Mongabay.co.id

“Oasis Kehidupan” Tersembunyi Ditemukan Jauh di Bawah Lautan Maladewa

 

Bila padang pasir identik dengan oasis sebagai suatu daerah yang subur karena keberadaan mata air, maka kondisi serupa tapi tak sama juga terdapat di lautan. Laut memiliki “oasis” tersendiri karena dipenuhi sumber makan bagi habitat ikan.

Sebuah misi menggunakan kapal selam baru-baru ini dilakukan di sekitar gunung laut dalam di kepulauan Maladewa, di Samudra Hindia. sekitar 700 km sebelah selatan-barat daya India. Lokasi ini diketahui memiliki jenis ekosistem baru yang tengah berkembang. Menurut peneliti, temuan ini belum pernah dijelaskan sebelumnya.

Lokasi tempat dilakukan penelitian itu bernama The Trapping Zone. Sebuah daerah sedalam 500 meter di mana ikan-ikan besar berkumpul untuk berpesta makanan karena terdapat banyak nekton mikroskopis. Micronekton mirip dengan zooplankton, dengan ukuran antara antara 2 dan 20 sentimeter.

Organisme kecil ini secara aktif berenang di antara permukaan laut dan perairan. setiap malam di kedalaman 1 kilometer, mereka menciptakan gelombang migrasi vertikal saat ikan yang lebih besar mengikuti mereka untuk santapan makan.

Dan laut Maladewa memiliki “oasis” tersembunyi itu. Sebab wilayahnya terletak di bagian tengah pegunungan laut bernama “Laccadive-Chagos Ridge” yang membentang dari utara ke tengah Samudra Hindia. Maladewa sendiri adalah negara paling datar di dunia tanpa sungai dan tanpa bukit. Titik tertingginya (di Pulau Villingili) hanya 2,4 meter di atas permukaan laut, dengan permukaan tanah rata-rata hanya sekitar 1,5 meter.

baca : Makhluk Laut Dalam Aneh Ini Hidup di Bangkai Kapal Endurance di Antartika

 

Hiu bramble terlihat di ‘“The Trapping Zone” di laut dalam perairan Maladewa. Foto : Misi Nekton Maladewa

 

Mengapa ada tempat seperti itu di sana?

Ya, Maladewa adalah rantai 26 atol karang yang termasuk atol terbesar di dunia. Atol adalah puncak dari sisa-sisa rantai gunung berapi cekung yang terbentuk sekitar 60 juta tahun yang lalu. Dari 1.190 pulau di Maladewa, hanya 200 yang dihuni. Dan hanya sekitar 30 pulau yang menjadi rumah bagi lebih dari 1.000 penduduk.

Misi bernama “Maladewa Nekton” dilakukan pada 4 September hingga 7 Oktober 2022 dengan melakukan survei sistematis pertama dan pengambilan sampel Maladewa dari permukaan hingga ke dalaman 1.000 meter.

Misi ini merupakan studi pertama untuk memetakan perairan dalam Maladewa. Dalam prosesnya, misi tersebut melibatkan lembaga penelitian nirlaba Nekton, Pemerintah Maladewa, dan para peneliti di Universitas Oxford. Berdasarkan pergerakan mikronekton, misi itu menemukan ekosistem baru di sekitar gunung laut dalam Satho Rahaa.

Saat matahari terbit setiap hari, organisme kecil (mikronekton) mulai berenang ke kedalaman laut dari permukaan. Namun, di dekat punggungan gunung vulkanik yang terendam dan fosil terumbu karbonat yang terbentuk 60 juta tahun yang lalu, membuat mikronekton terjebak dan tidak bisa menyelam lebih dalam dari sekitar 500 meter.

Terperangkap oleh topografi, mikronekton pun menjadi sasaran empuk bagi predator yang lebih besar, seperti gerombolan tuna, hiu, dan ikan laut dalam lainnya seperti spiky oreos, alfonsinos, dan spiny dogfish yang berada di zona tersebut.

baca juga : Kecoak Raksasa Ini Ditemukan di Laut Dalam Indonesia

 

Kapal selam Omega Seamaster II yang digunakan dalam misi penelitian memetakan kondisi perairan Maladewa dan menemukan oasis kehidupan bawah laut. Foto : Misi Maladewa Nekton/Nekton 2022

 

Dalam kapal selam gelembung kaca bernama Omega Seamaster II, awak kapal selam atau aquanauts dalam misi menyaksikan ekosistem predator dan mangsa yang penuh pertempuran di kedalaman.

Tim peneliti tidak hanya menghitung ikan dalam jumlah besar, mereka juga melihat keanekaragaman yang besar. Kapal selam mereka menyorot berbagai jenis hiu seperti hiu insang, hiu gulper, hiu martil bergigi, hiu sutra, hiu harimau pasir, dan bahkan hiu bramble, yang relatif langka berkumpul di satu lokasi yang sama.

“Mengapa ini terjadi? Apakah ini sesuatu yang spesifik pada 500 meter? Apakah kehidupan ini semakin dalam? Apa transisi ini, apa yang ada di sana, dan mengapa?” pertanyaan yang dilayangkan ilmuwan laut, Lucy Woodall dari University of Oxford seperti dikutip dari Sciencealert, 4 November 2022.

Ia memberi jawaban sendiri. Katanya bahwa ekosistem seperti yang mereka saksikan di laut Maladewa kemungkinan akan ditemukan di pulau-pulau atau samudera lain dengan struktur bawah laut yang serupa. Oleh sebab itu, gunung laut dan gunung berapi yang terendam adalah hotspot bagi kehidupan laut dalam karena topografi mereka bisa menjerat mikronekton.

Seluruh mikronekton di dunia memiliki berat lebih dari 10 miliar metrik ton, 45 kali lebih berat daripada seluruh manusia. Micronekton dapat dengan mudah lolos dari jaring ikan sehingga mereka tidak diburu secara komersial. Konon, banyak spesies yang penting bagi industri perikanan, seperti tuna, sangat bergantung pada mikronekton.

baca juga : Ekspedisi Laut Dalam Selatan Jawa, Peneliti Temukan Berbagai Spesies Tak Biasa

 

Seekor ikan hiu dan satwa laut dalam tertangkap kamera berada di laut dalam perairan Maladewa. Foto : screenshot kanal Youtube Nekton

 

“The Trapping Zone” di Maladewa dapat memungkinkan para ilmuwan untuk melakukan konservasi laut yang lebih baik. Menurut ahli biologi kelautan, Alex Rogers dari University of Oxford, zona tersebut memiliki semua ciri khas ekosistem baru yang berbeda. Sehingga, katanya, “Zona Perangkap menciptakan oasis kehidupan di Maladewa dan sangat mungkin ada di pulau-pulau samudera lainnya dan juga di lereng benua.”

Sayangnya, laporan iklim baru-baru ini menunjukkan bahwa beberapa mikronekton di sebagian dunia, seperti krill di Antartika, tidak mampu mengatasi krisis pemanasan global dengan baik. Jika mereka menghilang, bagaimana nasib ikan, mamalia, dan burung lain yang bergantung pada keberadaan micronekton?

 

 

Exit mobile version