tinggi pohon bacang bisa mencapai 40 meter, dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Persebarannya di Sumatera, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Singapura, hingga Vietnam.

Kulit kayunya cokelat yang mengeluarkan getah bening seperti pohon manga di seluruh batang hingga buah. Namun, harus hati-hati, jika kena getahnya kulit kita akan gatal.

Bentuk buahnya seperti batu lonjong atau mendekati bulat dengan kulit tebal. Daging buah matang berwarna kuning-jingga pucat hingga kuning, dan berserat.

“Buah berbiji satu dengan besar buah sekitar 6-12 cm,” tulis situs tersebut.

Baca: Mengapa Jenis Ini Dijuluki Anggrek Macan?

 

Sambal bacang yang masih dibuat masyarakat Muaro Jambi. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Manfaat obat

Mengutip IPBiotics, terdapat sejumlah manfaat tumbuhan bacang seperti sebagai obat diare, perut mulas, hingga penambah nafsu makan.

“Bagian yang digunakan adalah buah, biji, daun, dan kulit batang. Terdapat kandungan zat-zat seperti mangiferin, protein, kalsium, fosfor, lemak, Vitamin C, akserofol, saponin, flafonoid, polifenol, hepatoflavin, niasin, dan folasin.”

Baca juga: Smulen, Aren Unggulan Nasional dari Bengkulu

 

Pohon bacang di seputar Candi Muaro Jambi. Tingginya diperkirakan lebih 10 meter. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Penelitian Siska, dari Fakultas Kedokteran Universitas Tanjung Pura, Pontianak, membuktikan khasiat bacang dengan riset berjudul “Efek Infusa Daun Mangga Bacang [Mangifera foetida] Sebagai Anti Mikroba Terhadap Bakteri Enterik [famili Enterobacteriaceae] Pada Tikus Putih [Rattus norvegicus] Galur SpragueDawley Dengan Kekurangan Energi Protein [KEP]” tahun 2015.

Penelitian ini untuk mengetahui potensi daun mangga bacang sebagai agen antimikroba pada bakteri enterik yang terdapat pada tikus Sprague dawley dengan KEP.

“Kekurangan energi protein dapat menyebabkan peningkatan angka kematian melalui komplikasi diare akut. Diare akut pada KEP sering disebabkan oleh infeksi bakteri enterik yang dipicu oleh peningkatan kolonisasi bakteri enterik disaluran pencernaan,” tulisnya.

Metodologi yang dilakukan adalah menggunakan tikus Sprague-Dawley yang dikondisikan malnutrisi selama 7 hari.

“Isolasi bakteri enterik dilakukan dengan metode usap rektal.”

Lalu, tikus itu dilakukan infusa daun mangga bacang dengan variasi konsentrasi dosis 15, 30, 60 dan 120 mg/m. Infusa merupakan ekstraksi yang menggunakan pelarut polar yaitu air.

“Hasilnya, terbukti mangga bacang memiliki kandungan metabolit sekunder berupa steroid/triterpenoid, flavonoid, fenol, dan saponin yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri negatif, penyebab gangguan saluran pencernaan.”

Baca juga: Duku Komering, Si Manis yang Rentan Terhadap Perubahan Iklim

 

Kawasan Candi Muaro Jambi, Provinsi Jambi, yang sekelilingnya ditumbuhi pohon bacang dan durian. Foto: Rahmadi Rahmad/Mongabay Indonesia

 

Penelitian tentang bacang juga dilakukan Ganis Lukmandaru, Kristian Vembrianto dan kolega dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta berjudul “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Kayu Mangifera indica, Mangifera foetida, dan Mangifera odorata Griff” yang dimuat di Jurnal Ilmu Kehutanan Volume VI No. 1, Januari – Maret 2012.

Peneliti melakukan ekstrak dari kayu dan kulit batang tiga spesies mangifera, yaitu mangga [Mangifera indica], bacang [Mangifera foetida], dan kweni [Mangifera odorata Griff] untuk diuji aktivitas antioksidannya. Hasilnya, semua kaya senyawa antiosidan.

“Nilai aktivititas antioksidan tertinggi secara nyata didapatkan pada kulit kweni,” tulis peneliti.

Antioksidan sangat bermanfaat bagi tubuh untuk melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk secara alami saat terjadi proses metabolism di dalam tubuh. Zat ini juga bisa berasal dari luar tubuh, misalnya polusi udara, asap rokok, pestisida, atau obat-obatan.

 

Exit mobile version