Mongabay.co.id

Kala Bencana Datang Bertubi-tubi

 

 

 

 

 

Banjir, longsor, sampai puting beliung melanda berbagai daerah di Indonesia sepanjang Oktober ini seakan tiada henti, dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan daerah lain. Korban jiwa berjatuhan, puluhan ribu orang mengungsi, belum lagi kerusakan maupun kehilangan harta benda.

Di Lampung Selatan, Lampung, banjir pada 27 Oktober lalu menelan korban jiwa. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Selatan, menyebutkan, tiga orang meninggal dunia dan satu hilang terkena banjir di empat kecamatan meliputi Kecamatan Sidamulya, Kitabung, Candipulo dan dan Kalianda ini.

Banjir juga merendam 697 rumah dan terdampak pada sekitar 697 keluarga. Sekitar 200 warga terpaksa mengungsi.

Sebelum itu, di Sukabumi, Jawa Barat, 24 Oktober lalu, tiga orang meninggal dunia tertimbun tanah longsor di Kampung Ciletik, Desa Pasirdatar Indah, Kecamatan Caringin, Sukabumi. Kaji cepat Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi, longsor diduga karena rembesan air ke dalam tanah dari kolam pemancingan umum di bagian atas rumah.

Ketika hujan intensitas tinggi, struktur tanah labil tanpa penguat membuang lereng terkikis rembesan air dan longsor menimpa permukiman.

“Di atas rumah korban ada kolam pemancingan umum. Ketika kolam diisi air kok tidak penuh-penuh. Artinya, ada kemungkinan air merembes ke dalam tanah. Hujan turun lebat. Jadilah tanah longsor,” kata Hadi, Kasi Kedaruratan Logistik BPBD Jawa Barat.

Sehari sebelum itu, tanah longsor juga menelan tiga koban jiwa di Tulungagung, Jawa Timur. Dari rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, tiga warga Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Tulungagung, meninggal dunia 23 Oktober lalu setelah hujan intensitas tinggi mengguyur sekitar lokasi.

 

Longsor di Sukabumi. Foto: BNPB

 

Nursono, Kasi Kedaruratan BPBD Tulungagung, mengatakan, saat itu warga bergotong-royong membersihkan material longsoran yang sebelumnya terjadi dan menutupi jalan desa.

Usai bersih-bersih, korban bersama beberapa warga istirahat. Selang beberapa saat, tiba-tiba terjadi tanah longsor susulan menimpa warga. Dari kejadian itu, katanya, tiga orang meninggal dunia, dua patah tulang dan luka ringan.

Di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, sejak 14 Oktober banjir menggenangi beberapa kecamatan. Dari pantauan BPBD hingga 25 Oktober banjir terus terjadi bahkan tinggi muka air cenderung naik. BPBD Kotawaringin Barat menyatakan, sekitar 2.568 keluarga atau 7.533 jiwa mengungsi di beberapa titik.

Jambi pun tak luput dari bencana. Pada 23 Oktober lalu di Kabupaten Merangin, guyuran hujan menyebabkan peningkatan air di Daerah Aliran Sungai Batang Masumai dan Batang Tantan hingga meluap ke permukiman warga 50 -100 sentimeter.

Rilis BNPB menyebutkan, data BPBD Merangin mencatat, banjir terdampak pada 241 keluarga atau 1034 jiwa. Sekitar 242 rumah dan dua tempat ibadah terendam banjir.

Bukan hanya banjir dan longsor, puting beliung pun menyebabkan kerusakan dan warga luka-luka seperti terjadi di Sidoarjo, Jawa Timur pada 23 Oktober lalu. Hari itu, hujan deras disertai angin kencang menghantam Sidoarjo hingga menyebabkan 294 rumah warga, satu fasilitas pendidikan dan satu tempat usaha rusak. Pohon pun banyak bertumbangan kena terjangan angin kencang.

BNPB pun mengimbau kepada pemangku kebijakan di daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan terutama menghadapi potensi bencana karena cuaca ekstrem.

Langkah yang dapat dilakukan seperti, memangkas dan memotong ranting pohon yang rapuh dan akan membahayakan masyarakat, pengecekan kekuatan atap rumah dan bangunan sekitar.

“Jika terjadi angin kencang diharapkan tidak berlindung di bawah bangunan rapuh, papan reklame dan pepohonan dengan ranting panjang dan rapuh,” kata Abdul Muhari, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB dalam rilis kepada media.

 

Petugas mengevakuasi warga di Malang, yang terkena banjir bandang. Foto: BPBD

 

Hujan deras juga mengguyur Malang, Jawa Timur pada 18 Oktober lalu menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor. Sebagian kawasan terisolasi, lantaran jalan utama putus tak bisa terakses personel tim reaksi cepat.

Irawan Sadono, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, mengatakan, banjir dan tanah longsor menerjang 12 desa tersebar di delapan kecamatan. Ia merendam ribuan rumah dan ratusan jiwa mengungsi. Tak ada korban jiwa dalam kejadian ini.

Banjir dan tanah longsor menerjang Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Desa Sitiarjo (Kecamatan Sumber Manjing Wetan), Desa Pujiharjo dan Purwodadi (Kecamatan Tirtoyudo), Desa Bandung Rejo (Kecamatan Bantur), Desa Srimulyo dan Sukodono (Kecamatan Dampit). Kemudian, Desa Sumberoto (Kecamatan Donomulyo), Desa Gajahrejo dan Sidodadi (Kecamatan Gedangan), serta Desa Sumbemanjingkulon dan Pandanrejo (Kecamatan Pagak).

Ketinggian air di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, mencapai dua meter.

 

Warga coba membersihkan gelondongan kayu terseret banjir bandang di Desa Lebakharjo, Ampelgading, Kabupaten Malang. Foto: PMI Kabupaten Malang.

 

Dampak banjir, sekitar 10 rumah di pesisir Pantai Bajulmati, Desa Gajah Rejo, Kecamatan Gedangan terendam air hingga 1,5 meter. Perabot rumah tangga, barang elektronik dan sepeda motor juga terendam. “Laptop, printer rusak terendam banjir,” kata Sutari, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Pilar Harapan.

Pegiat konservasi penyu Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC) ini sempat terjebak banjir. Dia tengah menyiapkan bersih pantai Ungapan sekitar satu kilometer. Saat kembali, Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan Pantai Ungapan-Pantai Bajulmati tergenang air lebih satu meter.

Wahyu Pratomo, pegiat BSTC bilang, menara pantau hancur terseret banjir dan kondang atau danau di Bajulmati jebol. Bahkan, puluhan pohon cemara di BSTC hanyut. “Banjir kali ini terbesar sepanjang sejarah di Bajulmati,” kata Wahyu.

Banjir juga melanda sejumlah kawasan di Jawa Timur, seperti Trenggalek, Tulungagung dan Blitar.

 

 

Budi Santoso, Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur dalam laporan tertulis menyebutkan, banjir di Blitar melanda 11 desa tersebar di lima kecamatan yakni Binangun, Panggungrejo, Sutojayan, Wonotirto dan Wates. Ketinggian air rata-rata 20-100 centimeter.

Ratusan rumah terencam banjir dan lebih 460-an jiwa mengungsi. Sekitar 33 kambing dan ribuan ayam petelor hanyut. “BPBD Jawa Timur mengirimkan tim reaksi cepat, bantuan sembako, perahu karet dan mendirikan dapur umum,” kata Budi.

Prakiraan Stasiun Iklim Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso curah hujan di Jawa Timur sepanjang Oktober 2022 berkisar antara 15 milimeter sampai 773 milimeter per. Di Malang, curah hujan antara 200 milimeter-500 milimeter per bulan.

Firda Amalia Maslakah, Prakirawan Stasiun Iklim Klimatologi BMKG Karangploso, mengatakan, sebagian wilayah Jawa Timur memasuki musim penghujan. Dengan kondisi dinamika atmosfer yang mendukung pertumbuhan awan-awan hujan ini, katanya, perlu waspada potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang dan puting beliung.

 

Pembalakan liar di kawasan hutan lindung Sendiki, Tambakrejo, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Jaga hutan tersisa

Walhi Jawa Timur menuding kerusakan kawasan hutan di Malang menjadi biang keladi banjir bandang dan tanah longsor. Selain cuaca ekstrem, kerusakan kawasan hutan di Malang juga menjadi penyebab banjir. Luas kawasan hutan di Kabupaten Malang 85.400 hektar, 42.300 hektar kawasan hutan lindung, dan kawasan hutan produksi 43.100 hektar.

Sebagian kawasan hutan lindung rusak. Untuk itu, Purnawan D. Negara , Dekan Fakultas Hukum Universitas Widyagama, Malang, mengatakan, perlu upaya serius dalam menata ruang dan kawasan lindung di Kabupaten Malang. Caranya, dengan mengembalikan reboisasi kawasan untuk mengembalikan fungsi hutan. Sesuai rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kabupaten Malang, katanya, hampir 60% area Malang Selatan merupakan bentang kars. “Berfungsi menyimpan air, hingga harus dijaga untuk mencegah bencana.”

Dia menilai, konsep perhutanan sosial menjadi pintu masuk dalam mengembalikan hutan kritis dan menyejahterakan petani. Selama ini, katanya, warga sekitar hutan hidup miskin, satu sisi, hutan menyimpan kekayaan alam.

 

Gelondongan kayu terseret banjir bandang di Desa Lebakharjo, Ampelgading, Kabupaten Malang. Foto: PMI Kabupaten Malang.

 

Salah satunya, dengan ditopang konsep ekonomi kerakyatan dengan menanam aneka jenis pepohonan buah. Jadi, tegakan vegetasi tetap terjaga, dan warga mengambil manfaat dari buahnya. Dia contohkan, tanam pohon durian, nangka, alpukat, cengkeh, kopi dan kelapa serta lain-lain.

“Malang Selatan berpotensi jadi sentra buah durian, nangka, alpukat. Serta berpotensi didirikan pabrik pengolah nangka, minyak kelapa, dan santan,” kata Purnawan.

Protection of Forest & Fauna (Profauna) tengah melakukan reboisasi kawasan hutan kritis di Malang Selatan. Ia meliputi kawasan hutan rusak antara lain Hutan Lindung Sendiki dan Apusan. “Tersisa hutan lindung hanya di Kondangmerak dan sebagian Balekambang,” kata Rosek Nursahid, Ketua Profauna.

 

Kawasan hutan lindung Sendiki, Tambakrejo, Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang yang masih terjaga. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Selama dua tahun terakhir, Profauna melibatkan petani menanam aneka jenis tanaman buah, seperti sirsak, alpukat, nangka, cengkih, dan durian. Dia bilang, perlu waktu empat sampai lima tahun untuk mengembalikan fungsi hutan menahan longsor dan banjir.

Bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Maju Mapan Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang mengelola 289 hektar dalam program perhutanan sosial. Sekitar, 30 hektar di kawasan hutan lindung dan 258 hektar sisanya di kawasan hutan produksi.

KTH Maju Mapan memiliki empat kebun bibit rakyat. Setiap kebun bibit menyiapkan 60.000 bibit. Mereka menanam pohon sengon 30.000, 20.000 sirsak, dan 10.000 alpukat di kawasan hutan produksi. Di kawasan hutan lindung, ditanami 45.000 bibit sirsak, dan 15.000 alpukat.


***

Bencana banjir maupun longsor tak hanya terjadi di sepanjang Oktober. Pada September 2022 pun bencana mulai melanda di berbagai daerah seperti di Sumatera Barat. Sejak awal sampai pertengahan September, Sumbar kena banjir dan longsor berulang.

BPBD Kota Padang menyebut, beberapa titik jalan terhalang material longsor di Kelurahan Teluk Kabung Tengah, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, awal September.

Dua hari berselang, longsor juga terjadi di Sitinjau Lauik, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang.

Sitinjau lauik merupakan jalan nasional yang kerap mengalami longsor, hujan beberapa jam saja sudah dipastikan material longsor akan menghantam jalan penghubung lintas provinsi ini.

Kemudian 21 September longsor di Desa Batu Busuk, Kelurahan Lambuang Bukit, Kota Padang.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa longsor yang terjadi pada rabu malam itu, namun akses jalan masuk dan keluar desa ini menjadi terhambat karena tertimbun material longsor.

 

Longsor juga terjadi di kawasan Sitinjau Lauik, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, 5 September lalu, Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Selain beberapa titik di Kota Padang, banjir disertai longsor juga terjadi di Pasaman Barat. Dua hunian sementara di Jorong Limpato, Nagari Kajai, Kecamatan Talamau diterjang banjir. Dua rumah yang ditinggali korban gempa pada Februari silam, hanyut terbawa banjir.

Prof Isril Berd, pakar lingkungan Universitas Andalas, mengatakan, topografi Padang terdiri atas lereng bagian Bukit Barisan dengan luas 1.414,96 kilometer persegi. Dari luas ini, hanya 30% layak huni, atau area pemukiman, 70% perbukitan.

Kondisi topografi ini, katanya, jadi satu faktor penyebab banjir dan longsor. Padang sudah masuk musim penghujan sesekali disertai cuaca ekstrem.

“Ini berarti intensitas hujan bisa sangat tinggi, bisa melebihi 100 milimeter per durasi hujan. Apalagi Kota Padang ini, curah hujan tertinggi dibandingkan kota-kota lain, dengan rata-rata 4.500 meter per tahun per curah hujan. Di kota-kota lain hanya 3.000-3,500,” kata Ketua Forum DAS Padang ini.

Apalagi di daerah Universitas Andalas bisa sampai 5.000 milimeter per-tahun. Berarti perbulan itu bisa mencapai 300 milimeter.

Kota Padang pada tempat-tempat tertentu/kawasan tertentu durasi hujan itu ada yang mencapai 100 milimeter bahkan 200 milimeter satu kali durasi, ini karakter curah hujan di kota Padang.

Untuk antisipasi bencana, katanya, ada beberapa hal mesti dilakukan, pertama, pulihkan tutupan lahan, daerah-daerah kritis tanam segera. Untuk daerah rawan longsor seperti Sitinjau Lauik harus dibeton. “Buat pancang beton seperti membangun gedung bertingkat, atau jembatan.”

Untuk Nagari Kajai, Pasaman Barat, Isril menyebut itu kawasan rawan gempa. Penyebab banjir bandang, katanya, karena hujan disertai getaran gempa.

“Akibatnya jadi lepas tanah itu.”

 

Longsor di Jalan Kelok S menuju Sungai Pisang, jalan menuju PLTU Teluk Sirih, dan di Sekretariat Koperasi Anak Nagari Teluk Kabung (Kanteka). Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Kalau ada lereng tak ada penguatan, katanya, tak ada pohon atau lahan terbuka itu pasti terancam longsor. Lereng yang biasa ada vegetasi hutan lalu pangkal lereng dipangkas, dipotong biasanya untuk pelebaran jalan itu menyebabkan longsor, ia diterjang air hujan,” katanya.

Selain gempa, getaran yang akhirnya memicu tanah bergerak juga bisa sebabkan pohon besar \.

Wisnu Arya Gemilang, ahli geologi lingkungan menyebut secara umum lokasi Sitinjau Lauik berdasarkan pengamatan citra DEM– untuk mengetahui karakteristik topografi–, memperlihatkan Sitinjau Lauik pada elevasi 1084.006m dari permukaan laut. Secara geomorfologi daerah itu merupakan lereng bukit dengan karakteristik curam-sangat curam.

Selain itu, katanya, fenomena bencana longsor tidak hanya karena karakteristik topografi atau geomorfologi, namun batuan penyusun wilayah itu juga parameter pemicu longsor.

Longsor di Sitinjau Lauik, katanya, seirng terjadi saat intensitas hujan tinggi, kemudian tanah mengalami kejenuhan air. Dengan karakteristik topografi dan geomorfologi daerah curam-sangat curam serta karakteristik batuan yang berupa material lepas,ehingga memudahkan terjadi pergerakan tanah pada bidang gelincir topografi yang curam itu

Senada dengan Ahli Geologi Sumbar, Ade Edward. Dia mengatakan, ancaman longsor di Sitinjau Lauik sebaiknya ditangani sejak dini. Hal itu, agar tidak menimbulkan korban karena lokasi longsor merupakan jalur transportasi sibuk.

“Kondisinya memang sudah pada tingkat risiko tinggi untuk terjadi longsor susulan,” ujar Ade saat dihubungi Mongabay.

Dia bilang, pihak terkait mesti melakukan penilaian (rapid assessment) untuk meminimalisir kemungkinan longsor menimbulkan korban jiwa. Perlu kajian cepat untuk mengetahui secara lebih rinci kondisi geologisnya.

“Seperti posisi dan dimensi bidang gelincir, seberapa banyak volume tanah batuan yang dalam kondisi labil yang siap untuk longsor dan hal-hal terkait stabilitas lereng sekitarnya.”

Menurut Ade, Sitinjau Lauik merupakan kawasan batuan bukit barisan yang didominasi oleh pelapukan batuan vulkanik berupa tanah liat, lempung pasir dengan batuan berukuran kerikil sampai bongkahan besar.

Tanah liat dan lempung pasiran itu, bersifat sangat elastis. Jika terkena air akan mudah melunak hingga mudah memicu gerakan tanah pada tebing.

“Dengan diketahui kondisi geologis secara detail akan dapat ditentukan langkah antisipasi dalam penguatan risiko bencana.”

 

Banjir di Majene, penghujung Oktober 2022. Foto: BNPB

 

Pemerintah daerah siaga

Letjen TNI Suharyanto, Kepala BNPB, mengingatkan pemerintah daerah mempersiapkan diri menghadapi potensi cuaca ekstrem di Indonesia.

Dia meminta, BPBD dan komponen penanggulangan bencana di daerah mempersiapkan alat, perangkat dan personel untuk menghadapi bencana. “Perkuat patroli dan pemantauan di daerah-daerah rawan untuk percepatan respon kedaruratan masyarakat ketika terjadi bencana,” katanya dalam rilis kepada media.

Untuk jangka panjang, katanya, perlu benahi tata kelola lingkungan agar bencana seperti banjir tak terulang kembali.

Masyarakat juga diimbau senantiasa meningkatkan kesiapsiagaan dan waspada akan bahaya cuaca ekstrem. Dia bilang, musim penghujan akan berlangsung hingga April 2023.

Dia minta masyarakat memantau informasi seputar prakiraan cuaca dan penanggulangan bencana berkala melalui kanal resmi BNPB, BPBD, BMKG, maupun pemerintah daerah.

 

 

******

 

Exit mobile version