Mongabay.co.id

Seruan Pemuda: Negara Maju Setop Danai Proyek Perusak Iklim

 

 

 

 

Bumi sedang sakit, suhu badan mulai naik karena ulah manusia yang hidup di dalamnya. Sang pahlawan, Power Rangers pun datang coba selamatkan bumi. Mereka mendesak pemimpin negara-negara maju yang tergabung dalam G7 untuk berhenti biayai proyek-proyek pembangunan yang mempercepat krisis iklim. Begitu parodi pahlawan super itu mewarnai peringatan Hari Sumpah Pemuda di Jakarta, 28 Oktober lalu.

Mereka ini perwakilan pemuda dari sejumlah organisasi antara lain dari 350 Indonesia, Climate Rangers Jakarta, Extinction Rebellion, Koprol Iklim, Market Forces dan BEM FMIPA Universitas Indonesia.

“G7 Stop Support on False Solution.” Antara lain bunyi spanduk yang mereka bawa di Kedutaan Besar Jepang dan Amerika Serikat. G7 adalah kelompok negara yang terdiri dari Kanada, Prancis, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang dan Italia. Negara-negara besar ini nanti juga jadi bagian dalam pertemuan G20 di Bali, November ini.

Kekuatan finansial negara-negara ini dinilai berkontribusi terhadap baik-buruknya kondisi bumi. Mereka masuk ketegori penyumbang emisi terbesar di dunia, juga kelompok yang dapat mempengaruhi kebijakan pembangunan di negara-negara berkembang.

 

Aksi generasi muda desak negara-negara maju tak danai proyek perusak iklim. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Ginanjar, perwakilan Climate Rangers Jakarta mengatakan, negara-negara G7 sebenarnya sudah bikin langkah positif dengan kebijakan just energy transition partnership (JETP). Karena krisis iklim akan menimbulkan dampak besar, maka JETP harus ada komitmen yang sama besarnya.

Dalam pertemuan G20 nanti, dia mendesak negara-negara G7 tak lagi mendanai proyek-proyek pembangunan yang masih gunakan energi fosil. “Kami mau solusi efektif dan tepat sasaran, yaitu transisi 100% ke energi terbarukan. Kami enggak mau diberikan solusi palsu,” katanya, kepada Mongabay.

Solusi palsu yang dimaksud yakni investasi di sektor gas bumi, semua bentuk co-firing batubara dengan biomassa, penerapan carbon capture and storage pada PLTU batubara, hilirisasi batubara, juga alih teknologi energi fosil.

Metode co-firing yang mencampur batubara dengan biomassa, misal, dianggap tak akan membawa Indonesia pada transisi energi sejati.

Ary, peserta aksi dari Extinction Rebellion mengatakan, upaya penurunan emisi gas rumah kaca pada sektor energi tidak bisa ditekan hanya dengan teknologi pencamuran bahan bakar semata.

Karena proses pembakaran lewat metode itu tetap memberi dampak buruk bagi lingkungan. Selain menghasilkan polusi, sumber biomassa juga dari sawit yang dalam rantai pasok beriko menciptakan banyak masalah, seperti merusak hutan.

“Porsi sampah dan limbah hasil hutan hanya 1-5%, sisanya, 95% tetap batubara. Ketika jadi bahan bakar pembangkit, ada proses pembakaran pula yang menghasilkan gas karbondioksida,” kata Ary.

 

Aksi pemuda serukan negara G7 setop pembiayaan solusi palsu. Foto: Falahi Mubarok Mongabay Indonesia

 

Dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda, para peserta aksi berupaya menyerukan aspirasi generasi muda tentang masa depan bumi yang lebih baik, terutama di Indonesia. Mereka percaya, kebijakan iklim dan lingkungan yang dibuat akan berdampak bagi kehidupan generasi mendatang.

Power Rangers yang ditampilkan pada aksi itu menjadi peringatan bagi negara-negara G7 agar mampu memastikan perbaikan iklim. “Power Rangers diibaratkan sebagai penjaga kelestarian lingkungan hidup, yang menyelamatkan bumi dari solusi semu dan palsu,” kata Ben, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas MIPA Universitas Indonesia.

Dia khawatir, kehidupan generasi mendatang akan terancam kalau masalah iklim tidak bisa segera diselesaikan. Perubahan iklim, tak hanya berdampak pada lingkungan hidup juga ekonomi, sosial dan membuat banyak negara makin rentan

Atas dasar itu, dia mendesak negara-negara G7 fokus pada pembangunan sektor energi terbarukan, dan solusi-solusi massif yang bisa diterapkan dalam waktu dekat. Pendanaan-pendanaan yang ditawarkan, katanya, mesti mampu mengakselerasi dan merealisasikan transisi energi di dunia, tanpa mencederai hak-hak sipil dan politik warga negara.

 

Aksi teatrikal henerasi muda untuk mendesak negaranegara maju setop pembiayaan rusak iklim. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

Selain menampilkan parodi, spanduk dan poster-poster berisi perbaikan iklim, para pemuda dalam aksi itu juga membuat surat terbuka bagi negara-negara G7. Isinya, pertama, tak memberikan ruang terhadap pendanaan solusi palsu yang sekarang jadi wacana dominan di Indonesia.

Kedua, memastikan seluruh transisi energi berjalan transparan. Dalam surat terbuka itu mereka meminta pemimpin negara G7 untuk membuka informasi dan ruang dialog terkait mekanisme pendanaan transisi energi di Indonesia.

Ketiga, memenuhi hak dan kebebasan berekspresi masyarakat sipil di KTT G20 Bali. Para pemuda yang tergabung dalam aksi itu percaya, pemenuhan kebebasan berekspresi adalah langkah awal memastikan transparansi dan ruang dialog dengan publik.

 

Negara-neara maju, setop danai aksi merusak iklim. Foto: Falahi Mubarok/ Mongabay Indonesia

 

********

 

 

 

Exit mobile version