Mongabay.co.id

Kapal Tongkang Batubara Kandas di Perairan Konservasi Pulau Nusa Barung Jember

 

Gelombang air tampak tenang. Terlihat sebuah kapal tongkang bermuatan batubara yang terdampar miring nyaris tenggelam. Muatannya terlihat seperti gunung yang dikeruk separuh, tumpah nyaris setengahnya.

Itulah visual yang tergambar dalam sebuah video amatir dari kanal Youtube bernama Aden Jawa. Peristiwa itu terjadi di sekitar perairan Teluk Cambah, Pulau Nusa Barung atau Nusa Barong, kawasan konservasi yang masuk wilayah Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Jumat 4 November 2022 lalu.

“Ada (kapal) tenggelam karena kelebihan muatan. Ini tongkangnya. Dan itu (kapal) tugboatnya, Trisakti Banjarmasin,” begitu suara dalam video tersebut.

Keesokan harinya, Sabtu, 5 November, Satuan Polisi Air (Satpolair) Kepolisian Resor (Polres) Jember melakukan pengecekan ke lokasi.

“Saya selaku KBO (Kaur Bin Ops) Satpolair Polres Jember bersama 3 orang anggota melaksanakan pengecekan atas terjadinya kebocoran dari (kapal tongkang) Gold Trans 304 yang ada di belakang saya ini. Dan melaksanakan pengecekan atas ABK yang ada di (kapal) tugboat Trans untuk memastikan keselamatannya. Pada saat ini, (kondisi) masih dalam keadaan aman, kondusif, dan masih dapat dikendalikan,” tutur Aiptu Agus Riyanto, yang memimpin pengecekan dalam video rilisnya dari lokasi kejadian.

baca : Nelayan Resahkan Kapal Pengangkut Batubara yang Kandas Mencemari di Perairan Masalembu

 

Kapal tongkang bermuatan batubara kandas di perairan teluk Cambah, Pulau Nusa Barong, Jember, Jatim. Foto : tangkapan layar kanal Youtube Aden Jawa

 

Sedangkan Kapolres Jember, AKBP Hery Purnomo dalam keterangan tertulis, Minggu 6 November 2022, mengatakan pihaknya menerjunkan personil ke lokasi kejadian setelah mendapatkan informasi awal dari warga setempat.

Hasil pengecekan menemukan bahwa selain terjadi kebocoran pada lambung kiri kapal tongkang pengangkut batubara, juga terjadi kerusakan mesin pada kapal tugboat Trisakti Banjarmasin, penarik kapal tongkang tersebut.

Kemudian personil Satpolair, membantu pengurasan air yang masuk ke lambung kapal sehingga kemiringan kapal dapat berkurang. Akan tetapi karena mesin kapal tugboat rusak, evakuasi kapal tidak sampai ke pinggir dekat pantai.

Personil Satpolair juga mengalami kesulitan mengevakuasi ABK tugboat karena saat itu terjadi cuaca sangat ekstrem. Sehingga proses evakuasi terpaksa harus ditunda keesokan harinya.

“Mesin kapal mengalami kerusakan. Sementara, kapal masih ada di sekitar perairan Nusa Barong. Menunggu perbaikan dari pihak perusahaan. Selain itu, kondisi cuaca cukup ekstrem. Bahkan ombaknya mencapai 3 meter,” jelas Herry.

AKBP Hery mengimbau, agar nelayan atau kapal yang hendak melintas di sekitar perairan tersebut untuk tetap waspada karena cuaca yang sangat ekstrem

baca juga : Pemerintah Didesak Tuntaskan Kasus Pencemaran Batubara di Perairan Masalembu

 

Tim Satpolair Jember saat melakukan pengecekan di lokasi terdamparnya kapal tongkang KM. Gold Trnas 304 pengangkut batubara di sekitar Pulau Nusa Barong. Foto: tangkapan layar video rilis Satpolair Jember

 

Sedangkan Margono (55), Nahkoda Kapal KM.Gold Trans 304 itu dalam rilis Polres Jember, Senin, 7 November 2022 membenarkan kapal tongkangnya mengalami kebocoran pada lambung kapal sebelah kiri sehingga membuat kapal miring dan akhirnya terdampar di perairan sekitar pulau Nusa Barong.

Diketahui, kapal tongkang itu berlayar dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan dengan tujuan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pacitan, Jawa Timur. Kapal itu bermuatan sekitar 7.400 ton batubara. Jumlah ABK sekitar 10 orang.

Sementara Kepala Satpolair Polres Jember, AKP Muhammad Na’i, kepada Mongabay mengatakan kasus itu sudah ditangani pihak perusahaan terkait dan pihaknya tidak mengikuti perkembangan kasus itu lagi.

“Itu sudah seminggu yang lalu. Sekarang sudah di-handle perusahaannya. Kami tidak mungkin mengikuti terus perkembangannya. Yang penting harkamtibmas di wilayah perairan Jember aman dan terkendali, serta tidak ada dampak negatif pada lingkungan,” jelasnya, Sabtu 12 November 2022.

baca juga : Warga Mengadu Lambatnya Penanganan Cemaran Tumpahan Batubara di Celukan Bawang

 

 

Kejadian Berulang Tanpa Penyelesaian

Wahyu Eka Setiawan, Direktur WALHI Jawa Timur meminta Pemkab Jember berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemprov Jatim dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Gakkum KLHK untuk menangani terdamparnya kapal itu dan memitigasi dampak tumpahan batubaranya pada ekosistem perairan dan penghidupan nelayan sekitar.

“Kami menyoroti pencemaran di wilayah lautan ini tidak pernah ada tindakan yang serius. Kalau pun ditangani pun harus menunggu ditekan (pihak lain), tetapi lagi-lagi hasilnya nihil. Sebelumnya kejadian serupa terjadi di (perairan) Masalembu. Memang sudah ada dari KKP atau Gakkum tapi apa tindakan konkritnya pasca itu? Terus penegakkan hukumnya seperti apa? Tidak jelas hingga saat ini,” ujarnya saat dihubungi Senin, 14 November 2022.

Dia bilang, dampak terburuk tumpahan batubara akan mencemari perairan sekitar dan mempengaruhi ekosistem laut dan pesisirnya. Apalagi Pulau Nusa Barong ini masuk kawasan cagar alam yang melindungi ekosistem darat termasuk perairannya beserta biota yang hidup di dalamnya. Bila kasus itu tidak ditangani tuntas, menjadi preseden buruk kedepannya soal tanggung jawab atas lingkungan hidup.

baca juga : Tumpahan Batubara Itu Mencemari Perairan Aceh

 

Pesisir pantai Pulau Nusa Barung, Jember, Jatim. Foto : BBKSDA Jatim

 

Kawasan Konservasi

Menurut data resmi dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pulau Nusa Barong adalah pulau terluar yang terletak di Samudra Hindia. Luasnya 6.100 hektar dan berada di 2,6 kilometer dari lepas Pantai Puger, Jember.

Pulau ini ditetapkan sebagai cagar alam sejak tahun 1920 berdasarkan SK. Gubernur Jendral Hindia Belanda Nomor GB.46 stbl 1920 yang diperbarui dengan SK. Menteri Pertanian No.110/VII/1957.

Cagar Alam Pulau Nusa Barung masuk dalam kawasan hutan di wilayah Provinsi Jawa Timur seluas 1.361.146 hektar, sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No.SK.395/Menhut-II/2011. Status itu kemudian menjadi Suaka Margasatwa (SM) melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.314/MENHUT-II/2013 tanggal 1 Mei 2013.

BBKSDA Jawa Timur menyebutkan Pulau Nusa Barung ini memiliki ekosistem hutan pantai berupa tumbuhan mangrove dan mangrove ikutan. Sedangkan satwanya antara ada penyu hijau yang sering mendarat untuk bertelur, penyu sisik, biawak, dan ular piton.

Sedangkan dalam ekosistem hutan daratnya terdapat beberapa jenis satwa seperti mamalia, primata dan burung, yaitu rusa (Cervus timorensis), kera abu-abu (Macaca fascicularis), lutung (Trachypithecus auratus), babi hutan (Sus Sp). Jenis burungnya seperti elang laut (Haliarctus reincogaster), raja udang (Halcyon Sp), kuntul (Egreta Sp), walet (Collocalia esculenta), ayam hutan (Gallus gallus) dan kangkareng (Bucerus Sp).

 

Exit mobile version