Mongabay.co.id

Foto: Perkutut yang Dekat dengan Kehidupan Manusia

 

 

Perkutut jawa [Geopelia striata] merupakan burung yang dekat dengan kehidupan manusia. Kebiasaannya, sering mengunjungi ladang atau taman hijau terbuka secara berkelompok kecil maupun berpasangan.

Ukuran tubuhnya tergolong kecil, sekitar 21 sentimeter, berwarna cokelat dan sering mencari makan di atas permukaan tanah. Tubuhnya ramping dengan ekor panjang. Iris dan paruhnya abu-abu, sementara kakinya merah jambu tua.

Suaranya merdu, seperti siulan bernada “per-ku-tu-tut.”

Baca: Perkutut Jawa, Burung dengan Keunikan Katurangga

 

Burung perkutut yang sering terlihat di tanah. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Namanya tetap perkutut jawa, meski jenis ini tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok, selain juga di Filipina dan Semenanjung Malaysia. Burung yang banyak dipelihara ini,   diintroduksi ke seluruh wilayah Asia Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain di Indonesia.

Di Yogyakarta, perkutut ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi melalui keputusan Gubernur Nomor: 385/KPTS/1992 tentang Penetapan Identitas Flora dan Fauna Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Baca: Mewaspadai Perdagangan Burung Kicau Asli Indonesia di Platform Online

 

Perkutut sering kita lihat di taman terbuka hijau. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Burung yang masuk Ordo Columbiformes ini merupakan pemakan serangga dan gulma, sehingga sangat bermanfaat di alam, berperan sebagai pengendali alami ekosistem lingkungan.

“Di tempat tinggal kami, perkutut masih cukup mudah ditemukan karena tidak banyak perburuan. Burung ini biasa turun ke tanah mencari makan,” ungkap Sulaiman, warga Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Senin, 17 Oktober 2022.

Baca: Jangan Pergi Lagi, Bondol Haji

 

Perkutut memiliki suara indah. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Menurut dia, perkutut sering membuat sarang di pepohonan pekarangan masyarakat Lhoknga, karena tidak ada yang mengganggu atau menangkapnya.

“Memang ada yang memelihara, tapi tidak banyak. Burung itu jauh lebih bermanfaat di alam bebas, ketimbang di sangkar,” ujarnya.

Baca juga: Kreatifnya Kaysan, Remaja Penggagas Amati Burung di Sekitar Rumah

 

Perkutut sering mengunjungi halaman rumah yang ditumbuhi pohon. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Sulaiman mengatakan, pagi hari sambil di halaman rumahnya, sering terlihat pasangan perkutut turun ke tanah mencari makan.

“Suaranya sangat merdu terdengar, jadi tidak perlulah kita tangkap dan kurung, kasihan. Coba bayangkan, kita yang dikurung, pasti menderita. Biarkan mereka hidup bebas di alam dengan pasangannya,” katanya.

 

Membiarkan perkutut hidup di alam jauh lebih bermanfaat ketimbang mengurungnya di kandang. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Perkutut masih saja diburu, dengan alasan untuk dipelihara.

“Perkutut ditangkap dan dijual ke luar Aceh, karena ada permintaan,” ungkap Rahmat Zubir, warga Kota Langsa, Aceh.

Rahmat berharap, perburuan burung perkutut bisa dihentikan karena sangat berpengaruh dengan populasinya di alam.

“Jangan sampai seperti burung murai batu, kucica, dan kerak kerbau yang terus diburu untuk diperjualbelikan, sehingga mulai sulit ditemukan di alam,” ungkapnya.

 

Exit mobile version