Mongabay.co.id

Pohon Natal dan Pesan Kepedulian Lingkungan

 

 

Pohon Natal merupakan ornamen yang selalu hadir saat perayaan Natal di berbagai tempat, baik di dalam maupun luar negeri. Pohon Natal, umumnya merupakan pohon cemara asli yang sebelumnya telah ditanam, mulai ukuran besar maupun kecil.

Seiring waktu, kebutuhan akan pohon Natal berkembang yang memunculkan pohon plastik buatan,  menyerupai pohon asli. Saat pohon Natal buatan mulai usang, biasanya dibuang untuk digantikan model baru.

Beberapa tahun terakhir, bahan pembuat pohon Natal mengalami perubahan sesuai kreativitas pembuatnya beserta pesan yang ingin disampaikan. Seperti halnya pohon Natal dari plastik bekas rumah tangga, yang berdiri di ruangan di Panti Asuhan Don Bosco, Surabaya.

Baca: Pohon Natal dari Plastik dan Ecobrick, Sebuah Praktik Pertobatan Ekologis

 

Bebek salju terbuat dari kertas semen dilapisi sterofoam berkas, botol air minum kemasan, dan plastik bekas. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Pohon Natal setinggi 4,5 meter ini disusun dari rangka besi dan kawat, dilapisi sekitar 1.000 lembar plastik rumah tangga yang tidak lagi digunakan. Lembaran plastik tersebut dibentuk menyerupai kerucut, kemudian digantung mengelilingi rangka pohon Natal.

“Dibuat dari plastik refill, bungkus sejumlah produk kebersihan dan pewangi,” terang Mery, karyawan di Panti Asuhan Don Bosco.

Kemasan plastik ulang seperti sabun cuci dan pengharum ini, diperoleh dari masyarakat yang memulung atau memilah sampah. Saat perayaan Natal ini, bahan-bahan itu dibersihkan dan dirangkai menjadi pohon Natal.

“Kami melakukannya agar tidak menjadi beban lingkungan,” lanjut Mery.

Baca: Pesona Pohon Natal Berbahan Daur Ulang ala Nangalimang

 

Pernak-pernik natal yang terbuat dari bahan terbuang dengan tujuan meningkatkan kepedulian lingkungan. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Selain pohon Natal, terdapat juga boneka salju setinggi dua meter terbuat dari butiran sterofoam bekas, botol plastik kemasan air minum, karet sandal, serta timba plastik tidak terpakai. Rangka bonek dibuat dari kertas semen bekas.

Di beberapa bagian lain panti asuhan juga dihiasi pernak-pernik Natal yang sebagian besar dibuat dengan memanfaatkan barang bekas atau limbah plastik. Pesan yang ingin disampaikan adalah perayaan Natal dapat dirasakan meski dengan hal sederhana.

Baca juga: Kupu-kupu dan Peran Penting Sains Warga dalam Konservasi

 

Pohon natal yang dibuat dari kemasan plastik bekas dengan harapan kepedulian lingkungan semua pihak meningkat. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

 

Pertobatan ekologis

Biarawati Katolik dari tarekat Putri Kasih yang juga pendamping di Panti Asuhan Don Bosco, Suster Stefani, PK, menyebut pohon Natal ini sebagai ‘Pohon Natal Pertobatan Ekologis’. Ini tidak lepas dari pesan Natal bersama Konferensi Waligereja Indonesia [KWI] dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia [PGI], yang salah satunya menyerukan pertobatan ekologis.

Pertobatan ekologis, kata Suster Stefani, mengajak manusia bertobat dari pola hidup merusak lingkungan dan beralih pada sikap menjaga dan menyelamatkan lingkungan. Mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dan memanfaatkannya kembali, merupakan contoh upaya menyelamatkan lingkungan dari hal sederhana.

“Ini adalah bentuk konsistensi dan kontribusi kami, dalam penyelamatan lingkungan hidup. Tidak lagi merusak dan mengotori lingkungan, tetapi menjadi penjaga serta pelestari lingkungan adalah harapan bersama yang harus kita perjuangkan,” jelasnya.

 

Exit mobile version